Hari ini hari Senin, hari dimulainya class meeting. Aku tidak jago olahraga, jadi aku tidak ikut apa-apa. Tapi Fera jago bulu tangkis, Karenanya dia ikut lomba mewakili kelas kami bersama Dina teman sekelasku.
Aku berdiri di pinggir lapangan bersama teman-teman sekelasku. Kami terus meneriakan yel-yel yang spontan dibuat saat itu juga untuk menyemangati Fera dan Dina. Tetapi aku tidak fokus, mataku masih melirik ke sana ke mari. Siapa yang aku cari? Tentu saja Danu. Sedari tadi aku belum melihatnya.
Pertandingan kelas kami pun usai, dan dimenangkan oleh Fera. Aku izin pada teman-temanku untuk ke toilet sebentar. Di jalan menuju toilet, aku melewati kelas yang menjadi ruangan saat aku ulangan kemarin. Ruangan tempat aku bertemu dengan Danu. Kelas itu sepi, aku pun memasuki kelas itu. Kulihat kartu nama yang ditempel di meja untuk menandai tempat duduk, masih menempel pada tempatnya. Tanpa basa basi aku pun mengambil kartu nama punyaku, punya Fera dan punya Danu.
"Fer, nih punya lo!" kataku pada Fera sambil memberi kartu nama miliknya tadi setelah kembali dari toilet.
"Ih, iseng banget lo cabut-cabut!"
"Haha, habis lucu fotonya, aib banget tuh."
"Iya, gila, gue jelek banget di sini."
※※※
Hari ini adalah hari kedua class meeting, tetapi aku masih juga belum melihat Danu. Pikiranku melayang memikirkan Danu di mana. Apakah dia sakit?
Saat ini kak Vino beserta tim basket kelasnya sedang bertanding melawan kelasku. Ramai sekali di pinggir lapangan, hampir semuanya perempuan. Aku juga lihat kak Viona. Tentu saja tujuan mereka untuk melihat kak Vino berkeringat. Mereka bilang itu seksi. Bahkan perempuan-perempuan di kelasku bingung harus mendukung siapa. Mendukung kelasnya sendiri atau mendukung kak Vino yang sedang jadi lawan kelasku. Tapi Fera kali ini agak kalem, dia tidak ikut-ikutan histeris seperti biasanya.
"Fer, lo gak ikutan ngeramein?" tanyaku.
"Ah, lagi capek. Gue bentar lagi tanding, nanti tenaga gue abis."
"Oh, bagus, bagus."
"Lo sendiri kenapa gak ikut-ikutan histeris? Kak Vino keren loh!"
"Ah, keren versi gue beda lagi Fer."
"Yang kayak gimana?"
"Kayak ...."
Belum selesai aku bicara, tiba-tiba suara riuh terdengar dari koridor kelas yang dekat ruangan BP. Mereka seperti sedang meneriaki seseorang, "Woo ... woooo ... wooo ... kelas 1 aja banyak gaya!" itulah yang aku dengar.
"Aaaaahhhh ... Vinooooooo!!!"
Teriakan riuh kembali ke lapangan. Ternyata Kak Vino berhasil memasukan bola ke dalam ring. Semua perempuan pun histeris, kecuali aku. Tapi kurasa Fera juga tidak.
"Eh, ada anak kelas satu berantem," kata Dina tiba-tiba, setelah kembali dari membeli minum.
"Siapa?"
"Di mana?"
"Kapan?"
Berbagai pertanyaan pun muncul.
"Itu, tadi yang barusan rame-rame di depan ruang BP. Terus mereka lagi di ruang BP sekarang," kata Dina.
"Berantem di mana?" tanya Fera.
"Di belakang sekolah," jawab Dina.
"Siapa emang?" tanya Zoya.
"Itu, si Danu sama si Ucup," jawab Dina.
"Danu yang duduk sama gue kemarin?" tanya Fera.
"Iya, itu," jawab Dina.
"Kelihatan sih, bengal," kata Ratri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Lovers ✔️ [Completed]
Fiksi RemajaAku yang belum pernah pacaran ini menyukai Danu si adik kelas. Tapi ternyata kak Vino sang ketua OSIS menembakku. Sedangkan Fera sahabatku sendiri selalu cerita padaku bahwa dia menyukai kak Vino. Hatiku terbalas oleh Danu yang diam-diam ternyata me...