Chapter 3

6K 837 89
                                    

Siang memancar mengintip dari balik gorden yang masih tertutup. Sebuah gulungan kain meliuk-liuk di atas lantai berlapis kayu beralaskan karpet hangat. Di ruangan persegi empat itu, sepucuk kepala bundar menyembul ke luar-masuk dari dalam selimut, bibir tipis kemerahannya mengulum senyum.

Satu tangan besar menjulur dan jarinya mengembang, menghalangi terik yang menyilaukan manik bulat di wajahnya. Perlahan, ia menyipit dan masih dengan senyuman yang entah ditujukan kepada siapa, ia membalikan telapak tangannya sejajar muka, lantas ditatapnya lamat-lamat.

“Genggaman itu masih kurasakan…” desis Jungkook.

Lama ia termenung di dalam gulungan selimut. Pikirannya terbang melayang, menembus waktu ke kejadian ajaib malam tadi. Lambaian tangan, lompatan besar, tangga, alarm, tali tambang, sinar rembulan, titik-titik cahaya dan …

“Jimiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin…. Aarghhhhh” geramnya gemas.

Jungkook mengacak-ngacak, berguling-guling dan menggigiti bantal selimutnya sendiri.

Kejadian itu jauh dari prediksi. Kejadian yang sama sekali tidak ia duga. Bukan lagi kartu As yang ia dapatkan, tapi Jackpot! Ya! JACKPOT!

Bagaimana tanggapan khalayak tentang kabar bahwa resep rahasia awet muda sang professor selama ini adalah … Jimin. Gadis bersurai kuning keemasan, bernetra biru—sebiru langit malam, berbibir penuh merekah, dan memiliki… sorot mata yang teduh.

“Aku…” gumam Jungkook. “… haruskah mengabarkan soal ini?”

‘Tilililit-tilililit-tilililit~~’

‘tut’

“Halo?____ O’! Hyung! Hari ini?___ Tidak, Aku tidak sedang ada acara penting hari ini. ____ Hm! Baiklah. Aku ke sana.” ‘clek’

Pemuda yang sama sekali tidak sempat tidur semalam suntuk hingga siang ini pun melempar selimutnya, beranjak meraih handuk dari gantungan, kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

*

‘Tok! Tok! Tok!’

“Jiminie… ini daddy.”

Jimin tersentak, sebelum tuan Namjoon membuka pintunya, lekas-lekas ia mengambil seluruh kertas gambar yang tercecer di ruang kamarnya dan menyembunyikannya di bawah karpet yang tengah ia duduki. Sedang lainnya ia tumpuk di atas meja kecil lalu ia tindih dengan kedua lengannya yang terlipat.

“Bagaimana sarapannya? Enak tidak?” tanya tuan Namjoon melenggang masuk. “Daddy mencampurkan banyak vitamin ke dalam sana.” ujarnya lembut seraya berjongkok bersemuka dengan Jimin.

Yang diajak bicara hanya bengong di posisi duduknya. Mengerjap memasang wajah polos tanpa dosa.

“Wah? Apa itu?” tuan Namjoon melirik tumpukan kertas di bawah lengan Jimin. Ada warna-warni di permukaan sana yang terselip di antara lembar kertas lainnya.

“Biar daddy lihat~” rayu tuan Namjoon, menjepit ujung kertas dengan telunjuk dan ibu jari.

‘Sreeet’

“Euh! Eu euh!” Jimin segera menarik paksa kertas itu, secepat kilat menangkupkannya di dada, menggeleng-gelengkan kepala dan memundurkan tubuhnya menjauhi tuan Namjoon. Rona pipinya memerah drastis.

Air muka tuan Namjoon seketika berubah. ‘Ada apa dengan Jiminnya?’.  Perlahan ia bangkit melangkah menghampiri Jimin. Dengan suaranya yang halus dan tertahan, ia berkata “Tidak apa-apa Jiminie, daddy… hanya ingin lihat sebentar saja… Jimin tidak mau menunjukkannya pada daddy? Apa… yang Jimin rahasiakan? Hm?”

JIMIN BOOK I (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang