"Kau mau kemana?" Claire langsung memeluk punggung Ethan dari belakang ketika melihat lelaki itu keluar dari walk in closet dan sudah rapi mengenakan kemeja serta jas-nya.
"Bekerja, tentu saja." Jawab Ethan sambil menekan salah satu laci di dalam lemari-nya dan matanya mulai memilih dasi mana yang cocok dia gunakan untuk hari ini.
"Yang ini saja," Claire terlebih dahulu mengambil sebuah gulungan dasi berwarna abu-abu. "Ini cocok untuk kemeja biru muda-mu.
Ethan hanya menghela napas dan setuju-setuju saja. Ketika dirinya hendak meraih dasi yang di pegang Claire, wanita itu mengangkat tangannya terlebih dahulu.
"Aku yang pakaikan."Claire terlebih dahulu mengalungkan tangannya di leher Ethan dan kemudian memakaikan dasi Ethan dengan santai tanpa menyadari kalau Ethan sempat terpaku beberapa saat sebelum kemudian berdeham agar terlihat biasa saja dihadapan Claire.
Diam-diam Ethan merasa canggung dan aneh.
Sudah berapa tahun dia memasang dasi sendiri? Dan sudah berapa tahun dia memilih dasi sendiri?
Kali ini, Claire berada di hadapannya. Dengan senyum lebar seperti biasanya memasangkan dasi Ethan.
Tapi semuanya terasa aneh. Walaupun wanita dihadapannya ini adalah Claire, tapi Ethan kembali menganggap wanita dihadapannya ini adalah Kattnes. Karena bagaimanapun juga, dari ujung kepala hingga ujung kaki Claire begitu mirip dengan Kattnes.
Dan sekarang, Ethan kembali merindukan Kattnes dalam pagi-nya. Apalagi di saat hubungannya dengan keempat anaknya sedang tidak akur seperti ini.
Kattnes sudah pergi selamanya, keempat anaknya akan di asrama selama satu tahun dan kapan Claire pergi? Lalu Ethan kembali sendiri.
"Hari ini Edward akan bermain di pertandingan hoki es. Kau akan datang dan mendukungnya bukan?"
Ethan mengernyit, dia baru tahu kalau Edward mengikuti olahraga hoki es dan anak lelakinya itu akan bermain?
"Biar aku tebak, kau bahkan tidak tahu kalau Ed mengikuti olahraga hoki es." Ucap Claire tanpa mendongakkan pandangan menatap Ethan. "Hari ini ada pentas musim dingin di sekolah Zack, Zoe dan Paris. Zack dan Zoe akan bermain drama lagi dan Paris akan bernyanyi bersama grup vokal-nya. Kau mau menonton?"
Ethan menghela napasnya, lalu menatap pantulan dirinya di kaca dengan dasi yang sudah rapi. "Aku sibuk."
"Ethan, mungkin bila kau datang hubunganmu dengan mereka akan lebih baik."
"Tidak, Claire. Hari ini aku sibuk di kantor dan menonton mereka akan membuang-buang waktuku. Kau pasti paham sebuah artian bahwa waktu adalah uang."
"Semua orang diluar sana juga sudah cukup tahu bahwa uangmu sudah cukup. Kau menjadikan uang segala-galanya dan anak bukan prioritasmu saat ini." Claire mengikuti Ethan yang sudah berjalan keluar kamar terlebih dahulu. "Harus berapa kali aku bilang bahwa mereka berempat membutuhkanmu?"
Ethan yang tetap berjalan dan tak menghiraukan Claire kemudian menghentikan langkahnya ketika melihat pintu putih di lantai dua yang terbuka, lalu Edward keluar dari sana dengan sebuah tas ransel yang besar.
Edward sepertinya sempat mendengar kalimat terakhir Claire, karena Edward langsung menyipitkan matanya dan menatap sinis kearah Ethan dan Claire sampai kemudian lelaki remaja itu memutuskan turun dari tangga tanpa menghiraukan Ethan.
"Dalam kasusmu, diam tidak menyelesaikan masalah, sugar." Ucap Claire.
"Kau tahu, Claire." Ethan kemudian kembali menatap Claire. "Aku sudah cukup muak dengan semua nasehatmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future Wife [Terbit di aplikasi DREAME]
Romance-My fourth story on wattpad Semenjak sang istri meninggal dunia, Ethan Jasper berubah menjadi seseorang yang datar-datar saja. Tidak pernah kembali melontarkan lelucon tidak penting, jarang tersenyum, dan hampir tidak memiliki waktu bersama empat an...