Sorry

830 105 101
                                    

This is how Mark apologize to the one he loved.

Mark meremas jari-jarinya dengan gugup. Tadi laki-laki itu sempat menghubungi Koeun dan meminta perempuan itu untuk menemuinya di cafe milik Doyoung.

Mark tidak tahu apakah Koeun menerima pesannya atau tidak. Tidak ada tanda-tanda bahwa pesannya itu telah dibaca oleh perempuannya.

Laki-laki itu tahu dia berbuat salah. Dan untuk itulah dia meminta Koeun datang kemari.

Karena Mark ingin meminta maaf pada perempuan itu.

Semoga Koeun membaca pesannya dan mau datang kemari.

Sudah berlalu 30 menit dari waktu janjian mereka dan tidak ada tanda-tanda jika Koeun akan datang. Apakah Koeun begitu marah padanya?

Mark bergerak gelisah ditempat duduknya. Laki-laki itu memandang ragu kearah gitar kesayangannya yang ia senderkan pada mejanya.

"Berapa lama lagi kau akan menunggunya?"

"Sebentar lagi hyung."

"Kau yakin? Tau sendirikan bagaimana kekasihmu itu jika sudah marah? Dia akan bisa menjadi luar biasa keras kepala. Jangan berharap banyak padanya Mark."

"Tapi hyung, aku butuh bertemu dan berbicara padanya kali ini."

"Apalagi yang sudah kau perbuat?"

Mark menatap ragu kearah Doyoung yang sudah duduk dihadapannya. Berusaha mendengar kesalahan apalagi yang dilakukan Mark pada Koeun sehingga perempuan itu marah.

"Aku..." Haruskah Mark menceritakan masalah ini pada Doyoung hyung? "Aku bertemu dengan Arin tadi pagi."

"Pantas saja perempuan itu marah."

Mark menghelas nafasnya pelan. Dia tau kalau bertemu dengan Arin sama artinya dengan kemarahan Koeun. Arin itu sudah Koeun anggap sebagai musuhnya.

Tapi siapa yang tidak marah saat tahu kekasihnya secara diam-diam bertemu dengan mantan dibelakangnya?

"Aku tahu hyung. Karena itu aku berniat meminta maaf padanya. Apa yang harus kulakukan kalau begini?"

"Mark, kau sudah tahu pasti jika Koeun itu sangat tidak menyukai Arin. Dan kau juga tahu kalau Koeun sudah berbesar hati menerimamu kembali setelah kau dengan sialannya malah mendua dengan mantanmu itu." Mark menunduk. Jujur saja, laki-laki itu sangat tidak suka jika ada yang mengungkit masalah ini lagi. Saat itu Mark masih sangat labil dan tidak tahu harus memilih yang mana diantara Koeun yang ia cintai atau Arin yang pernah dia cintai. "Memangnya ada perlu apa kau mencari Arin?"

"Aku tidak mencarinya. Dia yang menghubungiku."

"Lalu?"

"Arin bilang dia merindukanku. Jadi..."

"Hanya karena Arin bilang dia merindukanmu lalu kau secepatnya pergi menemui perempuan itu tanpa ingat kalau kau sudah punya Koeun yang super pengertian padamu?" Tanpa sadar Doyoung meninggikan suaranya dan menatap Mark dengan pandangan tak percaya. "Kau bodoh, Mark."

"Aku tahu hyung, aku tahu. Tapi Arin sungguh-sungguh mengatakan jika dia merindukanku. Dia bahkan sampai menangis saat aku menemuinya."

"Kau itu sebenarnya polos, lugu atau bodoh, Mark? Baru kali ini aku bertemu dengan orang macam dirimu." Mark sekali lagi menunduk mendengar perkataan Doyoung. Karena bagaimanapun, apa yanh dikatakan Doyoung memang adalah sebuah fakta. Mark itu bodoh dan dia mengakuinya. "Sebenarnya yang kau cintai itu siapa?"

Tanpa ditanyapun sebenarnya Doyoung yakin jika Mark akan memilih Koeun. Mengingat seberapa besar perjuangan laki-laki itu dulu saat meminta maaf pada perempuannya. "Koeun tentu saja."

WHAT IF? (mark + koeun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang