Walk You Home

992 112 11
                                    

When Mark see his only enemy fall and bleeding.

Kegiatan klub basket di sekolah mau tak mau membuat Mark harus tertahan sampai semalam ini. Apalagi musim turnamen antar sekolah akan dimulai beberapa minggu lagi. Otomatis intensitas latihan tim basket sekolahnya menjadi lebih banyak.

Mark berjalan menyusuri gang disepanjang jalan menuju rumahnya. Sambil memutar bola basket yang ia bawa, pemuda itu bersiul kecil mengikuti irama musik yang mengalun melalui headset yang ia gunakan.

Pemuda itu terus berjalan, hingga sampai pada sebuah taman bermain didekat rumahnya. Mark awalnya tidak mau peduli dengan keadaan taman itu. Tapi entah apa yang dipikirkannya, pemuda itu malah berbalik dan berjalan menuju taman itu.

"Duduk sebentar di taman sepertinya tidak masalah."

Mark duduk disalah satu bangku taman. Menghembuskan nafasnya lelah akibat intensitas latihan yang meningkat tiap hari. Bola basketnya ia letakkan diatas bangku.

Mark berusaha memejamkan matanya. Mencuri sedikit waktu untuk tertidur. Hari ini dia merasa sangat lelah dan mengantuk.

"Ouh..."

Mark yang sudah hampir tertidur tiba-tiba mendengar suara berdebam yang diikuti suara mengaduh. Apa ada orang selain dirinya disini? Tapi siapa? Mark tidak melihat siapapun.

Apa jangan-jangan taman ini berhantu?

Ah, tidak mungkin.

"Siapa disana?" Mark yang penasaran bangkit dari duduknya dan mulai berjalan mencari sumber suara itu.

Mark memutari pohon besar dibelakang bangku yang sempat ia duduki dan akhirnya menemukan seorang gadis disana. Duduk di atas tanah sambil menunduk. Mark rasa gadis itu terlihat seperti sedang meniup lututnya. "Hei, ada yang bisa kubantu?"

Gadis itu menoleh dan terkejut mengetahui siapa yang ada dibelakangnya. "Mark?"

"Koeun?"

"Ya, apa yang kau lakukan disini? Kau tidak sedang berusaha mengikutiku kan? Kau bukan stalker kan?"

"Heol. Untuk apa aku mengikutimu? Memangnya tidak ada hal penting lain yang bisa kulakukan?"

Koeun memutar matanya malas. Gadis itu merasa sangat sial hari ini. Barusan dia terjatuh dari atas ayunan yang ia duduki dan sekarang kedua lututnya lecet. Lalu kemunculan Mark. Yang benar saja? Melihat wajah pemuda itu disekolah saja sudah membuat Koeun muak. Apalagi sekarang dia malah bertemu dengan Mark dalam keadaan menyedihkan begini.

"Yasudah. Kalau begitu, untuk apa kau masih berdiri disini? Lebih baik sekarang pergi. Tinggalkan aku sendiri."

"Memangnya kau baik-baik saja?" Bukannya mengikuti perkataan Koeun, Mark justru berjalan mendekati gadis itu dan kemudian menjongkokan dirinya. "Kedua lututmu lecet. Apa kau bisa berdiri?"

"Bukan urusanmu."

Mark menghela nafasnya lelah. Pemuda itu berniat baik untuk menolong Koeun yang sepertinya berdiri saja susah. Tapi kenapa gadis itu malah membalasnya ketus? "Eun, aku hanya ingin membantumu."

"Membantu? Apa aku tidak salah dengar? Seseorang sepertimu tidak akan pernah sudi menolongku. Kita itu musuh, ingat?"

"Memangnya salah jika aku membantumu? Aku lelah sekali hari ini. Jadi lebih baik jangan membantah perkataanku sebelum aku berubah pikiran dan meninggalkanmu sendirian disini." Mark menatap malas kearah Koeun yang memasang wajah meremehkan dihadapannya. "Lagipula ini sudah malam. Aku tidak akan bertanggung jawab jika kau sendirian disini lalu banyak laki-laki yang datang menggodamu."

WHAT IF? (mark + koeun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang