XI

164 12 0
                                    

Ngejar kamu itu kaya ngejar bayangan sendiri, ya? Aku kejar kamu malah menjauh. Tapi kalau aku berbalik dan berjalan, akankah kamu mengikutiku?
-Annisa Rahmadani

Author POV

MOS pagi ini adalah mengharuskan murid baru mencari anggota OSIS dan meminta tanda tangannya. Dan dalam kurun waktu kurang lebih satu jam, mereka harus melengkapi koleksi tanda tangan mereka yang berjumlah 25 orang yang tergabung dalam organisasi tersebut.

Tapi, sebelumnya para anggota OSIS diperbolehkan untuk bersembunyi. Tetap ada ketentuan untuk bersembunyi bagi para OSIS, yaitu tetap di lantai pertama agar para murid baru tak perlu menjelajah ke lantai atas. Dan anggota OSIS diperbolehkan menjauh dari murid baru saat dikejar.

Tapi sekarang, para murid baru itu masih berada di beberapa ruang kelas terpisah untuk dikenalkan dengan satu guru perkelasnya.

Annisa dan Zahra masih kebingungan harus mencari persembunyian yang tepat kemana. Taman belakang? Oh, tidak! Terlalu mudah ditebak. Kantin? Annisa membayangkan akan ada murid baru nakal yang memilih kabur ke kantin tapi malah menemukan mereka dan meminta tanda tangan. Jelas jawabannya TIDAK!

Akhirnya Annisa dan Zahra sepakat bersembunyi di perpustakaan. Walaupun Annisa sudah menolak karena kejadian traumatis saat ia ditolak Rizki terang-terangan walau Annisa bahkan tak pernah meminta Rizki jadi pacarnya. Hanya sekedar kode dan cari perhatian yang.. Berlebihan.

Zahra mengecek grup OSIS.

Ryan A. : Game nya udah dimulai. Pastikan kalian dapet saja tempat persembunyian yang tepat dan susah dicari! Jangan segan buat ngerjain mereka! Semangat!

"Udah dimulai, Nis. "Ucap Zahra memberi info.

Annisa hanya mengangguk. Tapi tatapannya menjelajahi barisan buku-buku yang tersusun sesuai genre buku masing-masing. Dan Annisa sedang berada di rak bergenre inspiratif dan spiritual. Mungkin ia tertarik untuk meminjam buku dari perpustakaan.

Dan matanya tertarik dan terpaku pada saat yang bersamaan saat melihat sebuah buku berwarna hitam bertulis 'The Perfect Muslimah' karya Ahmad Rifa'i Rif'an. Ia membaca sinopsisnya, tapi berakhir dengan mengembalikkannya pada tempat semula.

Dan matanya kembali tertarik dan terpaku saat melihat buku berwarna merah muda cerah di hadapannya. Buku itu berjudul 'Bidadari Bermata Bening' karya Habiburrahman El Shirazy. Nama penulisnya terdengar tak asing bagi Annisa.

Dari judulnya, Annisa berpikir, 'Emangnya bidadari matanya putih semua gitu? Kok bidadari matanya kaya zombie? Itu bidadarinya kena rabies kali ya?'.

Lagi-lagi Annisa mengembalikkan buku itu pada tempatnya. Ia merasa tak tertarik dengan buku semacam itu. Menurutnya terlalu.. Membosankan. Tentu saja membosankan bagi Annisa. Sosok pecinta kebebasan seperti Annisa yang tak suka diceramahi itu sudah pasti menolak untuk membaca buku yang menurutnya 'sok bener'.

Padahal, buku seperti itu bisa mengubah cara pandangnya sebagai seorang perempuan.

Tapi Annisa suka membaca novel teenfiction atau romance yang berbau teenlit seperti Dear Nathan yang sedang booming dibicarakan banyak orang.

KIAN | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang