Sudah dua minggu, Danu masih diam padaku. Tidak lagi tiba-tiba datang menjemput ke rumah, tidak lagi menungguku di depan gerbang sekolah, tidak lagi menghampiri saat aku sedang makan di kantin. Telepon atau SMS? Aku dan Danu memang tidak pernah melakukan itu, aku pun tidak berani menghubunginya terlebih dahulu. Tahu-tahu sekarang sudah mulai ulangan semester dua dan aku tidak fokus untuk belajar. Aku hanya berharap teman sebelahku tidak rese, agar aku bisa mencontek pada Fera.
Aku dan Fera berjalan menuju ruangan ulangan kami. Ruangan kami berada di lantai dua, nomor ruangan enam. Ternyata kami satu ruangan lagi dengan kelas X-3, kelasnya Danu. Entah bagaimana ceritanya, aku kini duduk bersebelahan dengan Danu. Sepertinya ada perubahan absen di kelas Danu. Sepertinya itu karena ada murid yang pindah sekolah dari kelas Danu yang bernama Aldi.
Selama ulangan Danu hanya diam. Tidak ada suara untukku, bahkan senyum pun tidak. Aku sendiri pun tidak berani untuk mencoba pembicaraan dengannya. Dia dingin, cuek, dan itu membuatku tidak nyaman duduk di sebelahnya. Tentunya kalau keadaan kita saat ini baik-baik saja, tentu duduk bersama seperti ini malah akan menjadi momen yang menyenangkan bukan? Tapi nyatanya, kami saat ini tidak begitu.
※※※
"Ya, lo mau makan apa?" tanya Fera saat kami berdua sudah ada di kantin.
"Hmm .... Apa ya? Lo mau beli apa, Fer?" tanyaku.
"Hmm .... Bakso aja deh."
"Ya udah, gue, ikutan deh."
Aku dan Fera pun langsung memesan bakso, kami menunggu di bangku panjang yang berada di kantin. Kantin hari ini sepi, itu karena semua murid kelas tiga sudah tidak ada kegiatan ke sekolah. Mereka sudah lulus, selanjutnya mereka harus mempersiapkan untuk mendaftar di universitas yang mereka inginkan.
Dua mangkuk bakso sudah berada di depan kami, satu punyaku dan satu lagi punya Fera. Aku langsung menambahkan kecap, saus, dan sambal yang banyak.
"Tiya! Sambelnya jangan banyak-banyak, nanti sakit perut!" omel Fera padaku.
"Biarin, biar mood gue membaik," lawanku.
"Lo kenapa sih? Lagi bete ya sama Danu?"
Aku tidak menjawab pertanyaan Fera, aku memilih segera makan baksoku.
"Gue akhir-akhir ini gak pernah liat lo bareng sama Danu. Bahkan tadi aja lo diem-dieman sama dia, padahal sebelahan. Kenapa sih? Ada masalah?" tanya Fera lagi.
"Gue gak tahu, Fer, udah dua minggu dia gak ngomong sama gue."
"Kenapa? Lo bikin masalah?"
Aku mengangkat bahuku.
"Lo udah coba telepon dia?" tanya Fera lagi.
"Duh Fer. Dia itu gak suka dikontek lewat HP."
"Kalo gitu, pulang sekolah ini lo coba deh ngomong serius sama dia."
"Gue harus ngomong apa?"
"Ya tanya bener-bener dia kenapa? Ungkapin aja perasaan lo."
"Perasaan apa? Nembak gitu?" kataku sambil mengernyitkan dahi keheranan.
"Ish, maksudnya, ungkapin kalo lo sedih, kesepian gak bareng dia."
"Gue gak berani, Fer, dia dingin banget."
"Lo harus, Ya! Biar lo gak ngerasa digantung perasaannya. Lo harus tau apa masalah antara lo sama Danu, sampe-sampe sikap Danu begitu sama lo."
"Iya, iya, ntar gue coba."
Aku meng-iya-kan omongan Fera agar dia tidak banyak bicara lagi, dan segera menghabiskan baksonya itu.
※※※
Ulangan jam kedua sedang berlangsung dan Danu masih saja diam. Ulangan jam kedua ini adalah pelajaran Bahasa Inggis. Kalau masalah Bahasa Inggris aku memang cukup pintar, jadi tidak butuh waktu lama bagiku untuk menyelesaikan jawabanku.
Danu berdiri dari kursinya lalu ke depan kelas untuk mengumpulkan jawabannya. Aku buru-buru menyelesaikan satu soal di nomor terakhir yang belum terisi, mengumpulkan jawaban, lalu mengambil tas untuk segera menyusul Danu. Saat aku keluar, Danu sudah berada jauh dari jarakku.
"Danu!" teriakku padanya, tetapi dia tidak menoleh sama sekali, dan terus berjalan menjauhiku.
Kukejar dia di koridor kelas. Kuraih tangannya, dia pun menengok.
"Danu? Lo kenapa sih? Gue salah apa?" tanyaku.
Dia hanya diam, menatap wajahku pun tidak.
"Jawab dong! Gue gak tau salah gue di mana, sampe lo jauhin gue gini."
Dia masih diam. Lalu dia lepaskan pegangganku pada tangannya. Lalu dia kembali berjalan meninggalkanku sendirian.
"Danu! Danu!" kataku sambil mengejarnya.
"Jangan ikutin gue!"
Itulah kata terakhir yang kudengar dari dia.
※※※
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Lovers ✔️ [Completed]
أدب المراهقينAku yang belum pernah pacaran ini menyukai Danu si adik kelas. Tapi ternyata kak Vino sang ketua OSIS menembakku. Sedangkan Fera sahabatku sendiri selalu cerita padaku bahwa dia menyukai kak Vino. Hatiku terbalas oleh Danu yang diam-diam ternyata me...