Namaku adalah Detiya Noviyani, bisa kau panggil Tiya. Banyak yang mengira aku lahir di bulan November, padahal aku lahir di bulan Desember, tepatnya 28 Desember. Mungkin itu karena nama belakangku Novi, nama yang biasa diberikan untuk anak-anak yang lahir di bulan November.
Aku pernah menanyakan hal ini pada orangtuaku. Ibuku menjawab, "Coba tanya Ayah kamu!" lalu ketika aku tanya ayahku, jawabannya adalah, "Gak apa-apa dong! Kan November sama Desember deketan." Ayahku memang seperti itu, dia orang yang humoris. Dia bekerja di sebuah bank swasta, sedangkan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga yang mengurusi satu suami dan dua anak perempuannya. Aku tahu alasan mengapa ibuku mau pada ayahku, itu pasti karena ayah tampan. Kalau tak percaya, kau harus lihat itu sendiri!
Aku juga memiliki seorang adik perempuan yang usianya hanya berjarak tiga tahun denganku. Aku tidak pernah akur dengannya, dia menyebalkan, dia selalu saja mengadu pada ibu jika ia aku jahili. Tapi jujur, dia memang adik yang sangat imut.
※※※
Aku kini kelas dua di SMA negeri yang tidak jauh dari rumahku. Di sekolah aku memiliki sahabat yang bernama Fera, Defera Andini. Dia adalah anak dari salah satu guru favorit di sekolahku. Sayangnya, aku belum pernah diajar oleh beliau. Tetapi aku cukup dekat dengan beliau. Aku pun ikut-ikutan Fera memanggilnya 'Ayah'.
Aku dan Fera memang sangat dekat. Akibat kedekatan itu aku pun sering mendengar orang menyebut diriku 'Temannya anak Pak Romi'. Ya, Pak Romi adalah ayahnya Fera yang juga ku panggil Ayah itu. Fera ini cukup pintar menuruni ayahnya. Tetapi dia tidak pelit, karena selalu mau aku conteki.
Aku dan Fera hampir tidak pernah punya masalah, entah mengapa Fera selalu mengalah padaku. Mungkin itu karena dia tak mau kehilangan aku. Masalahku dah Fera yang paling besar adalah saat Fera meminjam tipp-ex favoritku untuk dibawa pulang, dan malah dibawa kakaknya kuliah, lalu hilang di kampusnya. Sudah, hanya sebatas itu saja. Awalnya aku ngambek padanya karena itu adalah tipp-ex favoritku, kemudian mereda kembali setelah Fera mengganti dengan tipp-ex yang sama persis. Ah, Fera, aku selalu berharap persahabatan kita abadi.
※※※
Di sekolah aku dan Fera hanya seorang pelajar biasa, kami bukan anak organisasi, karena kami memang tidak tertarik dengan itu. Sebenarnya aku dan Fera punya banyak teman, kami pun tidak pernah punya masalah dengan yang lain. Tapi entah mengapa kami selalu menempel berdua. Duduk bersama, ke kantin bersama, ke toilet bersama dan pulang bersama. Teman-teman pun tidak ada yang merasa risih, bahkan jika kami terkadang tiba-tiba ikut bergabung bersama yang lain, mereka tidak ada yang mencibir, semuanya baik.
Untunglah teman-teman di kelasku tidak ada yang seperti kak Viona, kakak kelas yang selalu nyinyir jika ada yang aneh di matanya atau ada yang melebihi dirinya. Nah, ini salah satu keberuntunganku berteman dengan Fera, kami tidak pernah kena cibiran kak Viona. Itu karena Fera merupakan anak dari Pak Romi, orang yang juga guru favoritnya kak Viona. Biarpun sifatnya begitu, kak Viona itu hormat pada guru, terutama pada Pak Romi.
Bicara tentang Pak Romi, tahun lalu saat aku berulang tahun, beliau pernah memberiku hadiah. Sungguh aku kaget, karena kupikir aku hanya sebatas teman anaknya. Tetapi ternyata aku cukup spesial juga di matanya. Beliau memberi hadiah jam tangan warna biru dan di dalamnya ada surat yang bertuliskan.
Selamat ulang tahun Tiya, terima kasih sudah mau menjadi sahabat anak ayah.
Sebentar lagi ulang tahunku dan aku berharap beliau memberiku hadiah lagi.
※※※
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Lovers ✔️ [Completed]
Teen FictionAku yang belum pernah pacaran ini menyukai Danu si adik kelas. Tapi ternyata kak Vino sang ketua OSIS menembakku. Sedangkan Fera sahabatku sendiri selalu cerita padaku bahwa dia menyukai kak Vino. Hatiku terbalas oleh Danu yang diam-diam ternyata me...