Hati Ethan merasa begitu lega dan dia bersyukur ketika wanita gila itu sudah tidak ada lagi di dalam kamarnya.
"Untung saja dia sudah pergi." Gumam Ethan seraya mengambil pakaian dari lemari-nya.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan, dan sebentar lagi Ethan harus kembali ke lokasi syutting untuk mengejar cahaya terik matahari di siang hari nanti.
Suasana apartemen masih rapi dan tenang ketika Ethan baru keluar dari kamar sampai ke Ethan melewati dapur dengan santai sambil bersiul ringan.
Tapi kemudian siulan serta langkahnya terhenti bersamaan dengan matanya yang terbelalak lebar karena dapurnya sudah berubah menjadi kapal pecah!
"Apa kau tidak mendengar ucapanku tadi, nona?" Dengan cepat Ethan melangkah mendekati wanita gila itu yang sedang memunggunginya.
Wanita gila itu tidak menyadari-nya ketika Ethan mendekat. Tapi kemudian wanita itu terkesiap ketika Ethan mencekal lengannya.
"Kau sudah selesai mandi?" Claire menatap Ethan yang sudah tampil rapi dan harum. Bau sabun bercampur shampo dan parfum yang dipakai Ethan membuat Claire begitu tergoda untuk memeluk Ethan.
"Hei! Astaga, apa yang kau lakukan sekarang?!" Ethan berusaha mendorong Claire yang langsung meloncat kearah Ethan dan memeluk Ethan layaknya seorang bayi koala.
"Kau harum." Claire berbisik dengan suara rendahnya sambil melingkarkan kedua kaki-nya di pinggang Ethan.
Ethan membeku sesaat dengan kedua tangan menahan tubuh Claire yang ada di gendongannya.
Ethan hanya merasa Kattnes seakan kembali. Sapaan pagi Kattnes dan pelukan Kattnes terasa sekali pada tubuh wanita ini.
Tapi kemudian Ethan memejamkan matanya rapat-rapat seraya menghembuskan napas kasar sambil melepas dan mendorong tubuh wanita itu begitu saja.
Bunyi bedebam keras yang terdengar di dapur ini adalah suara tubuh Claire yang jatuh karena Ethan.
"Aw! Sudah berapa kali kau membuat pantatku berciuman dengan lantai!" Claire bersungut marah. "Kau saja belum memberikanku morning kiss. Kau kalah dengan lantai. Lantai lebih rajin menciumku daripada kau."
Ethan menaikkan kedua alisnya seraya menatap aneh kearah Claire. "Omonganmu saja sudah seperti wanita gila." Kemudian Ethan mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana-nya.
"Kau mau menghubungi siapa?" Claire kemudian berdiri di hadapan Ethan sambil kembali mengambil satu mangkuk besar berisi sereal dan memakannya.
Ethan menatap jijik sejenak kearah Claire yang makan tanpa suatu tata krama dan sopan santun. "Tentu saja menghubungi polisi. Kau tidak mengindahkan ucapanku tadi. Aku tadi bilang, bila kau tidak pergi maka aku akan hubungi polisi untuk menjemput wanita gila sepertimu."
"Tapi aku bukan wanita gila!"
"Argh! Jangan menyemburkan makananmu!" Ethan mundur beberapa langkah seraya mengusap susu dari sereal yang tersembur dari mulut Claire. "Dasar jorok, gila! Pergi dari Penthouse-ku sekarang juga."
Claire mengusap bibirnya dengan kemeja yang ia kenakan. "Kenapa harus pergi? Penthouse milikmu juga milikku. Karena aku istri masa depanmu."
"Tidak ada istri masa depan! Ini bukan cerita fantasi." Ethan baru sadar jika wanita ini mengenakan kemeja putih miliknya yang terlihat kebesaran di tubuh ramping wanita ini.
Tapi tak memungkiri membuat Ethan tersedak saliva-nya sendiri ketika dia sadar bahwa wanita gila ini tidak memakai dalaman apapun di balik kemeja yang dia pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future Wife [Terbit di aplikasi DREAME]
Romance-My fourth story on wattpad Semenjak sang istri meninggal dunia, Ethan Jasper berubah menjadi seseorang yang datar-datar saja. Tidak pernah kembali melontarkan lelucon tidak penting, jarang tersenyum, dan hampir tidak memiliki waktu bersama empat an...