Dream Stage

440 55 34
                                    

When they finally can singing together

Rasanya Mark ingin sekali bergegas menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Sejak tadi, tak hentinya ia melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya. Apa yang ia lakukan tentu saja menarik perhatian seorang gadis yang beberapa bulan ini menjadi rekan kerjanya.

"Ada apa Mark?"

"Ah?" Mark yang asik sendiri menatap pergerakan jarum jam tangannya terkejut mendapati Mina sudah berdiri dihadapannya. Menepuk pelan pundak pemuda itu. "Oh tidak, tidak ada apa-apa."

"Kau terlihat terburu-buru, sudah ingin kembali ke dorm ya?"

Pemuda itu menggaruk tengkuknya canggung sambil tersenyum. "Begitulah."

"Kau tak mau ikut kita makan malam sebelum natal?"

Ah, Mark lupa jika staff Mucore mengundangnya makan malam dalam rangka menyambut natal. Natal memang sudah ada di depan mata, hanya perlu menghitung hari sebelum perayaan itu tiba.

"Aku sepertinya harus melewatkan makan malam kali ini." Pemuda itu lagi-lagi tersenyum. Merasa tidak enak karena harus melewatkan makan malam yang sudah direncanakan khusus oleh para kru acara. "Nanti aku akan meminta izin pd-nim."

"Ah begitu...." Mungkin Mark tak sadar, tapi Mina memang merasa sedikit kecewa. Padahal gadis itu sudah merasa bahagia hari ini karena merasa bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan rekannya itu. Yang entah sejak kapan, mulai menarik perhatiannya. "Memangnya kau sudah ada rencana ya sampai harus membatalkan makan malam ini?"

"Sebenarnya bukan rencana, ini mendadak. Tapi aku harus melakukannya."

"Berhubungan dengan membermu?"

"Tidak juga." Mark tersenyum. Pikirannya lantas menerawang. Membayangkan apa yang mungkin bisa ia lakukan nanti. "Ini tentang seseorang."

"Keluargamu?"

"Bukan juga. Pokoknya tentang seseorang yang penting untukku." Pemuda itu menoleh ketika mendengar salah satu kru memanggil nama mereka berdua. Meminta dua mc itu untuk bersiap karena mereka harus kembali memimpin jalannya acara. "Ayo, mereka sudah memanggil kita."

Pemuda itu meninggalkan Mina dibelakang. Menatap kearah punggungnya yang bergerak menjauh dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Sedih, kecewa, entahlah. Yang jelas rasanya tidak mengenakkan.

Tapi kemudian gadis itu mengikuti langkah Mark. Memasang senyum palsu dan kembali menjalani tugasnya sebagai mc. Momen itu dinikmati Mina sebagai momen yang nyata. Paling tidak, dia bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi seseorang yang disukai pemuda itu meski semua hanya script semata.

***

Ruangan penuh cermin itu sepi. Tidak seramai biasanya. Tidak terdengar suara tawa, canda, teriakan, musik maupun decitan sepatu yang beradu dengan lantai semi kayu dibawahnya. Di tengah-tengah ruangan duduk seorang gadis. Menyembunyikan wajahnya sambil memeluk kedua lututnya erat.

Rambut panjangnya terurai begitu saja. Menutupi sebagian badannya. Gadis itu hanya berdiam diri. Tidak berniat melakukan apapun.

Malam ini rasanya sepi. Padahal natal sudah di depan mata. Harusnya, suasana ramai. Seperti beberapa tahun lalu, ketika mereka semua masih lengkap dan belum ada yang meninggalkan ruangan itu.

Kepalanya terangkat ketika mendengar suara ponsel dari tas punggung tua miliknya yang terletak di pojok ruangan. Dengan malas gadis itu bangkit dan menjawab panggilan tersebut.

"Halo...." ucapnya tak bersemangat.

"Eun, ini ibu. Kau tak pulang ke rumah? Sebentar lagi natal."

WHAT IF? (mark + koeun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang