(!!!) Warning, cerita ini memuat adegan abusive dan toxic relationship. Beberapa suasananya mungkin sedikit disturbing untuk beberapa orang. Jika tidak berniat membaca silahkan skip part ini untuk kebaikan bersama. Aku tidak berniat mentrigger siapapun disini (!!!)
Even angels have they're wicked schemes
"Bisakah kita hentikan semua ini? Apa kita tak bisa berhenti sampai disini saja? Aku lelah."
Ketika kata-kata itu berakhir menjadi sebentuk angan yang ingin Koeun sampaikan. Tapi sayang, ia tak bisa melakukan itu. Rasa sakit yang ia dapatkan tak setimpal dengan rasa cintanya yang besar. Bahkan Yuqi selalu datang padanya dan memakinya karena kebodohan perempuan itu sendiri.
"Apa lagi hari ini?"
Koeun tahu sahabatnya itu lelah menasehatinya. Perempuan itu juga tahu betapa Yuqi ingin sekali melihatnya bebas dan jauh dari hubungan beracun itu.
"Tidak ada. Aku hanya ingin bertemu denganmu saja."
Yuqi tahu Koeun berbohong. Jelas terlihat dari matanya yang sedikit membengkak. Pasti habis menangis lagi.
"Jangan berbohong padaku Eun, aku tahu kau tidak baik-baik saja."
Memang benar. Koeun saat itu tidak baik-baik saja. Bukan hanya matanya yang bengkak tanda selesai menangis, tapi juga kedua pipinya yang sedikit lebam kebiruan. Belum lagi mengering luka bekas robekan di sudut bibirnya.
Perempuan didepannya ini terlihat menyedihkan.
"Kau memang satu-satunya orang yang tahu keadaanku."
Koeun terkekeh lalu menyesap teh melati hangat yang ia pesan sambil sedikit mengernyit. Menahan sakit ketika cairan sedikit panas itu mengenai bekas lukanya.
Yuqi menghela napasnya kecil lalu menarik satu kursi kayu tepat dihadapan sahabatnya dan mendudukan diri disana. Menatap kasihan sekaligus sedih perempuan itu. "Eun, bisakah kau hentikan semuanya? Lama-lama badanmu sendiri yang tidak akan mampu menerima perlakuannya. Kau tak kasihan dengan dirimu?"
Koeun tersenyum lemah. Melihat ke dalam mata sahabatnya untuk kembali memberitahu jawaban yang ia inginkan. "Aku sudah berusaha, tapi tetap tidak bisa. Kau tahu aku dan kebodohanku dengan baik, Yuqi!"
"Kalau memang kau tak bisa menghentikan itu untuk dirimu, hentikanlah itu untukku." Rasanya sefrustasi ini untuk bisa membuat Koeun paham jika hubungan yang sekarang ia jalani sudah tidak sehat. "Demiku kau mau kan?"
Tawa sarkastik Koeun lantas keluar dari celah bibir tipisnya. Entah mentertawakan permintaan aneh Yuqi atau mentertawakan kebodohannya sendiri. "Aku saja gagal melakukannya untuk diriku sendiri, lalu bagaimana mungkin aku bisa berhasil hanya demi dirimu?"
Koeun benar. Melepaskan belenggu orang itu darinya sudah hampir mustahil. Mark terlalu mengikat perempuan itu. Sampai pada tahap dimana Koeun lebih memilih menghancurkan tubuhnya daripada harus kehilangan laki-laki itu.
"Tapi lihat apa yang dia lakukan padamu Eun!" Ingin rasanya Yuqi berteriak. Memaki perempuan dihadapannya ini agar kembali ke pikiran warasnya. "Pipimu, lihatlah! Dia pasti menamparmu lagi kan? Berapa kali lagi kau harus menerima tamparan darinya untuk bisa membuatmu sadar dan mengerti jika kau juga butuh dihargai?"
"Ah ini....!" Koeun menggerakan tangannya lalu menyentuh salah satu pipinya yang lebam. Yuqi tidak salah ketika mengatakan jika Mark memang menamparnya. Hampir tiap malam ketika laki-laki itu kehilangan kendali atas dirinya, maka perempuan itu yang akan jadi sasaran. "Kau benar. Kemarin malam dia menamparku lagi. Tapi kau tak perlu khawatir, ini sudah biasa untukku."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF? (mark + koeun)
Short StoryWhat if? Bagaimana jika? Apabila Markoeun itu nyata adanya, mungkinkah hal-hal kecil disekitar mereka menjadi begitu manis? Atau malah sebaliknya? Yang jelas, ini kisah tentang Mark Lee dan Koeun. Kumpulan cerita pendek tentang Markoeun yang idenya...