Keping 5 Tergerogoti

79 9 0
                                    

Bernad POV

Kasihan Lena, akhir-akhir ini dia bekerja keras, malam sekali jam pulangnya. Lena udah makan belum ya? Pasti belum sempat. Untung saja aku mengurungkan niatku membawa mobil, kalau tidak mobilku pasti sudah beradu mulut dengan mobil-mobil lainnya. Aku melaju sangat kencang, membuat jaketku yang tak kukancingkan berkibar-kibar layaknya bendera di hari kemerdekaan. Tidak peduli, yang penting Lena bisa tidur pulas malam ini.

Tak butuh waktu lama dengan sedikit melakukan akrobat meliuk-liuk di jalan 15 menit saja waktu yang kubutuhkan untuk sampai di kantor Lena. Kuedarkan pandangan sejenak, mataku yang masih awas ini tertuju pada gadis berkemeja putih duduk di bangku kayu sembari menyandarkan badannya di dinding belakang. Rupanya, gadis cantikku Lena tertidur, sangat menggemaskan. Aku terkekeh tapi buru-buru kuhampiri Lena.

"Len.." Kuelus pipinya lembut, Lena tak menjawab. Kulihat area sekitar matanya gelap, kasihan sekali. Lena benar-benar lelah. Sejenak aku menyesal karena tidak membawa mobil.

"Len.. pulang yuk udah malem nih," masih kuelus pipinya. Lucu sekali, matanya mengerjap-ngerjap seperti bayi panda. Tak kulewatkan kesempatan ini, kuabadikan lewat kamera ponselku.

"Eh.. Nad udah disini?"

"Hello baby panda.." Lena tertawa, membenarkan posisi duduknya, "yuk pulang.. tidurnya dilanjutin dirumah lagi," sahutku kemudian.

Lena menurut saja kataku, kami berdiri dan Lena spontan menggandeng tanganku. Dingin sekali. Aku baru ingat, Lena pasti belum makan apa-apa sejak jatah makan siangnya.

"Sayang kamu udah makan?"

"Udah tadi siang," mendengar jawabannya membuatku gemas ingin mencubitnya.

"Kamu ya.. malam belum kan? Mau makan dulu?"

"Tapi udah capek banget nih aku, kayaknya ga usah deh,"

"Dibungkus aja ya makannya, nanti dirumah sambil tiduran aku suapin," Lena mengangguk saja. Siapa yang tega melihat Lena seperti ini? Aku tak habis pikir, apa atasan Lena tak pernah punya istri?

Di perjalanan Lena tertidur di bahuku, aku berhenti dan memesan nasi goreng menu favoritnya tanpa membangunkan bidadariku sama sekali. Lena benar-benar tertidur pulas sampai aku berhenti di depan rumahnya. Lena langsung duduk di sofa panjangnya, meluruskan kakinya sambil dipijat-pijatnya pelan, sedangkan aku? Tentu langsung kusiapkan makannya.

"Kamu ga lembur Nad?" Lena membuka pertanyaan setelah suapan pertama habis dikunyahnya.

"Hari ini enggak, sebagian sudah dikerjakan temenku. Besok mungkin aku baru mulai lembur lagi."

"Oh.. lucu ya pekerjaan kita lagi padet-padetnya barengan lagi, perusahaanku lagi cari Brand Ambassador," Lena mulai bercerita soal peliknya pekerjaan demikian juga aku. Cerita demi cerita terus mengalir, sampai suapan terakhir masuk ke mulutnya yang manis. Kami berpelukan sejenak, kukecup keningnya, dan aku berpamitan pulang.

Maafkan aku hanya ini yang bisa kuberikan, seluruh cintaku.

Bernadmenghempaskan punggungnya ke ranjang. Lama-lama dunia ini terasa berat dipundaknya. Sejujurnya Bernad tak peduli dengan seluruh rasa sakitnya. Ia hanya kebingunganmembuka mulut terutama pada Lena. Ia sudah bisa membayangkan dengan jelasbagaimana reaksi Lena ketika mendengar Leukimia tengah menggerogoti tubuhnya.

Kamu NafaskuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang