Chapter 7

3.7K 528 69
                                    


(Kebingungan)

*
*
*

“Halo?”

“Halo, selamat siang Prof. Kim… Tuan Min mengundang anda untuk datang ke kantornya setelah selesai rapat siang ini.”

“Oh? Asisten Jung? Ada apa? Mengapa mendadak sekali?”

“Sekitar pukul 02.00 siang. Tuan Min menunggu anda di ruangannya.”

“Ah, haruskah aku membawa serta pilnya? Tapi bukankah aku baru saja mengirimnya satu bulan lalu?”

“Tidak perlu Prof. Kim, persediaan untuk beliau masih cukup banyak. Tuan Min hanya sedikit ingin berbincang-bincang dengan anda. Kami sangat menanti kedatangan anda tepat waktu.”

“Ah! Tapi ----“

“Kami harap anda dapat meluangkan waktu anda untuk pertemuan ini.”

“Ah! Yah! Tentu saja. Tentu aku akan datang.”

“Baiklah, selamat siang Prof. Kim.”

“Se-selamat siang.”

---clek--- tut tut.

Dihempaskannya smartphone hitam itu ke atas ranjang. Tidak biasanya. Orang itu… orang itu menghubunginya di saat kasus ini tengah ia selesaikan. Masalah apa yang telah ia buat hingga orang itu bahkan repot-repot menyediakan waktunya untuk bertemu dengan dirinya. Dan yang paling menyebalkan adalah sudah sekian kali dalam satu bulan ini ia harus meninggalkan anak semata wayangnya sendiri.

“Jimin-ie, daddy harus pergi hari ini.” tuan Kim mengelus puncak kepala Jimin perlahan. Rahangnya mengeras.

“Hanya sebentar. Daddy akan pulang sebelum makan malam. Daddy akan membawakan manggaetok dan mochi untukmu. Kau suka itu ‘kan?”

Jimin mengangguk, pipinya memerah.

Tuan Kim tersenyum hambar. Ia berharap pekerjaannya tidak akan terus melilitnya lebih ketat lagi.

*
*
*

Jungkook tersentak. Pintu rumah sewanya tidak terkunci! Dan ia menemukan seseorang tengah mengobrak-abrik isi kulkasnya dari celah pintu yang sedikit terbuka. Padahal ia ingat betul, jika ia menutup seluruh pintu dan jendela ketika ia memutuskan untuk menginap di laboratorium Prof. Kim malam itu.

Ada dua dugaan yang mengembang di pikiran Jungkook. Pertama, seseorang itu adalah sang pemilik rumah sewa. Tentu saja, ia memiliki kunci cadangan untuk bisa membukanya. Tetapi, bukankah ia selalu membayar tagihannya tepat waktu? Kedua, seseorang itu adalah seorang pencuri yang kelaparan. Selama kurang lebih tiga hari ia meninggalkan kamar sewanya, mungkin pencuri itu sudah mengincar rumahnya sejak lama. Tetapi, pencuri bodoh mana yang melancarkan aksinya di siang hari? Di siang bolong?

“Ah! Kampret! Dia sama sekali tidak membersihkan kulkasnya!”

“Shit!”

‘JEBLAG!’

Spontan Jungkook mengumpat. Tanpa pikir panjang, ia membanting pintu dan lari terbirit-birit menjauh dari suara orang yang amat sangat ia kenali. 

“YAAAK!!! JEON JUNGKOOOKKKK!!! KEMBALI KEMARI DASAR ANAK NAKAL!!! YAAAKKK!!! YAAAAAAAKKK!!!”

*

‘Tuk!’

Secangkir jus mangga dingin tersaji di meja dapur. Di hadapan cangkir itu Jungkook mengusap-ngusap belakang kepalanya. Ia meringis linu.

“Bagaimana rasanya? Terasa nikmat di kepala bulatmu? Kau pikir siapa yang kau lawan, hah? Berani sekali kau melarikan diri dariku setelah semua yang kau perbuat padaku! Seharusnya kau malu pada dirimu!!! Hah! Tak bisa kupercaya!”

JIMIN BOOK I (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang