Prolog

62 8 4
                                    

Aku menatap kembali jam rolex hitam yang melingkar di lengan kananku dan menghela napas panjang. Ini sudah jam 13.31 dan seharusnya cewek itu datang 31 menit sebelumnya. Dia yang memintaku jadi pendampingnya, malah dia yang tidak datang.

Orang yang berlalu lalang sambil menatapku dengan tatapan aneh membuatku makin risih. Aku tak suka sendirian di tempat ramai seperti disini. Aku harus secepatnya pergi. Aaah, mungkin aku harus menunggu beberapa menit lagi. Kalau dalam 4 menit lagi dia tidak datang, aku pulang.

Aku disini bukan tanpa sebab. Seharusnya sekarang aku sedang berjalan di red carpet bersama cewek yang akhir-akhir ini membuatku uring-uringan karna tingkahnya yang tak bisa aku prediksi.

Dia lucu. Dia emosian. Dia pantang nyerah. Dia... segalanya lah. Dia dengan pedenya melirikku tajam sambil berkata "mati sonoh!" Dan, ya. Aku suka dia.

Aku bisa saja bilang cinta padanya, tapi sayangnya aku tak mau. Dia mencintai sahabatku sendiri. Aku pengecut. Haha, aku terima itu.

Tapi sebenernya bukan cuma itu yang membuatku ciut nyali. Dia bersinar terang bagai kunang-kunang di malam hari, sedangkan aku dikelilingi kegelapan.

Sangat bertolak belakang.

Sekarang aku akan menceritakan saat-saat pertamaku kenal dengannya. Hari Senin di bulan September.

-~~~-

Jangan lupa tinggalkeun vote and koment yaa >~<

Salam.

#Pricillia

Secret About UsWhere stories live. Discover now