XXVIII

152 9 0
                                    

Author POV

Seperti perkataan Annisa di mobil pada saat ingin pergi ke mall 10 hari yang lalu, ia juga mengendarai mobil sampai hari ini untuk pergi ke sekolah. Tentu bersama Zahra, dan Nindy. Bagaimana dengan Laila? Dia menolak saat ditawarkan untuk berangkat bersama, dengan alasan karena berbeda arah dan takut merepotkan.

Ibaratnya, rumah Annisa, Nindy dan Zahra ada di titik A, sekolah ada di titik B, sedangkan rumah Laila di titik C. Jadi untuk menghampiri rumah Laila, mobil berisi Annisa, Nindy dan Zahra harus melewati sekolah untuk ke rumah Laila, dan kembali lagi ke sekolah.

Jelas saja Laila menolak.

Lagi-lagi, Annisa kembali mendapat hujatan dari murid yang lain. Dan selalu ada Nindy, Zahra, dan Laila yang menyemangati Annisa agar tak terpengaruh oleh ucapan mereka. Mengenai Nindy dan Zahra, mereka juga ikut berkerudung walau tak selebar Annisa dan Laila. Hanya sekedar memakai kerudung instan bagi Zahra, dan kerudung segitiga bagi Nindy.

Tiga bersahabat itu keluar dari mobil Honda Jazz milik Annisa pemberian Usman yang lama tak dipakai. Terlihat dari plat nomor yang tertera bahwa itu dibeli 2 tahun lalu.

B 2903 ARA

Plat nomor ini yang khusus Usman pesan untuk mobil Annisa, berisi tanggal ulang tahun Annisa. Yaitu 29 Maret, dan nama khusus Annisa, yaitu Ara.

Annisa, Nindy dan Zahra keluar dari mobil dengan tas yang disampirkan di satu bahu, menjadikannya terkesan seperti badgirl taubat, mereka berjalan dengan perlahan seakan sedang dalam scene yang dibuat slow motion, terlebih dengan semua pandangan mata yang tertuju pada mereka, membuatnya seperti asli adegan dalam film.

Ketiganya berjalan sepanjang lorong masih dengan cara jalan seperti tadi, membuat banyak orang mendengus kesal. Lorong seketika menjadi mecet karenanya.

"Sial! Apa perlu dikasih polisi lalu lintas kalo begini? "

"Eh, yang di depan! Apa perlu gue ajarin cara jalan yang bener? "

"Ah, elah! Masih cakepan cara adek gue jalan dari pada kalian! GC dong! Belum ngerjain PR kimia, nih! "

"Eh! Cewek! Cepet dong jalannya! Gue gendong juga lu nanti! "

Ketiganya tak menggubris. Masih dengan cara berjalan seperti tadi. Hingga ada tiga orang yang juga ingin lewat, dan mencari cara bagaimana agar yang ada di depannya bisa menyingkir dan memberinya jalan.

Salah satu diantaranya memberi kode agar tetap dibelakangnya dan mengikuti apa yang ia lakukan.

1..

2..

3!!

"AIR PANAS! AIR PANAS! PERMISI..!! AIR PANAS..!! "

Sontak yang lainnya menyingkir, dan membuat yang berteriak itu tersenyum girang dan kembali berteriak.

"AIR PANAS..!! PERMISI, PERMISI..!! AIR PANAS..!! WEI, AIR PANAS, WEI! " Teriak mereka serempak.

Sontak Annisa, Nindy dan Zahra menyingkir dari tengah lorong dan segera mengambil posisi di pinggir lorong untuk memberi jalan dengan wajah panik.

Sesampainya di barisan terdepan lorong, mereka tersenyum penuh kemenangan. Annisa terkejut. Dan salah satunya juga ikut terkejut melihat Annisa. Salah satu diantara ketiga murid yang membuat keributan dengan berteriak 'air panas' itu mendekat dengan berlari kecil kearah Annisa.

Sontak dua dari teman si murid yang mendekati Annisa ini berhenti tersenyum penuh kemenangan, terganti dengan saling pandang penuh tanda tanya dan saling menjawab dengan mengedikkan bahunya.

KIAN | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang