Saat ini aku dan Fera sedang duduk di kantin berdua. Memakan siomay Mang Juned. Aku berniat jujur pada Fera akan kejadian kemarin. Tetapi aku ragu untuk mengatakannya. Sampai akhirnya Fera mengajakku kembali ke lapangan untuk melihat pertandingan, aku menarik tangannya.
"Fer, tunggu!"
"Kenapa?"
"Gue mau ngomong."
"Ih, serius amat?"
"Emang serius."
Fera pun kembali duduk di kursinya, siap mendengar ceritaku.
"Kemarin Kak Vino nembak gue," kataku gemetar.
"Apa?"
"Kemarin Kak Vino nembak gue."
Brak.
Fera memukul meja, dan semua orang memandang kami.
Muka Fera merah, dia langsung pergi meninggalkanku tanpa sepatah kata pun. Aku mencoba mengejarnya, aku tahan tangannya.
"Fer, tunggu, Fer!"
"Lepas!"
"Fer, gue gak terima kok," kataku berbisik supaya tidak terdengar orang lain.
"Lepas!" akhirnya aku melepaskan tangannya.
Aku rasa dia benar-benar marah. Karena saat aku dekati, dia langsung menjauhiku. Teman-temanku pun merasa aneh, mereka semua bertanya, "Kenapa?" aku hanya menjawab "Ngambek."
※※※
Aku berdiri di balkon lantai dua sambil melihat ke lapangan. Di sini sepi, hanya ada beberapa murid, dan mereka asik pada dunianya masing-masing. Aku melihat ke bawah, di lapangan ada kak Vino sedang menjadi wasit pertandingan voli. Aku juga melihat Fera sedang tertawa bersama teman-teman sekelasku. Seketika aku langsung menangis. Aku sedih Fera marah padaku. Di sisi lain, aku juga melihat Danu bersama pacarnya, dan itu membuatku semakin sedih. Danu melihat ke arahku, tetapi aku langsung membalikkan badan. Aku malu kalau sampai ketahuan bahwa aku sedang menangis.
"Lo kenapa?" tanya seseorang di sampingku.
Aku kaget, tiba-tiba Danu sudah berada di sampingku. Dia meninggalkan pacarnya di bawah. Buru-buru aku hapus air mataku.
"Lo kenapa?" tanyanya lagi.
"Gak apa-apa."
"Gak apa-apa sih matanya bengkak."
"Beneran enggak,"
"Bohong! Pasti galau berantem sama pacar."
"Ih, bukan!"
"Terus apa?" dia mendekatiku.
"Berantem sama temen."
"Oh, temen. Kak Fera?"
"Iya."
"Kenapa?"
"Salah paham."
"Ya jelasin."
"Susah."
"Mau gue yang jelasin?"
"Gak usah!"
"Mau gue hibur?"
Aku diam cukup lama.
"Kata orang diam itu artinya iya, tapi kalo kata gue diam itu artinya enggak. Jadi gue cabut deh, gak enak loh dicuekin."
Dia meninggalkanku sendirian dengan kondisi mata masih sembab. Dia marah? Ah, mengapa orang-orang hari ini sangat sensitif.
※※※
Hari ini aku sangat tidak bersemangat ke sekolah. Fera sedang marah padaku, Danu juga. Kak Vino sibuk jadi panitia class meeting. Entah apa kira-kira yang bisa membuatku tersenyum hari ini.
Baru datang aku sudah disambut pemandangan tidak enak. Aku melihat Danu membonceng pacarnya. Perempuan itu memeluk Danu di atas motor CB 100. Aku tidak tahu mengapa Danu masih memakai motor jenis itu. Sedangkan yang lain banyak yang memakai motor sejenis motor kak Vino. Tetapi perempuan yang diboncengnya ini berbeda dengan perempuan yang kemarin.
Danu tidak menengok ke arahku, dia langsung masuk ke sekolah dengan pacarnya itu. Sungguh, bagiku, pagiku ini terasa buruk.
Ketika tiba di kelas, aku berusaha bicara pada Fera, tapi sulit sekali. Dia terus menghindariku. Dari semalam aku mencoba telepon, namun tidak diangkat-angkat. Line pun tidak dibaca sama sekali. Fera, aku tidak ingin jadi musuhmu. Temanku cuma satu, yaitu kamu.
Akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Aku tak kuat berlama-lama di sini dalam kesendirian.
"Kak Tiya," seseorang memanggilku.
Ternyata Ega, adik kelas yang kemarin duduk di sebelahku.
"Mau kemana?" tanyanya.
"Pulang."
"Bareng ya, Kak?"
"Iya."
Aku dan Ega lalu menaiki angkot yang sama.
"Kak, minta nomor HP-nya dong?!" kata Ega.
"Oh, boleh," Aku memberikan nomorku pada Ega.
Tak lama Ega pun turun dari angkot. Ega turun tepat di gang yang pernah aku lihat Danu juga berbelok ke situ. Kurasa itu memang arah rumahnya, karena katanya kan mereka saudara.
※※※
![](https://img.wattpad.com/cover/122180681-288-k18316.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Lovers ✔️ [Completed]
Teen FictionAku yang belum pernah pacaran ini menyukai Danu si adik kelas. Tapi ternyata kak Vino sang ketua OSIS menembakku. Sedangkan Fera sahabatku sendiri selalu cerita padaku bahwa dia menyukai kak Vino. Hatiku terbalas oleh Danu yang diam-diam ternyata me...