Dua tungkai menjuntai turun dari ranjang, melangkah menjejak lantai kamar. Perlahan menggiring tubuh itu ke sebuah pintu di sudut dinding. Ia membukanya dengan sedikit dorongan. Pintu pun menganga, deretan rumput kering, dedaunan gugur, bunga layu, pohon yang rontok dan buah yang membusuk, menyambutnya.
Lelaki muda itu berjalan lagi, ia terhenti di bawah pohon berbatang kekar, berjongkok, lalu berbaring meringkuk terpejam di antara tonjolan akar, di kegersangan malam. Sendirian.
Pukul tiga pagi.
Ada seseorang berdiri mematung menatap jendela yang gelap. Memandang dari kejauhan, di bawah cahaya rembulan dan udara yang membeku. Berharap menemukan sebingkai senyum dari wajah sayu itu.
Memastikan jika keberadaannya nyata. Memastikan jika wajah itu masih ada, masih bernapas dan berbagi udara yang sama. Ia beberapa menit terpaku, melafalkan sebuah nama berulang-ulang. Tak pernah mengharapkan angin untuk dapat menyampaikan rasa sakit tanpanya. Hanya mengikuti arah hatinya menuju.
(Aku tidak pernah tahu... Arti sepi sebelum aku berjumpa denganmu...
Dunia kecilku kini terasa asing...
Ada lubang besar di dadaku. Berdenyut, nyeri, mendesakku merejan dengan seluruh tenaga tanpa mampu menjerit...
Tertahan di kerongkongan, dipaksa mengecap setiap detik kehampaan yang merongrong diri...
Perjumpaan singkat itu mengubahku, mengubahmu...
Tapi tak apa, setidaknya aku tahu, engkau tahu, kita berdua tahu... Kita ... Pernah jadi satu.)
Dan kemudian Jimin membuka mata lebar-lebar. Terhenyak. Tersentak berteriak memanggil namanya.
"Jungkook... Jungkook!!!"
"Jungkook!!!"
Ia bangkit, berlari menubruk pintu, menarik tuas jendela, mendorongnya ke luar, "Jung...kook--"
Lengang. Tidak ada siapa-siapa di bawah sana.
*
*'Drep!'
Pintu mobil Mercedez menelan seluruh tubuh tuan Min, setelah Jung Ho Seok assistennya, mempersilahkannya masuk.
"Anda sudah siap tuan Min?" tanya Ho Seok yang kini telah duduk nyaman di kursi depan bersama sang sopir.
Tuan Min mengangguk kecil, "Aku tidak pernah merasa sesiap ini."
Roda mobil perlahan melaju anggun, meninggalkan tanya takjub dari seluruh karyawan JR Company. Pasalnya pemilik perusahaan mereka yang tua bangka dan dikabarkan tengah sekarat itu, tiba-tiba menampakkan diri keluar dari lift bawah tanah siang ini, dengan mengenakan setelah jas hitam, wajah pucat, rambut putih, tegap berjalan bersama tongkat kayu antik di genggamannya, dengan keangkuhan khasnya yang elegan.
Gilanya, ia terlihat jauh 10 kali lebih muda dan lebih tampan dari terakhir mereka temui. Mengerikan sekaligus memesona.
Ia melirik arloji di lengan kirinya, pukul satu lewat 20 menit.
"Percepat laju mobilnya! Aku tidak mau membuang waktuku yang berharga!" titahnya.
***
"Jimin-ah, Jimin-ah... "
"Jimin-ah..."
"Kemarilah... Jimin-ah..."
"Jungkook-ah? Jungkook-ah kau di mana??"
"Jimin-ah..."
"Jungkook-ah!!" Jimin memutar tubuhnya, memalingkan kepala ke segala arah, ia mencari sumber suara ke semua penjuru, "Jungkook-ah!!" panggilnya lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/122026526-288-k612170.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JIMIN BOOK I (END)
Fiksi PenggemarB x B Profesor Kim Namjoon memiliki sebuah rahasia yang ia sembunyikan. Jungkook yakin itu. Diam-diam ia menyingkap tabir itu perlahan. Apakah Jungkook akan membiarkan rahasia profesor terungkap? Atau malah ia yang terjebak di lingkaran rahasia itu?