Ulangan semester dua telah usai, dan hari ini adalah hari pembagian rapor. Danu masih diam padaku, begitupun juga aku, yang masih tidak peduli, terserah apa mau dia. Nilai raporku masih sama dengan semester lalu, tidak ada perubahan yang signifikan. Fera juga masih sama, masih menduduki peringkat satu. Aku dan Fera sudah berjalan di koridor sekolah, ingin segera pulang. Tiba-tiba Zoya terlihat berusaha mengejarku dari belakang.
"Tiyaaa! Lo udah denger kabar belum?" tanya Zoya dengan nafas terengah-engah.
"Kabar apa?" tanyaku penasaran.
"Danu di DO!" kata Zoya, dan berhasil membuatku tersentak.
"Kata siapa?" tanyaku tidak percaya.
"Kata Fariz, gue juga tadi liat Danu sama orang tuanya keluar dari ruang BP" kata Zoya.
"Ah, lo bohong!" kataku masih tidak percaya.
"Tenang, Tiya, gue coba tanya Bokap gue dulu ya," kata Fera lalu lalu segera pergi ke ruang guru untuk menemui ayahnya.
"Zoy, lo serius?" tanyaku lagi.
Tidak lama kemudian Fera kembali dari ruang guru.
"Gimana, Fer?" tanyaku.
"Bener, Ya, Danu di DO," kata Fera.
"Kenapa?" tanyaku.
"Katanya sih, karena keseringan berantem di sekolah," kata Fera.
Aku lemas, aku tidak tahu harus berbuat apa. Bagaimana perasaanku pun, aku tidak tahu.
※※※
Malam ini aku sedang menangis di dalam kamar. Menangisi Danu yang tiba-tiba marah padaku, menangisi Danu yang dikeluarkan dari sekolah.
Kuraih ponselku danku cari nomor telepon Danu. Aku akan coba memberanikan diri untuk menelepon nomor Danu.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif."
Ah, sial. Sepertinya Danu mengganti nomornya. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Bagaimana cara untuk mengetahui kabar Danu? Ke rumahnya? Aku tidak punya nyali sebesar itu.
Aku rebahkan kepalaku di bantal, aku menangis, sampai mataku sembab, sampai aku ketiduran.
※※※
Pagi harinya aku tidak berani keluar kamar dikarenakan mataku yang sembab. Aku tidak mau ibuku melihat mataku, lalu banyak bertanya perihal alasan dari mata sembabku ini.
Akhirnya aku hanya menghabiskan waktu liburan ini dengan mengurung diri di kamar. Fera lagi-lagi pulang kampung, ke rumah neneknya di Balikpapan. Jadi lengkap sudah liburanku. Tanpa Fera, tanpa Danu.
"Tiya. Makan dulu!" teriak ibu dari ruang keluarga.
"Nanti aja, Bu" jawabku.
"Kamu dari pagi belum makan, mandi aja enggak. Liburan jangan ngerem di kamar aja dong!" kata ibu mengomeliku.
"Nanti aja, Bu. Lagi pengen males-malesan," jawabku.
Akhirnya jam tiga sore aku memberanikan diri keluar dari kamar. Itu pun awalnya karena aku kebelet buang air kecil. Untunglah mataku sudah tidak terlalu sembab. Akhirnya aku putuskan untuk sekalian mandi, karena dari pagi aku belum mandi.
"Kamu tumben gak pergi sama Danu?" tanya ibu.
"Lagi enggak aja, Bu," jawabku sambil menuju tempat makan. Kuambil nasi dan lauk, dan kutaruh di mejaku. Ya, aku memang lapar.
※※※
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Lovers ✔️ [Completed]
Dla nastolatkówAku yang belum pernah pacaran ini menyukai Danu si adik kelas. Tapi ternyata kak Vino sang ketua OSIS menembakku. Sedangkan Fera sahabatku sendiri selalu cerita padaku bahwa dia menyukai kak Vino. Hatiku terbalas oleh Danu yang diam-diam ternyata me...