When he comes just to meet her in the middle of the night
Sudah pukul 11 malam. Koeun terduduk sendiri sambil menatap layar tv flat yang tergantung disalah satu dinding cafe tempatnya bekerja. Layar kaca itu kini menampilkan sebuah siaran ulang acara akhir tahun yang rutin dilaksanakan. Banyak bintang tamu yang memeriahkan acara itu. Dan diantara banyaknya idol yang tampil, Koeun bisa menemukan beberapa wajah yang sangat familiar untuknya.
Wajah sahabat-sahabat yang pernah berbagi mimpi yang sama denganya. Orang-orang yang wajahnya hampir setiap hari ia lihat. Teman-teman semasa mereka hidup sebagai trainee.
Binar di mata gadis itu seakan meredup. Ada penyesalan dalam dirinya ketika bisa melihat teman-temannya itu menari dan menyanyi dengan gembira diatas panggung. Tapi ada juga perasaan bahagia ketika ia tahu bahwa teman-temannya sudah berhasil meraih mimpi mereka.
Tidak sepertinya.
Yang memilih menyerah di pertengahan. Kadang kala Koeun berpikir. Apakah jika dia tidak memilih berhenti saat itu, ia bisa ikut berdiri diatas panggung dengan senyum merekah sempurna?
Mungkin saja.
Tapi mungkin juga tidak.
Beberapa hal yang disyukuri oleh gadis itu setelah mengembalikan hidupnya yang normal adalah Koeun tak perlu lagi hidup dibawah tekanan banyak orang hanya karena ingin membahagiakan orang lain. Terlalu banyak membahagiakan orang lain sampai terkadang ia lupa bagaimana rasanya bahagia.
Lalu apa Koeun bahagia sekarang?
Iya. Gadis itu cukup bahagia.
Meskipun kini masih harus terjebak di dalam cafe ini karena harus membersihkannya seorang diri. Meskipun setiap hari harus tersenyum dan berdiri di belakang meja kasir sambil bertanya, "Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"
Tapi walaupun Koeun bahagia dengan hidupnya sekarang, di suatu ketika dia juga akan merasa sedih. Terutama ketika menyalakan televisi dan menyaksikan penampilan idol-idol diluar sana. Melihat bagaimana mimpi didepannya terkubur tanpa harapan begitu saja.
Dan satu hal yang pasti, Koeun merindukan seseorang diantara banyaknya wajah yang akhir-akhir ini sering muncul di televisi. Sahabatnya yang paling menyebalkan sekaligus paling membuat rindu.
***
Lamunan Koeun terhenti ketika gadis itu menyadari bahwa tugasnya membersihkan cafe malam ini belum sepenuhnya usai. Masih ada beberapa meja yang harus di-lap dan kaca-kaca jendela serta display yang juga harus dibersihkan. Malam ini akan menjadi malam melelahkan baginya.
Gadis itu terbangun dari duduknya dengan tidak bersemangat kemudian menepuk kedua pipinya pelan. "Ayo Eun, pekerjaanmu tinggal sedikit lagi. Setelah ini kau bisa pulang dan menikmati betapa hangatnya ranjang serta selimutmu dikamar."
Koeun memang terkadang suka berbicara sendiri saat akan menyemangati dirinya.
Dengan lap di tangan kanan dan cairan pembersih di tangan kiri, Koeun melanjutkan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda. Satu per satu meja disana mulai terlihat berkilauan tertimpa cahaya lampu. Gadis itu masih terus membersihkan meja-meja lainnya. Sampai akhirnya, bel di depan pintu berbunyi. Mengindikasikan ada seseorang yang baru saja membuka pintu.
Koeun yang mendengar suara bel itu otomatis berbalik dan ingin memberitahu pada siapapun pelanggan yang masuk bahwa jam operasional cafe untuk malam ini telah berakhir.
"Maaf tapi kami sudah tu..." Kalimat Koeun mendadak terhenti diudara ketika gadis itu menyadari siapa yang masuk kedalam cafenya. Ia jelas mengenali siapa laki-laki yang berdiri didepan pintu cafe dengan memakai hoodie hitam yang ukurannya satu size lebih besar dan masker hitam yang hampir sempurna menutupi wajahnya. "Mark?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF? (mark + koeun)
Short StoryWhat if? Bagaimana jika? Apabila Markoeun itu nyata adanya, mungkinkah hal-hal kecil disekitar mereka menjadi begitu manis? Atau malah sebaliknya? Yang jelas, ini kisah tentang Mark Lee dan Koeun. Kumpulan cerita pendek tentang Markoeun yang idenya...