2. Pertengkaran Pertama

36 5 4
                                    

*Rae-Han PoV*

"Apa sih lo teriak-teriak, Shan!"

Keempat cewe yang sedang mengintip di pintu tersebut terperanjat dan langsung melihat ke arahku dan Agatha.

"Ya lo sih, minta gue ke sini tapi lo malah kelayapan! Bukannya nungguin ish!" balas Shana sengit sambil melipat kedua tangannya di dada.

Oh, tunggu.

Yang di samping Shana...

"Elo lagi?!" aku spontan menunjuknya.

Yap, dia lagi. Cewe bego yang tadi pagi ngomong sama kucing sambil bersin-bersin dan dengan songongnya mengatakan aku adalah cowo mesum. Pencemaran nama baik.

"Heh! Seharusnya kan gue yang bilang gitu?! Dasar cowo otak bokep!" katanya sengaja menekankan kata bokep. Aku tau dia sengaja. Cari masalah ini cewe.

"Gue cuma bingung ada aja manusia jaman sekarang malah ngobrol sama kucing. Emang lo fikir kucingnya ngerti lo bilang apa?!"

Bukannya diam, cewe itu malah makin garang. "Ya suka-suka gue lah! Mulut-mulut gue, kucing juga bukan punya lo tuh!"

Garang banget. Gak ada lembut-lembutnya. Ini bukan cewe. "Dan ralat tadi pagi gue cuma tertarik sama rambut lo, nggak maksud ngapa-ngapain lo! Kepedean amat jadi cewek!"

"Ooh, jadi lo tertarik sama rambut blonde gue? Asal lo tau aja nih, masa bodo mau tanya mau enggak. Ini rambut asli keturunan nyokap gue yang orang Amerika! Jangan samain gue sama cabe micin yang rambutnya warna warni kek tembok TK itu!" Dia nggak mau kalah.

"Rae-Han, udahlah, lo kayak banci aja berani-beraninya perang mulut ama cewek," celetuk Agatha yang kurasa mulutnya minta dijahit. Aku bersyukur karna masih ingat kalau dia temanku.

Shana mengakhiri pembicaraan—ralat—pertengkaran tadi dengan mengambil alih topik pembicaraan. "Rae-Han, lo kapan sampai di rumah?"

Aku menoleh. "Kemaren lusa. Mendarat jam 3 sore, sampai di rumah jam 8 malam. Di sini macet gila, Shan."

"Lah? Kok gue nggak tau? Jahat ya lo sekarang sama gue." Shana melihat ke arah lain dan memajukan bibirnya.

Aku tersenyum. Shana selalu seperti ini sejak kecil. Dia selalu khawatir. Figur seorang kakak yang baik. Sayangnya dia tidak punya adik. "Sorry, Shan. Gue jet lag, belum lagi bantuin nuna* beres-beres."

"Lo tinggal di rumah eonni* Rae-Chel?" mata Shana berbinar saat berkata begitu. Sejak dulu Shana dan kakakku memang dekat. Bisa dibilang kalau kakakku lebih sayang pada cewe ini daripada adik kandungnya sendiri.

Aku mengangguk sebagai jawabannya.

Shana tersenyum, kemudian melanjutkan pembicaraan. "Oh iya. Kenalin temen-temen gue..."

-

*Nuna : panggilan seorang laki-laki untuk kakak perempuannya atau perempuan yang lebih tua darinya.

*Eonni : panggilan seorang perempuan untuk kakak perempuannya atau perempuan yang lebih tua darinya.

-~~~-

*Shana PoV*

Dia pulang. Dia bener-bener udah pulang. Ini hari paling menyenangkan buatku. Dan bahkan tadi kami mengobrol, walaupun ditemani teman-temanku, juga Agatha. Obrolan tadi terlalu indah untuk dihentikan, sayangnya bel masuk berbunyi dan aku harus kembali ke kelas.

Dan ternyata freeclass.

Coba aja kalau aku tau freeclass, aku kan bisa ngobrol sama Rae-Han lebih lama. Sayangnya gatau. Yahh, biarin deh.

Dan sekarang aku, Yasra, Cecil, dan Angel sedang membicarakan hal khusus cewe dan hanya dimengerti oleh cewe. Dress cantik di majalah fashion remaja yang sedang populer.

Cecil menunjuk salahsatu dress selutut berwarna pink baby dengan bordiran hitam halus di bahu dan ujung roknya. Di bagian pinggangnya terdapat pita berwarna hitam yang membuat lekukan tubuh si model begitu terlihat. "Yang ini bagus."

"Dih lu mah enak badan lu bohay, cocok pake yang ini. Lah gue?" Yasra melihat ke dadanya sendiri.

Angel tertawa agak keras. "Makanya banyak makan makanan bergizi biar anu lu segede Cecil."

Aku melirik Cecillia. Iya sih, anunya gede.

Yasra melihat sinis ke arah Angel. "Ngaca dulu mbak. Punya mbak nggak jauh-jauh amat nasibnya ama punya saya."

Cecil ikut tertawa, kemudian membalikkan majalah itu ke halaman berikutnya. Namun ia terhenti di sebuah halaman.

Aku ikut melihatnya. Itu acara peragaan pakaian buatan seorang desainer ternama bernama Arva Kamilla, akan diadakan besok jam 3 di gedung Teenage Dream Agency. "Kenapa, Cil?"

Dia melirikku sekilas. "Ummn, gak knapa-napa kok." Cecil kembali memusatkan perhatiannya ke majalah itu. Bisa kulihat ada yang sedang direncanakannya.

"Jadi gitu lo sekarang? Gak ngasih tau kalau lo lagi ada masalah?" ucap Yasra sambil menatap Cecil dengan garang.

Yang ditatap cuma nunduk. "Anoo...gue malu bilangnya, gimana yah, gajadi ahh,"

"Cerita dong, mana tau kita-kita bisa bantu."

Cecillia mulai mendongakkan kepalanya. Ia menyodorkan majalah itu ke depan dan menunjuk halaman yang tadi diperhatikannya. "Besok gue tampil di sini. Gue percaya diri sih, tapi setelah kejadian tadi..." Cecil menggantung perkataannya.

"Kejadian apa?"

"Kenapa?"

"Tadi lo ngapain, Cil?"

Cecil menunduk lagi, menutupi wajahnya. Mungkin dia grogi karna aku, Angel, dan Yasra terus memaksa. "Tadi pertama kali gue ngobrol sebanyak dan sedekat itu sama Agatha. Gue malu."

"Wat de fak?!"

"Hah?"

"Demi apa, Cil?!"

Shana cukup terkejut dengan kenyataan ini. Cecillia? Agatha? Dari kapan? Memang sih Cecil yang sekarang sangat beda dengan yang dulu. Cecil yang dulunya cupu dengan kepang dua dan kacamata bulatnya sekarang berganti jadi Cecil yang rambutnya digerai dengan bando merah, kacamata yang dulu terpasang sekarang dilepas walaupun yang dia lihat agak nggak jelas, dan dulunya dia pakai "aku" "kamu" sekarang udah biasa pakai "lo" "gue".

Dan dia mulai membuka diri.

Dan mungkin harusnya aku menyadarinya dari tadi. Sejak pertengkaran kecilnya dengan Rae-Han selesai, entah kenapa dia lebih sering melirik Agatha dan mulai bicara padanya. Agatha yang memang dari sananya penyuka wanita, apalagi yang bening seperti Cecil pasti akan sangat senaaang kalau diajak bicara oleh Cecil.

Karna keasyikan ngobrol dengan Rae-Han, aku jadi tidak sadar apa yang baru saja terjadi. Ironis.

"Gue ada ide." aku tersenyum pada Cecil. "Gimana kalau..."

-~~~-

Kata kata yang paling Ts suka di bagian ini :

Ironis.

Padahal gak ada yang tanya ya :') Ironis.

Salam.

#Pricillia

Secret About UsWhere stories live. Discover now