Chapter 16

3.3K 521 128
                                    

Berdetik.

Tik-tik-tik. Irama jarum jam yang bergerak memutar itu terdengar nyaring. Pukul 02.00 pagi, sementara Jungkook masih terjaga. Ia menatap lama. Begitu bebas memperhatikan tubuh kurus pucat yang melingkar di dalam onggokan selimut miliknya. Dan ia terkekeh sendiri.

Oh ini konyol. Beberapa jam yang lalu ia membantu seorang anak laki-laki menggelinjang sampai ke puncak klimaks. Ralat! Lebih tepatnya, mengajarinya. Apa pun itu, dia sudah tenggelam di dalamnya. Meski hatinya masih mengelak untuk keluar dari jalur aman, namun Jimin adalah sebuah pengecualian. "Aku bukan gay. Aku hanya menyukai Jimin."

Menyukai? Sampai sempat gila karena jauh darinya? Oh yang benar saja Jungkook. Kau membutuhkan pemuda cantik itu.

Sudut bibirnya pun melengkung naik. Sambil tersenyum, ia merebahkan kepalanya, merapatkan puncak hidungnya ke ceruk leher Jimin yang terbuka, menghirupnya sepenuh dada dan mengembuskannya perlahan.

"Ah... Aku sangat menyayangimu..." desisnya. Jungkook mengansurkan tangan, merengkuh pinggang Jimin, memeluknya erat. Menciumi bahu, menghisap kulit tengkuk, menggerayangi dan mengecupi alur punggung Jimin yang menguarkan aroma menenangkan. Hingga Jungkook lelah, lantas membiarkan kantuk menyerangnya dan terlelap damai.

*
*
*

'Tok! Tok! Tok!' "Jungkook-ah? Kau di dalam? Semalaman kau tidak mengunci pintu rumahmu." 'Tok! Tok! Tok!' "Jungkook-ah? Kau masih tidur?" 'Tok! Tok! Tok!'

"Yak, anak ini! Yak!! Jungkook-sii aku akan membuka pintunya!!"

'Ceklek.'

'BRAK!!'

"WOAHHH!!" Taehyung terperangah. Ia mendongak dengan mata tertuju tajam ke bawah. Ke onggokan selimut yang menggulung dan menyembulkan dua pasang kaki yang saling menindih. Wajah Taehyung berubah matang. "O! Oh! Maaf aku masih volos!" pekiknya seraya berbalik menarik gagang pintu dan membantingnya keras.

Taehyung membeku. Di balik daun pintu itu ia terpaku. Ia yakin Jungkook bukan tipe pemuda nakal. Semalam, apa yg terjadi? Apa ia mabuk dan digoda seorang gadis di club? Pemuda itu menggigit bibirnya, mendadak ia ingin pipis. Sembari memutar tubuhnya menghadap kembali ke pintu, Taehyung mengintip dari lubang kunci.

Tidak ada pergerakan.

Keparat! Ini pasti jebakan! Taehyung tidak bisa membiarkan Jungkook ternoda atau difitnah oleh ulah wanita yang tidak bertanggung jawab. Ia tidak bisa membiarkan kesalahpahaman ini terjadi begitu saja.

Dengan segenap kekuatan, ia menyiapkan ancang-ancang, memantapkan diri dan menstabilkan degup jantungnya sendiri. Lalu, Taehyung berlari mendobrak pintu, memejamkan mata rapat-rapat seraya menjatuhkan seluruh tubuhnya di antara dua orang yang bergeming di dalam satu selimut itu. "Aku ikuuuuuuttttt!!!" BUG!

"Ah!"

"Ahs!!"

"Ahaw... Yeah! Hihi... Hah?!K-- Kau...!" tunjuk Taehyung tepat di puncak hidung seseorang. Surai pirang, rambut pendek, mata sipit memanjang, hidung mungil dan bibir tebal menggoda itu? Tidak mungkin!

Mata mereka bertabrakan. Jimin terkejut, spontan ia mendorong Taehyung menjauh beserta hamparan selimut yang menindihnya.

Taehyung terpental. Jimin terpekik dan langsung mengangkat kaus dari punggung Jungkook dan menyembunyikan kepalanya ke dalam sana.

"WEEEE!!! Apa yang kau lakukan di dalam kaus itu! Cepat keluar dari sana! Perlihatkan wajahmu! Kau sudah tercyduk!" seru Taehyung menarik-narik pergelangan Jimin.

Dengan malas, Jungkook meneleng ke arah Taehyung. "Hyung... Hentikan..." gumamnya lemas. Kendati belum sadar penuh, ia mengulurkan sebelah tangannya balik menarik dan mengguncang genggaman Taehyung dari lengan Jimin. "Lepaskan dia hyung..."

JIMIN BOOK I (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang