Chapter 17

3.8K 530 134
                                    

Jawaban dari segala pertanyaan...

"Tidak, tidak... Daddy hanya akan berbicara pada Jungkook sebentar, setelah selesai kami berdua akan menyusulmu ke kamar."

Jimin mengangguk keras. "Baiklah!" serunya riang dan kemudian menghilang dari balik pintu kamarnya.

Jungkook menegang. Atensinya terpaku pada pergerakan tuan Kim. Pria itu agaknya sedikit kacau, tidak terlalu jelas memang, tetapi kerut di dahinya mengatakan demikian.

"Jungkook... Silakan, duduklah." tawarnya datar.

Di lingkaran sofa, Jungkook duduk tegak. Cukup kebingungan ekspresi apa yang harus ia pasang di situasi canggung seperti itu. Setelah pria di seberangnya duduk serius dengan menumpukan berat badan di siku tangannya, dan memosisikan diri penuh kepada Jungkook. Tanpa basa-basi, ia pun membuka obrolan.

"Ehem, terima kasih karena telah membawanya pulang kemari." tuan Kim berdeham.

"Anak itu... Jimin-ku... " mulainya, "...aku mengurungnya bukan tanpa sebab. Aku akui, tidak seharusnya aku mengakukan dia sebagai peliharaanku saat pertama kali aku mengundangmu kemari. Aku hanya... tidak ingin membicarakannya kepada orang asing."

Jungkook menunduk.

"... Tetapi, seperti yang aku duga, kau mirip denganku. Selalu penasaran akan banyak hal, termasuk rahasia orang lain. Aku sangat membencimu ketika kau mencurinya dariku."

Tuan Kim tidak lagi bicara seformal biasanya, tetapi garis tebal di bawah kata 'membencimu'. Rasanya Jungkook tertohok. Tuan Kim... Jangan salah paham, Jungkook hanya meminjam Jimin sebentar.

"Aku..."

"Ssstt... Tunggu sampai aku selesai bicara anak muda."

Jungkook mengatupkan bibirnya, dan lagi-lagi menunduk.

"Jiminku... Dia bukan anak kandungku. Tetapi aku membesarkannya dengan kedua tanganku sendiri. Tanpa seorang istri di sampingku. Ya... Seperti yang kau lihat, aku adalah seorang duda penyendiri. Istri tercintaku meninggal karena sebuah kecelakaan yang aku alami bersamanya belasan tahun yang lalu, tepat saat aku menemukan Jimin."

Pemuda bongsor itu seketika meremat ujung kemejanya. Ia sudah menyiapkan hati untuk kabar masa lalu terburuk.

"Dia adalah penyelamat hidupku. Entah dari mana ia datang, tiba-tiba saja tangan mungilnya yang bercahaya itu menyentuhku. Aku nyaris mati. Tidak masalah jika aku mati. Toh, belahan jiwaku pun sudah pergi. Tetapi,, ia menungguku, merawat luka-lukaku hingga aku pulih, di sana sendirian. Tepat di depan kepala istriku yang robek." tuturnya getir.

Mata Jungkook membulat tak percaya. Tuan Kim... Itukah yang terjadi?

"Sambil menangis Jimin menyebut-nyebut nama ayah... dan terus mengalirkan kekuatannya.. Dari tangannya yang kecil... Dari jari-jarinya yang mungil..."

Setitik air menggenang di mata tuan Kim. Kenangan pahit itu masih terpatri jelas di ingatannya. Ia menelan ludah.

"Aku tak habis pikir. Selayak apa aku hingga aku masih diberi kesempatan hidup tanpa istriku. Namun, wajah Jimin yang terisak dan memanggilku ayah telah membuatku bertahan. Hatiku terpanggil. Aku tahu, aku akan hidup untuk membesarkannya. Aku menggendongnya dengan tanganku yang berlumur darah, memeluknya erat dan pergi dari hutan itu. Berdua kami terkatung-katung, kelaparan, kebingungan... dan diburu para pemburu."

"Pemburu?"

Tuan Kim mengangguk, "Pemburu kekuatan anak itu. Mereka memburu Jimin untuk dijadikan sandera. Mereka berencana memasungnya dan memeras kekuatannya. Membuat ramuan tertentu yang dicampurkan agar hidup abadi tanpa terserang penyakit. Semua orang menjebak kami di daerah terpencil itu, termasuk orang tua, seorang ibu dan bahkan anak-anak ingusan. Dengan wajah ramah, ucap semanis madu... Cih! Hingga pada akhirnya aku sampai di satu titik dan menyimpulkan tak ada manusia manapun yang dapat aku percaya. Termasuk kau!" todongnya.

JIMIN BOOK I (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang