Chapter 1

12.1K 1K 97
                                    

******************************************************************

Selama bertahun-tahun, di sebuah laboratorium tempat uji coba obat-obatan dan eksperimen persilangan flora dan fauna, bekerjalah seorang professor yang tidak pernah tampak menua. Sejak ia datang menginjakkan kaki di tempat itu hingga ia menjabat sebagai kepala bagian karena kejeniusannya, tak ada segurat kerut pun yang menggaris di kulit wajahnya.

Ia penuh rahasia dan semakin tertutup sejak ia diberikan ruang khusus di lantai paling atas gedung dari pihak yang merasa terbantu karena resep dan penemuannya. Kegiatannya hanya menghabiskan waktu berjam-jam di ruangannya lalu ke luar jika ia mendapat undangan seminar. Meski banyak yang bertanya-tanya apa saja yang ia lakukan di dalam sana, tak ada yang berani mengusiknya.

Tuan Kim Namjoon, begitu orang-orang memanggilnya. Seorang suami yang frustasi karena ditinggal mati istrinya---yang mendedikasikan diri untuk kemajuan negara di bidang Sains.

Suatu hari, ketika ia tengah mengisi seminar di sebuah universitas ternama, Tuan Kim Namjoon beradu argumen dengan seorang mahasiswa yang membuat ia tersenyum seraya geleng-geleng kepala. Pemikiran mahasiswa muda yang begitu idealis, polos dan sedikit bodoh itu, lantas membuatnya tergerak untuk mengundangnya jalan-jalan ke laboratorium tempat ia bekerja.

“Saudara Jeon Jungkook… selamat datang di laboratorium kami.” seru Tuan Namjoon ramah pada pemuda bongsor bermata bulat penuh itu.

Jeon Jungkook tak dapat berkata-kata. Hanya mulut menganganya-lah yang bisa mengekspresikan kekagumannya pada isi laboratorium yang memuat segala macam alat percobaan yang nyaris tak pernah disentuhnya.

“Saudara Jungkook, ada baiknya jika anda bernapas melalui hidung. Mulut anda bisa kekeringan jika terus terbuka seperti itu.” ucap tuan Namjoon tersenyum simpul.

Jungkook menutup mulutnya. Sambil celingukan, ia memutar pandangannya ke seluruh penjuru ruangan yang tampak bersih dan higienis.

Sang professor beralih profesi menjadi seorang guide. Ia menerangkan segala hal yang ada di laboratorium itu pada Jungkook. Jungkook sendiri tampak berbinar-binar, mengangguk antusias. Entah karena tertarik pada keanehannya, atau karena sikap Jungkook yang menggemaskan, tuan Namjoon bahkan memutuskan menunjukan ruang pribadinya yang digadang-gadang sebagai ruangan paling misterius di sana dengan sukarela.

“Profesor, bolehkah aku bertanya?” tanya Jungkook yang kini duduk di sofa empuk bermejakan kaca ditemani secangkir teh hijau di atasnya.

“Silakan, dengan senang hati aku akan menjawabnya.”

“Aku… sungguh senang dengan undangan ini. Mengunjungi tempat ini semakin memantapkanku untuk giat belajar dan menjadi sepertimu. Tetapi, bukankah ini pertama kalinya professor memersilakan seseorang masuk ke dalam ruang kerja professor?”

“Hmm, benarkah? Aku memang tidak ingat kapan terakhir kali ada seseorang masuk kemari.”

“Jadi… professor, apa aku spesial? Emh, tidak maksudku… euh… aku orang pertama, jadi… maksudku… apa mungkin…”

Tatapan tuan Namjoon semakin menambah kegugupan Jungkook untuk mengutarakan maksud dari pertanyaannya. Ia menelan liur. Sebenarnya Jungkook hanya ingin tahu apa alasan di balik undangan itu dan alasan kemurahan hati sang professor padanya.

“Aku mengerti.” potong tuan Namjoon. Dengan kedua tangannya yang menopang dagu, ia menjawab “Kau terlihat sepertiku saat aku muda dulu. Selalu ingin tahu, keras kepala, penuh antusias. Meski tidak memiliki wajah sepolos dirimu, kau tahu, kau seperti cerminan diriku. Mungkin sebab itulah, aku ingin menunjukkan sisi lain dari diriku padamu.”

Jungkook terhenyak dengan pernyataan professor yang ia hormati itu. Dalam hatinya ia berjanji akan selalu menjadikan professor Kim Namjoon sebagai panutannya.

JIMIN BOOK I (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang