III.

290 14 3
                                    

Jika benci bisa menjadi cinta. Berarti masih ada kemungkinan kamu dan aku menjadi kita, walau banyak perbedaan beriringan.

Author POV

3 hari kemudian, telah resmi Zahra dan Annisa masuk dalam organisasi OSIS di sekolah. Kenapa? Karena mereka memiliki tujuan lain. Karena Annisa ingin pendekatan dengan Rizki dan karena Zahra ingin membantu Annisa.

Kenapa Nindy tak ikut bergabung? Alasannya karena Nindy sulit dibujuk.

Dan kini, tanggal 14 Januari. Dan berarti 2 hari lagi ada sosok spesial yang akan berulang tahun. Maka dari itu, Annisa bingung mau memberi apa. Karena Annisa baru mengenal sosok ini.

"Orang ini spesial Ra, gue bingung kasih hadiah apa. "Ucap Annisa sambil memegang kedua pipinya dengan wajah panik.

Lagi, keduanya menghela nafas gusar karena ucapan Annisa tadi sudah disebut berkali-kali oleh Annisa.

"Sampe hafal sama itu kalimat saking seringnya lu sebut, Nis! Ga bisa hilang dari ingatan gua ini..! "Keluh Zahra sambil mengusap wajahnya frustasi.

Nindy terkekeh melihat wajah frustasi Zahra.

Kini, mereka bertiga ada di bangku panjang koridor depan kelas mereka atas usulan yang memiliki niat terselubung dari Annisa agar melihat sosok Rizki di hadapannya.

Beruntung bangku itu tak patah karena beban yang terlalu berat.

Panjang umurlah Rizki, sedang di bicarakan orangnya keluar dari kandangnya di kelas bersama seorang temannya. Sontak, Annisa, Zahra, dan Nindy tak mengeluarkan suaranya membicarakan Rizki karena ada Rizki sedang lewat di hadapan mereka.

Bahkan badan ketiganya langsung menegang dan menahan nafas masing-masing dengan wajah yang juga ikut tegang. Tiga pasang mata itu mengikuti gerak gerik Rizki.

Termasuk pada saat Rizki menepis tangan Fahmi yang hinggap di bahu Rizki.

Dan pada saat Rizki sudah hilang dari pandangan mereka.

"Huufft.. "Bahkan helaan nafas ketiganya terdengar setelah mereka menahan nafas.

Dan tiba-tiba saja kejadian beberapa menit lalu saat Rizki dan temannya lewat, terulang kembali di ingatan Annisa.

"Sekarang gue tahu harus kadoin apa! "Ucap Annisa sambil berdiri dari tempat duduknya yang membuat Zahra dan Nindy menatap Annisa dengan heran.

Dengan semangat Annisa mengambil ancang-ancang hendak pergi hingga membuat Zahra dan Nindy semakin heran dengan kelakuan Annisa saat ini yang seperti... Ah begitulah!

"Mau kemana lu? "Tanya Zahra tiba-tiba yang membuat Annisa menurunkan ancang-ancangnya.

"Kantin. "Jawab Annisa dengan wajah polos.

Sontak, mulut Nindy sedikit terbuka dengan dahi yang mengernyit karena bingung.

"Lu mau kasih kado apaan? Kuah bakso? "Tanya Nindy yang bingung terhadap sikap aneh sahabatnya itu.

"Bukan lah! Gue haus, mau beli cemilan juga. Mau ikut? "Tanya Annisa.

/••\

KIAN | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang