part nine

375 41 2
                                        

Di rumah nya, vanila sedang asyik berkutat dengan buku buku pelajaran nya. Ia sedang mengerjakan tugas dari guru sekolah nya. Cuma dengan buku dan musik, bisa membuat nya melupakan masalah hidup nya yang sedikit hancur.

Hidup nya yang membuat diri nya seperti ini. Vanila cukup menjalani nya saja untuk saat ini. Ia tidak mau memikirkan hal itu berlarut dalam pikiran nya, meskipun hal itu terus menghantui nya sampai saat ini.

Vanila meneruskan pekerjaan nya lagi sampai terdengar ketukan pintu kamar nya.

"va... makan dulu yuk. Nanti sambung lagi belajar nya " ujar omah hillary dari arah luar pintu kamar nya.

Vanila yang mendengarnya langsung membereskan beberapa buku nya, meletakkan pulpen dan alat lain. Lalu bergegas keluar kamar dan mendapati omah nya yang sedang menunggui nya sambil tersenyum.

Lalu omah hillary merangkul pundak vanila dan mengiringnya sampai ke ruang makan di lantai bawah.

Bibi mary yang telah menyiapkan beberapa makanan di meja makan tersenyum menatap vanila dan omah hillary yang sedang berjalan ke ruang makan.

"malam non vanila dan nyonya, silahkan dinikmati hidangan buatan chef mary" ucap bibi mary layak nya seorang chef terkenal.

Omah Hillary terkikik pelan mendengar nya, vanila yang berada di sebelah nya hanya terdiam dengan muka datar nya lalu dia mengambil tempat duduk yang biasa ia tempati dan mendaratkan bokong nya di kursi itu. Sama seperti omah hillary.

Omah hillary dan vanila mengambil beberapa makanan dan meletakkan di piring nya, dan mereka memulai santapan mereka dengan hening. Dentingan piring terasa di dengar oleh mereka berdua, tanpa obrolan sama sekali yang di hiasi makan malam itu.

Selain dentingan piring yang di dengar, ada suara dering telpon berbunyi dari arah ruang tamu. Dan segera di angkat oleh bibi mary. Bibi mary yang menyapa penelpon di luar sana, langsung menghampiri omah hillary.

Vanila masih sibuk dengan santapan nya itu tanpa melirik atau menoleh ke mereka.

Omah hillary menatap bibi mary seolah bertanya 'siapa?'. Bibi mary yang ingin berbicara sedikit melirik ke arah vanila lalu sedikit mendekatkan kepala nya ke arah omah hillary.

"adik nya non vanila nyonya " bisik nya di depan wajah omah Hillary.

Meskipun bibi mary mengucapkan itu dengan suara kecil atau terdengar seperti bisikan. Tentu saja dengar oleh vanila yang berada di depan mereka.

Vanila yang ingin menyuapkan sesendok daging ke mulutnya terhenti di depan mulutnya sambil menatap diam ke arah makan nya.

Genggaman telpon yang berada di bibi mary langsung di ambil alih oleh omah hillary dan berkata ke bibi mary untuk melanjutkan pekerjaan nya, dan ia pun permisi untuk pergi ke dapur.

Terdengar vanila menghela nafas pelan dan mengambil segelas air untuk di minum.

Omah hillary menatap vanila seakan tau kalo ia masih marah dengan adik nya itu. Lalu omah hillary mendekatkan telpon nya ke telinga nya.

"hallo max" sapa omah hillary.

"aku tau di depan omah ada dia" ucap max terdengar dari suara telpon.

"yah dan kau juga tau kan dia tidak mau berbicara dengan mu" mata omah menatap vanila terang terangan

"I miss that girl,, mau sampai kapan dia tidak mau berbicara dengan ku " dari bicara max, omah tau terdengar sedih.

Omah hillary masih menatap vanila yang sedang mengunyah makanan dalam diam dan tidak menghiraukan omah nya yang sedang berbicara pada adik nya.

"she miss you too max, just you know her"

Vanilove || jadine storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang