Ulangan Semester 1

3.6K 155 14
                                    

Hari ini tanggal enam Desember, hari dimulainya Ulangan Semester Satu. Di sekolahku, biasanya setiap ulangan semester ruangannya akan diacak dan digabung dengan kelas yang lain. Dengan posisi tempat duduk yang sudah diatur sesuai absen, dan duduk satu meja dengan murid dari kelas lain.

Kali ini kelasku, kelas XI IPA-2 satu ruangan dengan kelas X-3. Untunglah kelasku seruangan dengan adik kelas, bukan dengan kelas kak Viona. Tahun lalu kelasku satu ruangan dengan kelasnya kak Viona. Bisa kau bayangkan sifatnya yang bak ratu itu. Setiap jam istirahat dia terus mencibir anak-anak di kelasku. Padahal aku merasa teman-temanku tidak ada yang berbuat salah, kak Viona itu hanya hobi mengomentari hidup orang lain.

Kali ini aku duduk bersebelahan dengan adik kelas perempuan yang terlihat manis, namun dia begitu pendiam. Namanya Ega, dia seorang anggota OSIS. Aku tahu itu karena sering melihat dia meminta sumbangan ke tiap-tiap kelas setiap hari Jumat.

Sedangkan Fera duduk tepat di belakangku dengan seorang adik kelas lelaki yang terlihat bengal. Dia cukup tampan untuk ukuran anak nakal, jika dibandingkan dengan si Bedu teman sekelasku yang juga sangat nakal. Entah apa nilai plusnya si Bedu itu, sudah nakal, raport jelek, muka pun biasa saja. Tapi kau tahu tidak? Bedu pernah berusaha mendekatiku, tetapi aku selalu kabur, sampai akhirnya dia pun menyerah.

※※※

Ulangan pun berjalan layaknya ulangan sekolah pada umumnya. Awalnya terasa tenang, tapi saat guru pengawas mulai lengah murid-murid mulai berisik sambil tengok ke sana-kemari. Apalagi di saat menit-menit terakhir tetapi jawaban belum terisi semua, kepanikan pun mulai terjadi, termasuk aku. Aku yang sedari tadi membalikkan badan sedang menyalin jawaban milik Fera semakin ngebut menulis. Ya, mencontek memang seperti sudah menjadi tradisi bagi murid-murid sekolah saat ulangan. Seharusnya perilaku ini jangan ditiru.

Saat sedang fokus menyalin jawaban Fera, tiba-tiba ada yang menarik kertas milik Fera. Ternyata orang itu adik kelas lelaki yang duduk di sebelah Fera. Sambil mempelototiku dia berkata, "Percaya aja sama jawaban sendiri." Aku pun melongo dan langsung membalikkan badanku ke posisi yang seharusnya, yaitu menghadap ke papan tulis. Kemudian bel tanda berakhirnya waktu ulangan pun berbunyi. Karena sudah tidak berselera, aku pun sengaja membiarkan jawaban yang belum ku isi itu.

※※※

Saat istirahat aku mengadu pada Fera tentang hal yang tadi, Fera pun malah meledekku.

"Lo cemen amat sih? Masa sama Adik kelas aja takut?" kata Fera.

"Gue bukannya cemen, Fer. Malu tau! Nyampe dia ngomong kayak gitu, kesannya gue bego banget gitu ya?" balasku.

Fera pun hanya menertawaiku, aku rasa dia setuju bahwa aku bodoh.

"Eh, Fer, emang namanya siapa?" tanyaku kemudian.

"Oh, namanya Danu. Danu Junior. Hahaha." kata Fera.

"Loh? Kenapa ketawa?" tanyaku.

"Abis namanya lucu. Walaupun dia nanti naik kelas, namanya gak bakalan berubah jadi Danu Senior. Hahahahaha," Fera tertawa terbahak-bahak.

"Oh, iya juga ya. Lo bener Fer! Hahahahaha," balasku setuju.

"Kayak nama elo, Ya. Harusnya kan Detiya Desiyani. Hahahahaa." katanya lagi.

Aku pun langsung terdiam sambil manyun. Kalian tahu maksudnya? Maksud Fera itu namaku harusnya menggunakan Des karena lahir di bulan Desember, bukannya malah Nov padahal aku bukan lahir di bulan November. Entah sudah berapa kali dia mengejekku karena hal itu.

※※※

Ulangan jam kedua pun berjalan seperti halnya tadi pagi. Aksi contek mencontek tetap dilakukan, entah dengan saling melempar bulatan kertas, berbisik sambil menggunakan kode-kode dengan tangan atau melihat kertas jawaban teman secara langsung. Yang berbeda dengan tadi pagi adalah aku. Aku yang kini tidak berani menengok ke belakang untuk melihat jawaban milik Fera. Setiap kali aku mencoba untuk melihat ke belakang, selalu kudapati adik kelas yang duduk di sebelah Fera sedang melihatku. Aku pun jadi salah tingkah, aku tidak berani macam-macam. Akhirnya aku berusaha mengisi jawabanku sendiri tanpa mengandalkan Fera lagi.

Satu lagi yang berbeda di ulangan jam kedua ini. Fera tiba-tiba sakit perut lalu buru-buru dia selesaikan jawabannya agar bisa cepat pulang. Di sekolahku, biasanya setiap ulangan semester hanya dua mata pelajaran setiap harinya. Jadinya, tiga puluh menit sebelum bel pulang, Fera sudah mengumpulkan kertas jawabannya. Sebelum pulang dia pun pamit padaku, "Ya, gue balik duluan ya! Sakit perut nih. Semangat!" katanya.

Akhirnya bel tanda ulangan selesai pun berbunyi. Setelah mengumpulkan jawaban, aku pun mengambil tas yang dikumpulkan di depan kelas. Sambil berjalan keluar kelas, aku lihat seseorang yang berjalan di depanku membalikkan badan, dia tersenyum sebentar, kemudian pergi begitu saja.

Orang itu adalah Danu, si adik kelas yang duduk di sebelah Fera. Ternyata tidak hanya wajahnya saja yang tampan, tetapi senyumnya juga sangat manis. Aku rasa tadi selama ulangan dia terlihat sangat tenang, tidak mencontek ke teman-temannya. Apakah dia percaya pada jawabannya sendiri seperti yang dia katakan padaku tadi? Atau memang dia pintar? Ah, entahlah, tampangnya tidak meyakinkan.

※※※

Brondong Lovers ✔️ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang