In which, she cheer him up
Sebenarnya ini sudah cukup malam. Tapi telepon dari Taeyong barusan tidak bisa ia acuhkan begitu saja. Leader NCT 127 itu bahkan sampai memohon agar Koeun mau datang.
Perempuan itu bangkit dari tempat tidurnya dan mengurungkan niat untuk beristirahat. Berikutnya, ia sudah memakai hodie hitam yang menutupi kepalanya dan dilapisi lagi dengan jaket tebal. Cuaca di Korea sekarang memang sedang cukup dingin.
Koeun sudah akan menggenakan sepatunya sebelum akhirnya suara mengantuk Ningning terdengar dari belakang punggungnya.
"Eonni, mau kemana malam-malam begini?"
Perempuan itu menoleh dengan kaget. Padahal tadinya ia tak ingin membangunkan orang-orang di dorm. Tapi nampaknya Ningning terbangun karena ingin mengambil segelas air di dapur.
"Ada urusan sebentar. Kau istirahatlah. Jangan tunggu eonni pulang." Koeun tersenyum. Berdiri lalu menepuk kecil puncak kepala trainee China itu. "Eonni pasti akan pulang sebelum pagi."
"Tapi ini sudah sangat larut. Memangnya eonni ada urusan apa?"
"Eonni tak bisa memberitahumu. Tapi jamin, ini bukan sesuatu yang berbahaya. Tenang saja."
"Tapi eonni--" Perkataan Ningning terputus ketika tubuh Koeun sudah menghilang dibalik pintu. Perempuan itu sempat melambai sebentar sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. Meminta Ningning untuk bungkam. Perempuan yang lebih muda itu hanya bisa menghela nafasnya. "Anggap saja kau baru tertidur sambil berjalan Ning. Anggap saja kau tak tahu jika Koeun eonni kabur tengah malam begini."
***
Koeun sedikit mempercepat langkah kakinya. Dia sedikit menyesal karena lupa menggunakan syal serta sarung tangan. Sepanjang jalan, telapak tangan serta lehernya serasa beku. Berkali-kali ia menggosok kedua telapak tangannya lalu memasukkannya ke kantong jaket. Parahnya lagi, dia tak menyimpan hot pack dalam kantongnya.
Ah, dingin sekali.
Sedikit lagi dia akan sampai di tempat tujuannya. Puncak gedung yang ia tuju sudah mulai terlihat. Tinggal berbelok sedikit lagi, maka ia akan sampai.
Koeun membungkuk ramah pada penjaga gedung yang sedang asik menikmati segelas kopi hangat di posnya. Kemudian dia berjalan memasuki gedung sambil mengetikkan sesuatu dari ponselnya.
"Taeyong oppa, aku sudah di depan dorm kalian."
Tidak butuh waktu lama, pesan balasan masuk ke ponselnya. Membuat perempuan itu sedikit terlonjak. Omong-omong, sekarang Koeun sudah berada di dalam lobby gedung. Menduduki salah satu sofa yang memang tersedia disana.
"Tunggu disana, aku sudah meminta Doyoung menjemputmu."
"Iya oppa."
Tidak butuh waktu lama, sosok Doyoung muncul dari dalam lift. Memakai kaos hitam, topi hitam juga masker. Koeun tak kuasa untuk tak tertawa melihat penampilan laki-laki itu.
"Eun, sini!" Doyoung memanggil perempuan itu dan memintanya mendekat. Koeun masih terkikik geli. Menciptakan kerutan bingung di dahi laki-laki itu. "Kenapa kau tertawa?"
"Lucu saja. Padahal oppa masih di dalam gedung apartemen. Tapi kenapa pakaiannya sudah seperti ingin berlari dari kejaran sesaeng begini?"
"Kau tak akan tahu keberadaan sesaeng Eun. Mereka bisa ada di mana saja. Jadi kami harus tetap tidak terlihat untuk menghindari skandal." Doyoung mengajak Koeun masuk ke dalam lift lalu memencet tombol menuju lantai yang mereka tuju. "Apalagi jika mereka sampai melihatku malam-malam begini menjemputmu di lobby apartemen. Bisa mati aku dipanggil jajaran direksi nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF? (mark + koeun)
Krótkie OpowiadaniaWhat if? Bagaimana jika? Apabila Markoeun itu nyata adanya, mungkinkah hal-hal kecil disekitar mereka menjadi begitu manis? Atau malah sebaliknya? Yang jelas, ini kisah tentang Mark Lee dan Koeun. Kumpulan cerita pendek tentang Markoeun yang idenya...