*
*
*“AKU SANGAT MARAH!”
‘BRAK!’
“ AKU SANGAT MARAH PROFESOR KIIIM!! MENGAPA KAU TIDAK BECUS DALAM MELINDUNGI LABORATORIUMKU?!! SI BERENGSEK ITU MUNGKIN TELAH MENCURI OBAT-OBATANKU!! RESEPKU!! PERPANJANGAN WAKTUKU!! MASA HIDUPKU!! SEMUANYA!! SEGALANYAAA!!---Ohok! Ia akan menyebarkannyah! Membuat semua orang bisa hidup selamanya… SELAMANYA! SELAMANYA!! SEDANG AKU AKAN MATI SENDIRIAAAN !!! Ohok~ohok--“
‘Brug!’
Pemuda ringkih itu terduduk kembali di kursinya, iris matanya yang gelap mengecil, sedang sekelilingnya menonjol ke luar seakan menelan mentah-mentah tubuh tuan Kim. Napasnya tersengal-sengal, dadanya terhentak setiap kali ia terbatuk. “—si berengsek itu… hah… harus ditangkap… hah… dia… tidak boleh mencuri kehidupanku… tidak boleh… TIDAK BOLEH!!! TIDAK BOLEEEHH!!!”
“Kendalikan diri anda tuan Min, emosi yang membludak tidak baik untuk kesehatan tubuh anda…” assisten Jung menyentuh kedua bahu tuan Min.
‘Plak!’
“JUNG HO SEOK!!! JANGAN MENGATURKU! KAU TIDAK TAHU BAGAIMANA RASANYA SEKARAT!!!” tuan Min menepis tangan assisten Jung, ia melayangkan telunjuknya ke arah tuan Kim yang ternganga menatap gambar di foto itu. “TANGKAP DIA!!! TANGKAP SI BERENGSEK ITU!!! JANGAN BIARKAN DIA MEREBUTNYA DARIKU!! AKU TIDAK MAU MATI!! AKU TIDAK MAU MATIII!!!”
“Tu-tuan Min, a-aku rasa aku bisa menjelaskannya---“
“Sewa FBI, detektif, polisi, atau perlu PEMBUNUH BAYARAN UNTUK MENANGKAPNYA! Jika kau tidak mau melakukannya… aku… yang akan merebut resep itu dari tanganmu UNTUK KURACIK SENDIRI!!!”
‘Crat!’
“Ahk!”
Lubang hidung tuan Min memuncratkan darah pekat. Ia tersentak. Degupan jantung tuan Min terhenti sesaat. Rasa ngilu memerangkapnya ke seluruh tulang dan persendian, membuatnya membeku lantas tergolek tak sadarkan diri, di kursi kerjanya.
“Tuan Min!!”
Assisten Jung mengangkat tangan, mengisyaratkan tuan Kim untuk tetap berada di tempatnya. Ia mengeluarkan sapu tangan dari saku bajunya, menyeka darah yang terus mengalir dari lubang hidung atasannya itu.
Dengan pembawaannya yang tenang, assisten Jung membopong tuan Min ke ruangan lain, tuan Kim pun ikut serta kendati pikirannya sedikit terguncang. Ia melihat jika assisten Jung menidurkan tuan Min di sebuah ranjang besar, menyelimutinya perlahan dan mengelus dahinya, merapikan surai putih itu dari keningnya yang bersimbah keringat.
“Ia banyak mengalami kemajuan prof. Kim.” ujar assisten Jung, “...Darah yang ke luar tidak sebanyak bulan-bulan lalu. Dan wajahnya semakin meremaja, ia tak nampak seperti kakek tua lagi sekarang. Meski berefek pada emosinya yang tidak stabil, tetapi dia sudah bisa berdiri dengan kakinya sendiri.” Asisten Jung memalingkan wajahnya dari sosok yang tertidur itu. Sembari tersenyum secerah mentari, tuan Jung berkata, “Terima kasih… Prof. Kim.”
*
*
*---Esoknya---
“Apa harus kau sekusut itu? Aku melakukan semua ini demi kebaikanmu.”
Seok Jin melepas celemeknya setelah menyimpan menu terakhir dari sarapan yang ia buat. “Makanlah! Kau tampak kurus.”
Di dapur kecil itu, Jungkook duduk tertunduk di depan meja makan. Hatinya resah semalam suntuk. Ia memikirkan soal uang dan cara untuk kabur. Ia harus membawa lari Jimin setidaknya selama dua hari untuk sampai ke pantai Busan dan menikmati perjalanan mereka. Dalam bayangannya, ia akan mengajak Jimin ke berbagai tempat dulu sebelum akhirnya sampai ke tujuan. Tetapi tak ada yang bisa ia lakukan jika ia tak memiliki cukup uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIMIN BOOK I (END)
FanfictionB x B Profesor Kim Namjoon memiliki sebuah rahasia yang ia sembunyikan. Jungkook yakin itu. Diam-diam ia menyingkap tabir itu perlahan. Apakah Jungkook akan membiarkan rahasia profesor terungkap? Atau malah ia yang terjebak di lingkaran rahasia itu?