9. Siapa?

18 4 0
                                    

*Rae-Han PoV*


Semua ingatan itu bergantian melintas di otakku. Tentang bunda, tentang kakak, tentang leukemia, stres berkelanjutan, gadis berambut coklat yang menguatkanku, tangisan kakakku. Semuanya bagai berebut untuk menghantuiku.

Semuanya...

Aku meringkuk di bawah selimut, kemudian menutup telingku dengan kedua tangan. Suara itu berkelebatan di otakku. Orang-orang itu bagaikan berada di sampingku, membisikkan kata-kata yang membuatku trauma.

"Rae-Han pasti bantu Nuna Rae-Na! Nuna Rae-Chel juga, kan?!"

"Iya. Nanti kalau Rae-Na sudah jadi model terkenal, Eonni Rae-Chel jadi tata riasnya ya!"

"Kalian harus berhasil! Bunda tidak mau jika kalian tidak bisa menghasilkan uang seperti ayah kalian itu!"

"Ayah tidak apa-apa. Ayah bisa bekerja sendiri. Kalian pergilah dengan bunda."

"Tidak bisa jika kamu tidak membawa mereka ke tempat kerjamu? Tidak semua dari mereka ingin menjadi model sepertimu, Nisa!"

"Apa maksudmu?! Mereka ingin berhasil sepertiku! Jangan pengaruhi otak mereka dengan pemikiranmu itu, Jeong-Su!"

"Han, jangan sedih. Chel disini."

Chel. Teman masa kecilku bernama Chel. Aku tidak bisa mengingat kenangan indah, kenapa semua kenangan buruk yang kuingat? Kenapa?

Aku keluar dari selimut, kemudian mengambil penutup telinga yang biasa kupakai jika keadaan sudah seperti ini. Tak lupa aku meminum 2 butir obat penenang. Ini sudah keterlaluan. Biasanya aku hanya meminum sebutir.

"Rae-Han?"

Aku melihat ke arah pintu. Kakakku dengan tatapan khawatirnya mulai mendekatiku. Aku menjauh, menempelkan diriku di sudut kamar. Aku kembali meringkuk.

Kakakku mungkin mengerti bahwa aku ingin sendiri sampai obatku bekerja. Ia melangkah pergi tanpa menutup pintu. Maaf, kak...

-~~~-

*Cecillia PoV*


Sekarang aku sedang berbaring di sofa ruang kerja mamaku, dengan lolipop di mulut. Senangnya kalau senggang. Hari minggu seperti ini memang paling enak kalau menghabiskan waktu dengan malas-malasan.

"Maa, Ruka-oniichan* kapan pulang?"

Mamaku yang tadinya fokus ke arah laptop melihat ke arahku. Ia melepas kacamatanya, kemudian mendekatiku. Ia duduk di sofa dan mencari posisi nyamannya. Aku meletakkan kepalaku di pangkuannya. Terasa nyaman. "Ruka akan pulang kalau kamu minta, sayang."

Aku memutar bola mataku. "Lia kan gak boleh ngerepotin."

Kriing...

Aku mengambil smartphone yang barusan berdering.

Eonni menelfon.

"Halo? Kenapa eonni?"

-

*Onii-chan : panggilang untuk kakak laki-laki di jepang.

-~~~-

Aku memilih acak pakaian yang tersedia di lemari kostum di ruang kerja mamaku, kemudian segera pergi ke taman. Eonni menelfonku sambil menangis dan meminta untuk bertemu. Ada apa sebenarnya?

Aku melihatnya sedang duduk di bangku taman dengan tas kecil yang berada di pangkuannya. Aku mendekatinya, kemudian menyentuh pundaknya. "Eonni?"

Secret About UsWhere stories live. Discover now