II.

333 16 0
                                    

Persahabatanku diisi dengan saling mengejek, tapi bukan berarti membenci. Tapi itu sebuah pembuktian kalau kami itu tak bermuka dua.

Author POV

Setelah hari ke-3 setelah hari dimana 3 bersahabat itu membahas tentang 'faedah kalau BAB ngga putus-putus' itu, Annisa menjadi jarang atau bahkan hampir tak pernah lagi membicarakan Ridho.

Nindy dan Zahra juga tak pernah menyinggung mengenai Ridho. Dan akhirnya, Zahra menyadari bahwa Annisa sudah jarang membahas tentang Ridho di hadapannya dan Nindy.

Pada saat ini, ketiganya berada di balkon kelas, tempat paling tepat untuk melihat keadaan di lapangan. Ketiganya melihat pertandingan antara X IPA-1 dan X IPA-2 yang bisa dibilang pertandingan paling sengit karena semua pemainnya memiliki kemampuan yang setara hebatnya.

"Nis, jagoan lu kali ini kelas berapa? Kan Ridho ngga ikut main tuh! "Tanya Zahra yang teringat bahwa akhir-akhir ini Annisa jarang menyinggung mengenai Ridho sedikitpun.

Alhasil Nindy ikut kepo terhadap percakapan kali ini. Zahra dan Nindy menatap Annisa, menunggu jawaban apa yang terlontar dari mulut Annisa kali ini.

Kemungkinan besar Annisa akan memilih kelas X IPA-2 karena kelasnya sendiri dan karena kelas lawannya, X IPA-1 tak terdapat Ridho bermain dalam pertandingan kali ini.

"Mm.. Gue pilih yang menang! "Jawab Annisa yang sontak membuat Nindy dan Zahra kesal.

Nindy mengelus bahu Zahra agar tak tersulut emosi walau dirinya juga mulai tersulut emosi. Sedangkan Annisa masih menonton pertandingan sengit yang terjadi di lapangan tanpa memedulikan keadaan kedua sahabat di sampingnya itu.

"Sekarang gue yakin. "Gumam Annisa yang membuat Nindy dan Zahra secara bersamaan menatap Annisa dengan serius juga bingung.

Nindy dan Zahra serempak mendekat dan menatap Annisa dengan penasaran sedangkan Annisa masih tetap menatap pertandingan sepak bola di lapangan.

Nindy dan Zahra menatap Annisa dengan penasaran, menunggu kelanjutan ucapan Annisa selanjutnya sampai sekian detik kemudian.

"Eh, nyet! Jangan bikin penasaran dong! "Keluh Nindy.

"Tau nih! "Sambung Zahra menuntut.

Annisa menatap Zahra dan Nindy dengan tatapan datar. Dan itu sangat jarang terjadi untuk Annisa. Karena Annisa adalah sosok yang bisa dibilang hyper active dan jarang memunculkan wajah datar seperti itu.

Beberapa detik setelahnya Nindy dan Zahra masih setia menatap wajah datar Annisa yang membuat keduanya bingung sampai Nindy dan Zahra saling tatap mempertanyakan hal yang sama lewat sorot mata keduanya tentang tatapan datar Annisa.

Alhasil, Zahra inisiatif bertanya pada Annisa.

"Nis, lu kebelet BAB? "Tanya Zahra yang langsung dibuahi senggolan bahu Nindy.

"Bukan, bego! "Jawab Annisa.

Tangan Annisa terlipat diatas pembatas balkon kelas nya dengan senyuman khas dari seorang Annisa yang lama tak nampak dari persembunyiannya.

"Jadi, gue itu udah yakin kalau rasa ini cuma rasa kagum. You know lah ke siapa.. "Lanjut Annisa yang sontak membuat Nindy dan Zahra menghela nafas sambil memutar bola mata malas.

KIAN | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang