XVIII

161 10 3
                                    

Dengan surat, kita bisa mencurahkan semua yang ada dalam hati kita. Tapi tidak denganku. Dengan surat, aku bisa menyalurkan kasih sayangku yang tersirat.
-I'i

Author POV

Flashback ON

"Oh iya, kak Nisa, tadi ada yang nitipin ini buat kakak. Udah ya kak, gue pinjem dulu kak Zahra nya, mau ke kantin. Bye kak.. "Ucap lelaki kelas X yang Annisa tahu bernama Nauval.

Nauval memberikan sepucuk surat berwarna putih dengan tulisan tangan bertuliskan kalimat basmalah pada surat itu, tulisan tangan yang menurut Annisa sangatlah indah. Lalu Nauval pergi ke kantin bersama Zahra yang tadinya sedang mendengarkan penjelasan dari Laila mengenai kisah cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah radiallahu anhu yang konon setan-pun tak tahu saking hebatnya mereka menjaga cinta mereka.

Zahra dan Nauval kini kian dekat, bahkan tak jarang mereka menjadi buah bibir sebagai calon couple paling serasi di sekolah. Dan mengenai surat kagum yang diberikan atas nama Nauval pada Annisa, Nauval bilang,

"Kalo disuruhnya bikin surat kagum, ya gue emang kagum sama kak Nisa makanya suratnya buat kak Nisa. Tapi kalo disuruhnya surat cinta, baru deh, gue bikin buat cewek spesial yang ada di hati gue.. "

Itulah jawaban Nauval pada saat ditanya kenapa memberikan Annisa surat kagum jika pada akhirnya dia PDKT dengan Zahra. Dan jawaban itu mampu membuat yang lain terdiam dan bertanya-tanya dalam hati siapa sosok spesial yang Nauval maksud.

Dalam hati, Nauval menambahkan 'lagian yang bikin bukan gue, tapi kak Rizki. '

Pandangan yang tadinya mengarah pada Nauval dan Zahra yang pergi ke kantin meninggalkan mereka dengan beberapa macam botol minuman dan cemilan, sekarang mengarah pada surat yang ada pada genggaman Annisa.

Tatapan itu menyiratkan untuk menyuruh Annisa membuka surat itu. Tapi Annisa malah mengernyitkan dahinya sambil bertanya dalam diam, hanya lewat tatapan tanya pada Nindy dan Laila. Laila juga ikut penasaran, karena selama di sekolahnya dulu tak pernah ada yang semacam ini. Di pesantren.

"Apa sih? "Tanya Annisa yang kebingungan dengan sikap dua sahabatnya yang mengode Annisa untuk membuka surat itu, tapi sayangnya Annisa sama sekali tak mengerti bahasa tubuh Nindy dan Laila.

"Buka suratnya, Nisa! Etdah yak! Otak lu micin semua sih, di kode malah kaga ngarti! "Ucap Nindy dengan logat betawinya yang mulai terdengar kental itu.

Annisa hanya ber-oh ria sambil mengangguk pelan. Lalu ia meneliti amplop yang ia pegang. Bahkan Annisa sampai menerawang apa yang ada di dalam amplop itu dengan cahaya lampu kelasnya. Berharap isinya kupon berhadiah kan lumayan, bisa tambahin uang jajan.

Tak lama, Annisa membuka amplop itu dengan sangat hati-hati. Karena ia tak mau merusak bagian tulisan basmalah yang ada di penutup amplop itu. Saat mengeluarkan isinya, Annisa mendengus pelan karena isinya tak sesuai harapan. Isinya hanya kertas garis-garis khas lembaran yang diambil bagian tengah buku seorang pelajar.

"Wih, enak ya lu Nis! Valentine udah lewat tetep aja dapet surat! Eh, tunggu! Bukan surat tagihan kan? "Ucap Nindy berdecak kagum, lalu berlanjut dengan pikiran negatifnya.

"Valentine itu haram, lho Ndy. Rasul bilang, 'barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia bagian dari kaum tersebut. 'Dan valentine itu perayaan orang nonmuslim. Lagian, kalo hari kasih sayang cuma sehari dalam setahun, yang ada dunia bisa penuh peperangan selama 364 hari pertahunnya. "Ucap Laila mengingatkan Nindy dan Annisa.

KIAN | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang