Ulangan Semester Satu telah selesai. Fera sempat tidak masuk dua hari. Akhirnya di hari terakhir ulangan dia harus ikut ujian susulan saat pulang sekolah di ruang guru. Aku pun menunggunya di depan ruang guru.
Tiba-tiba seseorang duduk di sampingku, setelah kulihat ternyata Danu. Dia hanya senyum-senyum sambil melihatku, alhasil aku pun salah tingkah lagi. Iya lagi. Baiklah, aku akan jujur. Selama ini, selama ulangan semester ini aku selalu memperhatikannya. Karena aku penasaran padanya, aku pikir dia memiliki senyum yang cukup manis. Di kantin, di aula, di ruangan sebelum bel masuk, aku selalu memperhatikannya. Tapi di saat dia menolehkan pandangannya padaku, aku langsung salah tingkah seperti orang bodoh, lalu dia akan tersenyum-senyum seperti saat ini.
"Lo kenapa sih ngeliatin gue mulu? Awas nanti naksir!"
Danu berkata seperti itu sambil cengengesan, dan aku hanya bisa diam. Aku malu, aku salah tingkah.
"Gue balik duluan," katanya meninggalkanku sambil terus cengengesan.
Ah, apa ini namanya? Tidak mungkin aku suka pada lelaki yang lebih muda dariku. Rasanya aku seperti tante-tante yang suka pada brondong.
※※※
Setelah Fera selesai dari ulangan susulannya, aku main ke rumah Fera. Tujuannya sih hanya membicarakan tentang praktek renang yang akan dilaksanakan besok. Di sekolahku, setiap semester selalu ada ujian praktek berenang untuk nilai mata pelajaran olahraga. Karena sekolahku tidak memiliki kolam renang sendiri, jadi kita pergi ke kolam renang umum yang agak jauh dari sekolah. Biasanya jadwalnya pun sudah diatur. Dalam sehari biasanya ada empat kelas yang berangkat, dan kelasku kebagian jadwal di hari pertama, yaitu besok.
Biasanya saat masa-masa ulangan begini, aku membantu Fera memeriksa hasil jawaban murid-murid yang diajar oleh pak Romi. Pak Romi memang kadang menyuruh Fera untuk membantunya. Pak Romi mengajar pelajaran Bahasa Indonesia untuk seluruh kelas satu dan sebagian kelas tiga. Untunglah aku tidak diajar olehnya, bisa jadi aku akan membenarkan semua jawabanku.
Saat ini di depanku ada setumpuk kertas jawaban para murid. Sebenarnya mudah mengerjakannya, aku hanya perlu mencocokan dengan kunci jawaban yang sudah diberikan pak Romi. Aku sedang memeriksa milik kelas X-3, kelas Danu. Aku langsung mencari kertas jawaban milik Danu.
"Ya, gue ambil minum dulu ya," kata Fera sambil berdiri.
"Oke."
Kesempatan bagus. Mumpung Fera sedang pergi kuambil ponselku dan kufoto kertas jawaban milik Danu. Entah untuk apa, tapi hatiku merasa sangat senang. Aku pun segera memeriksa jawabannya, ternyata dia tidak pintar. Yang dia ucapkan padaku saat itu tenyata hanya bualan. Dia bukan percaya pada jawaban sendiri, tetapi dia menjawab asal-asalan. Bayangkan saja, di ulangan mata pelajaran ini dia hanya mendapatkan nilai 25. Tulisannya pun tidak rapih, bulatan jawabannya tidak sempurna, dan tanda tangannya berhasil membuatku tersenyum. Lucu, kecil, jelek, kalau aku menyebutnya tulisan ceker ayam.
※※※
Malam ini sambil tidur-tiduran di kasur aku mencoba mencari Facebook milik Danu. Dengan mudah aku menemukannya, karena namanya tidak alay. Tidak seperti nama Facebook-ku yang dulu, yaitu 'Tiya Detiya YangSllalu Bahagia'. Namun setelah aku sadar bahwa itu menggelikkan, aku pun langsung menggantinya dengan nama asliku.
Tidak ada yang menarik dari akun Facebook Danu. Dia jarang meng-update status, isi profilnya hanya pemberitahuan-pemberitahuan permainan. Foto profilnya pun hanya gambar dari tokoh animasi Naruto. Tapi di koleksi fotonya aku menemukan dua foto, yaitu foto bersama teman-teman sekelas dan satu lagi foto saat anak-anak karate sedang latihan.
Dari foto itu aku jadi tahu bahwa dia ikut ekstrakulikuler karate. Dia terlihat semakin tampan saat memakai seragam karatenya itu. Dengan bagian dada yang sedikit terbuka. Di foto itu kulihat dia masih memakai sabuk kuning.
※※※
Hari ini jadwal praktek renang. Kami diinfokan untuk berkumpul di sekolah sebelum jam delapan pagi, lalu berangkat bersama menggunakan mobil yang sudah disediakan sekolah. Aku pun berangkat dari rumah menaiki angkot jam tujuh. Tapi sial, ternyata diperjalanan hujan turun deras, dan aku tidak membawa payung.
Setelah turun dari angkot, aku berlari ke warung depan gang sekolahku untuk berteduh. Hujannya deras, kalau aku lari ke sekolah pasti bajuku lebih basah dari ini. Warung ini sedang tutup, jadi tidak ada orang selain aku di sini. Tapi kemudian muncul seseorang dari belakang warung sambil merokok. Dia Danu, ternyata dia merokok. Ya, sudah terlihat sih dari penampilannya. Setelah melihat keberadaanku, dia pun tersenyum lalu membuang rokoknya. Baguslah, ternyata dia menghargaiku.
"Mau renang, Kak?" tanyanya.
"Iya," jawabku malu-malu.
"Oh, bareng berarti."
Oh, ternyata jadwal kelasku sama dengan kelas Danu.
"Oh, iya, nama lo siapa, Kak?" dia bertanya lagi padaku.
Dia berbicara Lo-Gue, tapi juga memanggilku 'Kak' sebagai kakak kelas, aku tidak minta dihormati sih, terserah dia saja. Tetapi ternyata dia tidak tahu namaku.
"Lo emang belum tahu?" tanyaku.
"Udah sih, tapi kan belum kenalan langsung. Mau kenalan?" sambil memberikan tangannya untuk aku salami.
"Tiya," kataku malu.
"Danu. Tapi pasti lo udah tahu."
"Kok?"
"Iya, cewek kan suka ngomongin orang, apalagi yang ganteng kaya gue," dia berbicara sambil nyengir.
Hujan mulai mereda, tapi hatiku tak kunjung reda. Aku masih saja gugup diajak bicara olehnya. lalu datang satu orang adik kelas lelaki yang kurasa dia kenal Danu.
"Nu, di sekolah aja yuk!" ajaknya pada Danu.
"Ayo!"
Mereka pun berlari melewati hujan yang tinggal rintik-rintik kecil. Sedangkan aku memilih untuk tetap di sini sambil menunggu Fera datang.
※※※ ※
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Lovers ✔️ [Completed]
Teen FictionAku yang belum pernah pacaran ini menyukai Danu si adik kelas. Tapi ternyata kak Vino sang ketua OSIS menembakku. Sedangkan Fera sahabatku sendiri selalu cerita padaku bahwa dia menyukai kak Vino. Hatiku terbalas oleh Danu yang diam-diam ternyata me...