Sophie

318 52 24
                                    

A story between Sophie, Mr. Lee and Ms. Ko

Ada yang aneh dengan Sophie. Meskipun Mark bukanlah tipikal ayah yang selalu ada setiap detik untuk putrinya, dia tahu betul jika anak itu banyak berubah. Tidak lagi manja, tidak lagi hobi berteriak, tidak lagi menangis tiap Mark harus pergi mengurusi perusahaannya.

Dalam kurun waktu 2 bulan, ia memang tak terlalu banyak menghabiskan waktu di rumah mengingat project besarnya sedang berjalan saat ini. Berulang kali pulang pergi Korea-New York membuatnya harus rela berjauhan dari putri kecil kesayangannya. Mereka berkomunikasi hanya beberapa menit sehari melalui video call. Selebihnya, Sophie diurus oleh baby siter dan pelayan di rumah mereka.

Ketika ia mendapatkan jatah libur yang cukup panjang, putrinya tak bisa berhenti berteriak kegirangan. Malam-malam anak itu akan bisa ia habiskan sambil mendengar cerita ayahnya dan tertidur bersama ayahnya.

Ya mau bagaimana lagi? Di dunia ini, Sophie hanya punya Mark sebagai tempatnya bergantung.

"Dad, ayo tidur!" Sophie sudah menenggelamkan diri di dalam selimut hangat di atas kasur ayahnya. Menunggu Mark selesai dengan sedikit lagi pekerjaannya sebelum benar-benar bisa membaringkan diri. "Besok Sophie harus berangkat sekolah dan miss bilang, anak baik tidak boleh terlambat."

"Sebentar sayang, dad hanya perlu menyimpan pekerjaan ini sebelum bergabung dengan Sophie."

"Apa lama?"

"No, hanya tinggal sedikit lagi." Setelah Mark benar-benar membereskan semua pekerjaannya, ia beranjak. Menuju ke arah tempat tidur dan ikut bergelung di sebelah tubuh mungil putrinya, yang langsung masuk ke dalam pelukan hangat sang ayah. "Sudah mengantuk?"

"Belum. Tapi Sophie harus segera tidur."

Dulu, gadis kecilnya adalah seseorang yang sangat sulit untuk diajak tidur apabila belum mengantuk. Tak jarang Mark harus dengan tega mengangkat tubuh kecil yang selalu memberontak dalam pelukannya itu lalu menyanyikan lullaby berulang-ulang agar Sophie benar-benar tertidur lelap.

Tapi detik ini ia menyadari, mungkin princess kecilnya sudah mulai beranjak dewasa.

"Anak daddy makin pintar ya." Mark mengecup pelan dahi yang tertutup poni itu sebelum menarik selimut untuk menutupi tubuh kecilnya. "Good night, baby. Sleep well dan have a nice dream."

"Good night too, daddy."

Mereka tenggelam dalam lelap yang lelah seiring suasana yang makin sunyi.

***

"Dad, ayo berangkat! Kenapa daddy lama sekali?"

Sophie muncul dari balik pintu kamar Mark. Mengerjapkan kedua mata besarnya sambil memperhatikan ayahnya yang masih saja nampak kesulitan menggunakan dasi di depan cermin setinggi badan. "Sebentar lagi sayang, hanya perlu menyimpulkan dasi yang daddy pakai."

Gadis kecil dengan kepangan di kepalanya itu bersedekap sambil mendengus malas. "But dad, ini sudah terlambat. Sophie tidak mau sampai di sekolah saat teman-teman yang lain sudah masuk kelas."

"Iya, kalau terlambat biar daddy yang berbicara pada gurumu."

"Tapi aku yang tidak mau terlambat, daddy!" Sekarang ia malah menghentakkan kedua kakinya kesal. "Kalau Sophie terlambat, nanti tidak bisa mendapatkan pelukan dari miss Ko."

Ayah satu anak itu menoleh ke arah putrinya. Sampai detik ini, dasinya masih belum terpasang sempurna. Namun ia mengalah, kembali membuka dasi itu dan menyampirkannya di atas pundak. Berjalan mendekati putrinya lalu mengangkat Sophie ke dalam gendongannya. Anak itu masih cemberut dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

WHAT IF? (mark + koeun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang