VI.

186 11 4
                                    

Kepergianmu adalah duka. Walaupun aku tahu, kepergianmu hanya sementara, bukan selamanya. Akan aku tunggu kamu dengan setia.

~~

Jika rasa rindu dan sabar di ibaratkan harta, sudah pasti aku menjadi kaya seketika hanya dengan menunggu kamu peka.

Author POV

Sebulan kemudian, Annisa di lorong kelas masih sibuk memakan cokelat hasil hari Valentine yang diberikan oleh 'fans' Annisa. Dan hari ini pula, Rizki dan Ridho berangkat ke tempat dimana olimpiade Sosiologi berlangsung. Annisa berpikir ia harus sebisa mungkin Annisa menertalisir detak jantungnya tiap terpikirkan bagaimana hasil kedepannya nanti agar tak mendapat riwayat penyakit jantung suatu saat nanti.

Entah Annisa mendapat rumus darimana bisa berpikir seperti itu. Lagi dan lagi, sepertinya zat yang ada di mecin terlalu banyak di konsumsi oleh Annisa dikala harga garam melonjak.

Hari-hari Annisa selama 3 hari ini terasa sepi karena tak melihat batang hidung kesayangannya, Rizki. Ia merindukan sosok lelaki muda berilmu yang satu itu.

'Dengan rindu, aku tahu. Bahwa kamu adalah pujaan hatiku. Dengan melihatmu, aku tahu, kaulah obat penawar rindu ini. 'Batin Annisa mulai melankolis.

Lagi dan lagi Annisa menggigit cokelat batangan yang ia pegang dengan tatapan kosong seakan tak bernyawa. Dimana yang lainnya? Mereka sedang sibuk merangkum catatan biologi yang sangat menyita waktu jam istirahat mereka.

Dan Annisa sama sekali tak peduli jika nanti ia akan disuruh remedial oleh sang guru Biologinya jika nilai ulangan tengah semesternya dibawah KKM karena catatannya tak lengkap saat belajar. Dalam otaknya hanya terpikirkan sosok Rizki saat ini.

Potongan terakhir cokelat batangan telah dilahap Annisa dan langsung dibuang Annisa pembungkus cokelat itu. Annisa menampar pipinya cukup keras.

Dalam hati ia berkata pada dirinya sendiri, 'Jangan cuma karena lelaki, lo jadi orang bego yang mengisi waktu dengan hal ngga bermutu seperti ini! '

Annisa mendengar dengusan nafas kasar di dekatnya yang membuatnya menatap pada sumber suara. Suara itu bersumber dari Nindy dan Zahra yang sedang memutar-mutar pergelangan tangannya yang terasa sakit karena terlalu banyak menulis.

"Nisa.. Nisa. Baru ditinggal 3 hari olimpiade udah kaya orang frustasi. Gimana kalo di tinggal mati nanti? "Tanya Zahra meledek.

Zahra dan Nindy sudah duduk di samping kanan dan kiri Annisa.

"Lo masih inget ngga, Nis? Sebelumnya nyokap lo pernah bilang 'mencintai manusia itu secukupnya aja, jangan sampai rasa cinta kamu ke manusia lebih besar daripada ke Allah. Kalau kamu udah patah hati karena manusia, kamu akan tahu kalau cinta manusia itu akan menimbulkan kecewa, tapi tidak dengan cinta Tuhan yang lebih setia dan mulia. 'Inget ngga? "Lanjut Zahra.

KIAN | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang