In which, both Mark and Koeun decide to back and try again.
Fase tersulit dalam hubungan sepasang manusia yang sudah berjalan begitu lama bukanlah bagaimana cara menjaga agar tetap setia. Tapi justru menahan bagaimana agar hubungan itu masih memberikan kejutan-kejutan kecil yang penuh warna. Tidak membosankan. Tidak flat.
Baik Mark dan Koeun merasa jika hubungan yang sudah mereka jalani hampir 4 tahun ini, mulai menemui krisis.
Dulu mereka bahkan bisa saling mengerti tanpa perlu mengeluarkan ucap kepada satu sama lain. Tapi kini, berucap-pun rasanya masih sulit untuk membuat salah satu dari mereka paham dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Koeun tahu, Mark bukanlah tipe laki-laki yang akan mengacuhkan seseorang yang dicintainya begitu saja. Dan Mark juga tahu, jika Koeun bukanlah perempuan yang akan berdiam acuh saat kekasihnya melakukan suatu hal yang menurutnya tidak semestinya.
Bertahun mereka lewati begitu saja. Banyak senang, canda tapi banyak juga sedih dan tangis.
Semua itu tiba-tiba rasanya tidak menarik lagi.
Mereka jatuh pada rasa kejenuhan atas suatu hubungan yang sudah mereka jalin rapi.
"Mark, aku tahu kau sudah bosan dengan semua ini." Koeun sudah tidak tahu berapa banyak helaan nafas yang ia keluarkan semenjak duduk berhadapan dengan kekasihnya ini sejam lalu. "Jadi apa yang sebaiknya kita lakukan?"
Mark hanya melirik sekilas kearah Koeun lalu memusatkan pandangannya kembali kearah layar smartphone yang entah mengapa jadi terlihat lebih menarik dibanding perempuannya yang kini menatap kesal kearahnya. "Kau mau mengakhiri semua ini?"
Sesungguhnya ada sekelumit bagian hati Koeun yang tidak terima mendengar Mark mengucapkan kata perpisahan seolah apa yang mereka jalani bersama selama ini bukanlah sesuatu yang penting.
Tapi tidak bisa dipungkiri jika Koeun juga telah jenuh dengan semua ini.
Mereka berdua butuh suasana baru.
"Ya." Koeun mantap menjawab pertanyaan dari Mark. Laki-laki itu serta merta menghentikan jari-jarinya yang bergerak lincah diatas ponsel lalu menatap kearah gadisnya. "Ayo kita berhenti."
"Kalau memang itu keinginanmu, aku bisa apa?"
Begitulah.
Hubungan 4 tahun mereka berakhir begitu saja. Tanpa tangis, cacian, makian atau amarah.
Flat.
***
Semua juga tahu, masing-masing perempuan dan laki-laki memiliki fase berbeda dalam menghadapi rasa patah hati mereka.
Normalnya, diawal perpisahan para perempuan akan lebih banyak merenung, sedih, menangis dan meluapkan emosi mereka pada apapun. Sedangkan laki-laki akan menjadi sok tegar. Lalu menyibukan diri dengan banyak kegiatan. Yang pasti, laki-laki itu tidak ingin memperlihatkan kesedihan dan kerapuhan mereka pada dunia.
Jika kalian berpikir bahwa Koeun dan Mark melakukan semua itu, maka pikiran kalian salah.
Koeun tidak menangis. Mark juga tidak berubah menjadi seseorang yang gila kerja.
Mereka berlaku normal-normal saja. Koeun bahkan tak segan menyapa atau menjawab sapaan Mark jika mereka tak sengaja berpapasan di cafe milik Koeun. Tempat dimana Mark sering memesan kopi favoritnya setiap jam makan siang.
"Kopi biasa?"
"Hm."
"Tunggulah. Kau duduk saja dulu. Akan aku bawakan nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF? (mark + koeun)
Short StoryWhat if? Bagaimana jika? Apabila Markoeun itu nyata adanya, mungkinkah hal-hal kecil disekitar mereka menjadi begitu manis? Atau malah sebaliknya? Yang jelas, ini kisah tentang Mark Lee dan Koeun. Kumpulan cerita pendek tentang Markoeun yang idenya...