XXX

158 11 2
                                    

Author POV

Pagi hari, di hari yang cerah nan membahagiakan bagi Annisa Rahmadani. Karena hari ini, adalah ulang tahunnya ke 18, juga hari kepulangan ayahnya dari Palestina. Tapi acara ulang tahunnya masih akan berlangsung mulai jam 19.30 nanti. Annisa harus bersabar.

Tapi Annisa tak sabar mendapat kabar kepulangan ayahnya dari Palestina. Annisa sangat ingin menyambutnya dengan senyuman indah. Annisa bahkan berharap ayahnya membawa bocah Palestina yang menggemaskan. Annisa tak keberatan memiliki adik lagi seorang bocah Palestina yang mempunyai memori masa mengerikan dari negaranya. Malah Annisa bahagia jika bisa merawat beberapa bocah terdzalimi dari Palestina.

Annisa melangkahkan kakinya di lorong, dan langsung memasuki kelasnya. Annisa langsung disambut oleh ucapan selamat ulang tahun dari Rizki, Ridho dan Ahmed. Annisa sungguh bahagia saat itu.

"Barakallah fi umrik, Nisa.. Aku doakan, impian kamu tercapai, murah rezeki, makin taat sama Allah, orang tua, dan guru, makin cerdas, panjang umur, sehat selalu, apapun yang terbaik buat kamu lah pokoknya! Aku aamiin-kan! "Ucap Ahmed panjang lebar.

"Barakallah fi umrik juga ya Nis.. Kurang lebih sama lah doanya sama yang di omongin ni bule Timur! Tapi gue doakan juga, semoga kamu dijauhkan dari siksa neraka, siksa kubur, fitnah Dajjal juga.. Dipersatukan sama orang yang, ekhem! Kamu cinta.. Kamu sayang.. Di surga nanti. Jadi muslimah sejati nan shaleha yang bisa jadi ummi yang baik bagi anak-anak kamu nanti sama, ekhem! Rizki -Ridho menyebut nama Rizki dengan lirih- sejahtera hidup dan matinya.. Duh banyak deh pokoknya, bisa dijadiin cerpen kali nih! Pokoknya itulah doa aku, disatuin sama doanya Ahmed. Semoga dijabah sama Allah. "Doa Ridho.

Sontak Annisa, Ridho, Rizki, Ahmed langsung meng-aamiin-kan, juga beberapa orang yang tak sengaja mendengarnya. Tak sedkit pula yang memberi kritikan pedas untuk Annisa. Dan Annisa teringat nasehat Usman, untuk menutup telinganya saat ada yang mengkritik pedas dirinya.

Ridho menyikut pinggang Rizki.

"Ente mau doa apa ke doi? "Tanya Ridho.

"Samain ajalah, males mikir! "Ucap Rizki cepat, ia menangkupkan kedua tangannya di depan dada, dan langsung berlalu begitu saja ke bangkunya di belakang ruang kelas.

Semua terdiam diantara Annisa, Ridho dan Ahmed. Hingga Annisa memecahkan keheningan.

"Syukran katsiran, akhi.. Jadi pengen nyanyi lagunya Pharrel Williams deh saking bahagianya.. Nanti kalian dateng, kan? "Ucap Annisa antusias.

Ahmed dan Ridho mengangguk.

"Sip, jarang-jarang lho aku rayain ultah.. Jadi kalian harus dateng, undangannya eksklusif, cuma orang terdekat yang aku undang. You're lucky man, lucky man! "Ucap Annisa semakin antusias, diakhiri dengan menirukan nada sebuah lagu yang sering ia dengar lewat radio saat dalam perjalanan di mobil.

/••\

Annisa menjalani harinya di sekolah dengan antusias. Bahkan ia sangat bersemangat mengerjakan soal pelajaran kimia. Entah jawabannya benar atau salah, yang jelas hari ini ia memiliki tingkat percaya diri yang sangat tinggi.

Bahkan saat jam istirahat, Annisa menyewa suara Nindy dan Zahra untuk memberitahu pada penghuni kantin yang sedang kelaparan kalau makanan dan minuman mereka ditraktir Annisa. Mayoritas berteriak kegirangan, dan ada juga yang menanggapi dengan negatif.

Bahkan Annisa membayar lebih keseluruhan tagihan dari kantin saat pulang sekolah. Dan sekarang, Annisa telah mengantar dua sahabatnya pulang, dan kini tinggal ia sendiri di mobil. Aura bahagianya masih terpancar sempurna. Jarang-jarang seorang murid yang berhadapan dengan UN malah bahagia seperti Annisa.

KIAN | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang