10. Our Secret

19 4 1
                                    

*Rae-Han PoV*


"Lah? Ngajak lo kencan?"

Cecillia mengerutkan keningnya. "Kapan gua ngajakin lo kencan?"

Aku menelan es krim di mulutku dengan cepat, membuat kepalaku pusing sejenak. "Nuna bilang lo ngajakin kencan."

"Ihh? Nggak lah! Dimana-mana juga cowo yang ngajakin kencan. Gue cuma bilang mau ngajak lo ke luar rumah kok sama eonni." Cecillia memasukkan sesendok es krim ke mulutnya mulutnya.

Aku mengangkat bahu. Berarti eonni sedang menjalankan proyek pengusiranku dari rumah untuk menghilangkan segala pemikiran burukku. Apa-apaan ini.

Aku melihat sekitarku. Sepintas aku melihat seorang wanita bergaun putih berjalan di sekitar taman, kemudian menyentuh bunga yang sedang mekar dengan tangannya yang pucat.

"Han?"

"Apa?" aku menjawabnya masih sambil memperhatikan wanita bergaun putih itu.

"Lo ngeliatin apa?" ia bertanya polos.

Aku menunjukkan jari kelingkingku ke arahnya. "Mau saling ngasih tau rahasia gak?"

Cecillia menurut. Ia melingkarkan jari kelingkingnya ke jari kelingkingku, kemudian menempelkan jempolnya ke jempolku. Tangannya terasa sangat kecil dibanding tanganku yang lumayan besar. Namun tangannya hangat, dan pas saat digenggam.

"Gue bisa ngeliat apa yang orang kebanyakan gak bisa liat." aku menatap matanya. Mata birunya berkedip beberapa kali. Aku mengangkat tanganku,nkemudian menyentuh bagian bawah matanya. "Gua indigo."

Cecillia membesarkan matanya, kemudian melihat ke arah bunga-bunga yang sedang mekar. "Jadi yang lo liat tadi..."

Aku menjawab pertanyaannya dengan tersenyum. Namun tanpa disangka dia malah memeluk lenganku dan ketakutan. "Han, jangan nakutin gue!"

Aku merasakan gejolak aneh dalam diriku. Saat ia memeluk lenganku seakan ia bergantung padaku membuatku serasa dibutuhkan. Sentuhannya membuat jantungku bekerja lebih cepat. Dia manis saat ketakutan. Ralat. Dia manis saat apapun.

"Mau pergi?"

Ia langsung berdiri, membuatku juga ikut berdiri karena tanganku masih setia di pelukannya. "Yang lo liat tadi udah pergi belom?"

Aku mengangguk. Sejenak aku merasa sedih saat ia perlahan melepas pelukannya. Ia kembali duduk sambil menyentuh tengah dadanya untuk mengatur deru napasnya. Detak jantungnya juga pasti tak karuan saat ini.

"Sekarang rahasia lo." aku mencoba mengubah arah percakapan agar ia tak merasa takut lagi.

Ia mengambil posisi duduk yang nyaman. "Coba deh lo mikir sesuatu."

Aku mengerutkan keningku. "Faedahnya?"

Ia menabok pelan lenganku. "Nurut aja napa?!"

Nurut aja lah. Sekarang aku coba memikirkan... Si rambut coklat di mimpiku yg mirip dengan Clausellya yang ada di cafe ice cream.

"Lo ngapain mikirin Selly?" Cecillia bertanya curiga. Tunggu... kenapa bisa?

"Lo baca fikiran gue?"

Cecillia mengangguk dengan tersenyum. "Dan kalau lo mau ketemu Selly, gua tau dia sekarang dimana."

-~~~-

Rumah Sakit Umum Kanker.

Lagi-lagi aku berakhir disini. Aku bersama Cecillia sedang duduk di taman rumah sakit. Katanya Selly biasanya sedang cek kesehatan di tanggal ini.

Secret About UsWhere stories live. Discover now