Keping 28 Simfoni Duka

31 3 0
                                    

"Sam.. honey?" Perlahan Ari membuka pintu. Ia tahu betul, membuat kaget Sam adalah kesalahan yang fatal.

"Aku ada di kamar.. come here sweetheart." Ari tersenyum, seperti ada yang melayang. Beban yang sedari tadi hinggap telah terbang.

"Are you ok?" Ari mengecup lembut kening Sam.

"i'm fine.. i'm waiting for you babe. Aku masih ada waktu."

Beban itu kembali hinggap, memberikan perasaan aneh yang mulai menggerogoti nyali Ari. Ketakutan. Ada sesuatu yang tidak beres, ganjil. Meskipun lembut, perkataan Sam itu berhasil mengiris hati Ari.

"I love you Sam.." Buru-buru Ari menyela sebelum waktu itu benar-benar habis.

"Me too.. i love you so much, but i'm sorry.." Sam mengacungkan tangannya. Mata Ari membelalak tak percaya. Sebilah pisau tertancap erat persis di tengah pergelangan tangan kiri Sam.

"What the hell is that!" Ari menjerit. Jeritan yang langsung berkolaborasi dengan derasnya air mata itu menciptakan simfoni duka. Ari terus meraung-raung, menyibak selimut yang berlumuran darah, "Explain to me! Apa-apaan ini?"

"Ari i'm so sorry.. Dadymu datang.."

"Kamu lebih percaya sama Dady dari pada aku? Now, look what you have done to me! Look Sam LOOK! You killing me inside." Ari meronta-ronta saat tangan kanan Sam berhasil terkunci pada tangan Ari.

"Ari listen to me.. Hey!" Suara Sam meninggi. Ari terduduk lemas, bau anyir darah menyeruak memenuhi setiap celah kamar Sam.

"Tanpa aku harus begini, aku akan tetap mati. Just the same dear."

"I'll call ambulance." Sekuat tenaga Ari mencoba berdiri, tapi lututnya bergetar tak bisa di kontrol, mendorongnya kembali jatuh terduduk.

"No.. No.. just listen to me, ok?" Sam memejamkan mata, tangannya berdenyut kencang. Ia memaksa tubuhnya bangkit, "Arghh shit!" Tubuhnya berdebam jatuh ke lantai.

"SAM!" Sekuat jeritannya, sekuat itu pula tangannya berusaha membopong Sam. Ari kembali terduduk, lututnya makin bergetar hebat. Ia masih bisa merasakan Sam bernapas dalam dekapannya.

"Ari.. i'm sorry.. tapi aku sudah nggak kuat lagi. You and i can't be together, setidaknya untuk saat ini. Mungkin nanti kita bisa sama-sama lagi, dengan keadaanku yang utuh. Tolong jangan halangi aku sayang. I love you now and forever."

"Sam.. aku lebih bisa menerima kalo kamu pergi dengan cara yang wajar. Not by suicide."

"Untuk entah yang keberapa, i'm so sorry"

"But how about our love story? Our relationship."

Senyum terukir dari lekuk wajah yang memucat. Senyum yang sangat indah dan begitu perih untuk dilihat, " Our love story is colorfull babe."

Mereka terdiam, masing-masing dengan air mata. Sunyi. Hanya terdengar desahan napas bercampur isak. Dahi mereka terpaut sebelum akhirnya Sam mengusap lembut air mata Ari.

"Let me kiss you at the end of my life."

Ari tak lagi melawan. Mulutnya sudah terkunci rapat dengan laki-laki di depannya. Sam menggigit bibir bawahnya. Ari tak lagi peduli, ia membalasnya. Semuanya dengan cepat memuncak, Ari tak ingin melepaskannya karena ia sadar ini yang terakhir. Sam berusaha mengimbanginya dengan sisa tenaga dan kesadarannya.

"You're wild Ari." Sam terkekeh, "But im enjoy it for the last."

Mereka kembali beradu. Panas sesaat, ritme itu kian melambat, sampai akhirnya Sam menyudahinya dengan kecupan kecil. Satu detik berlalu, bibir itu terdiam kaku.

Kamu NafaskuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang