VIII

164 11 0
                                    

Rinduku padamu tidaklah semu. Cintaku padamu bukanlah dusta. Tapi kamu, malah menorehkan pilu, dan sesak di dada.
-Annisa Rahmadani.

Author POV

Sudah seminggu Annisa menahan rindu dan pilu karena Rizki secara bersamaan karena hari libur pergantian tahun ajaran di sekolah. Padahal, seharusnya ia berbahagia karena ditawarkan akan dibelikan apapun sebagai hadiah oleh sang bunda karena mendapat ranking ke-2 di kelas. Padahal dari sejak dia SD kelas 3, Annisa selalu mendapat peringkat ke-2.

Kecuali saat kelas IX dulu, itupun karena Zahra pindah sekolah bersama Nindy. Pada saat itu Annisa berhasil mencapai peringkat pertama di kelas.

Dalam hati, Annisa berharap agar saat kelas XI kali ini ia bisa sekelas dengan sahabatnya dan juga Rizki. Setidaknya, sebagai bayaran atas rindunya yang terus membuncah setiap detiknya. Dan berharap sikap cuek Rizki hilang dan dipermudahkan masa pendekatannya dengan Rizki.

Akankah Tuhan mengabulkan doa Annisa? Disaat Tuhan malah melarang umatnya mendekati zina seperti firmannya, Al-Isra' ayat 32?

Sekarang, Annisa sedang menonton serial kartun Doraemon di televisi. Sesekali tersenyum atas tingkah bodoh Nobita. Setidaknya, itulah yang ia lakukan untuk mengalihkan pikirannya dari Rizki.

Tiba-tiba pamannya yang sedang menginap sejak dua hari lalu ini mendatangi dan duduk disamping Annisa. Pamannya yang bernama Jamal ini adalah salah satu paman favoritnya. Karena Annisa tak memiliki kakak, pamannya ini yang suka memanjakannya sejak kecil.

Jamal memerhatikan wajah Annisa yang menurutnya aneh, dari raut wajahnya, auranya, tatapan matanya, itu terlihat bukan seperti Annisa yang biasanya. Annisa yang merasa diperhatikan langsung menoleh kearah sang paman, Jamal.

Belum juga Annisa mempertanyakan kenapa pamannya ini melihatnya dengan intens, Jamal sudah terlebih dahulu membuka suara.

"Lagi galau ya, Ra? "Tanya Jamal.

Kenapa Jamal memanggil Annisa dengan sebutan 'Ra'? Karena suda menjadi sebuah kebiasaan keluarga memanggil Annisa Rahmadhani dengan sebutan 'Ara' agar tak sama seperti orang lain yang memanggil Annisa Rahmadani dengan sebutan 'Annisa'.

"Ng-nggak kok, mas.. Mamas aja su'udzon. "Dusta Annisa dengan terbata.

Jika Jamal tahu kalau Annisa galau, pasti akan jauh lagi pertanyaan yang akan dilontarkan. Dan Annisa tak menyukai itu. Annisa juga takut kalau Jamal meminta Annisa memanggil orang yang membuatnya galau seperti ini.

Sejak kejadian tempo hari di perpustakaan membuat Annisa berpikir seribu kali untuk sekedar menyapa atau tersenyum pada Rizki, yang berakhir dicuekkin. Itulah yang tak mau ia sampaikan pada Jamal. Ya, perlakuan Annisa berubah pada Rizki sejak itu. Dan karena itulah Annisa merasakan rindu yang tak seperti sebelumnya.

Rasa rindu Annisa lebih besar tiap harinya, dan karena sebab yang sama.

"Yaudah, inget pesan mamas, kalau kamu jatuh cinta sama seorang lelaki, bawa lelaki itu ke hadapan mas secepatnya! "Suruh Jamal.

Sebenarnya, Jamal masih belum pantas dipanggil 'mas' atau 'mamas' seperti kebiasaan Annisa karena umur Jamal bahkan masih menginjak 22 tahun, tapi sayangnya sudah menjadi kebiasaan yan sulit dihilangkan.

Annisa menghela nafas kasar. Ucapan seperti ini telah Jamal ucapkan bertahun-tahun lalu, saat Annisa bahkan masih berumur 11 tahun, sekitar 6 tahun yang lalu. Mungkin ingatannya mengenai kejadian itu sudah menguap termakan oleh waktu yang terus berjalan. Dan pengetahuan Annisa masih terbatas mengenai dunia luar, termasuk pengetahuan mengenai percintaan.

KIAN | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang