1. Pertemuan Pertama

50 5 9
                                    

*Cecillia PoV*

Aku melangkah ke luar kawasan rumahku yang super gede dengan cengiran kebebasan yang selama ini kutahan. Aaa, akhirnya aku bebas lepas tanpa kewajiban yang membuatku sakit lagi. Rambut blonde yang aku digerai ikut melambai-lambai seiring langkah kakiku. Tak ketinggalan bando merah favoritku karna ini diberikan seseorang yang dulu kusayang. Tapi sayangnya aku tak ingat lagi siapa orang itu. Haha, konyol.

Aku mulai jalan lebih pelan saat aku melihat taman kecil yang posisinya ada di samping kananku. Aku berjalan ke sana dan merasakan perbedaan oksigennya. Haah, disini sejuk banget. Taman itu juga nggak ada penghuninya. Mungkin karna sekarang hari Senin, makanya nggak ada orang di taman itu. Pandanganku terfokus pada sesuatu di sana. Warnanya orens dan gerak-gerak.

Kucing!

Aku langsung berlari kesenengan ke sana dan menatap kucing itu lama. Warnanya orens cerah dan putih di bagian perutnya. Mungkin karna sering dielus orang di taman, dia juga biasa saja saat kuelus. Dia tidak takut dan bahkan menikmati tanganku yang terus menari-nari di kepalanya.

Astaga, Aku lupa sesuatu.

"Hatchiu..."

-~~~-

*Rae-Han PoV*

Hari ini adalah hari pertamaku bersekolah di sekolah baru. Setelah dibawa papaku ke Korea—papaku orang Korea—dan sekolah disana, sekarang akhirnya aku bisa pulang ke Indonesia dan tinggal bersama kakakku. Sekolahku tentu juga pindah ke sini.

Aku berjalan sambil mengikuti alunan lagu dari earphone yang tersambung ke ponsel yang ada di saku kanan celanaku. Asyik. Dunia baruku mulai terbentuk disini, walau baru sedikit. Kedua tanganku masuk ke saku celana untuk memunculkan kesan cool. Haha, bacot.

Aku berbelok ke kiri dan melihat ke taman yang ada di samping kananku. Taman ini tak berubah. Tetap disini dengan banyak bunga-bunga dan satu pohon besar yang di bawahnya ada bangku panjang yang muat untuk 7 orang. Namun sekarang ada cewe blonde yang kayaknya bule sedang bersin-bersin sendiri sambil ngelus kucing yang duduk di bangku itu.

Aku melepas salahsatu earphoneku dan menatapnya lekat. Sepertinya dia sedang flu. Dasar jorok. Hapus ingus itu pake saputangan, seenggaknya tisu kek. Ini malah hapus pake tangan kosong.

"Ya ampuun! Jangan imut begitu dong. Lo nggak ngerti apa kalo gue alergi sama bulu lo?!?!?!"

Cewe bego. Tau alergi malah dilanjutin ngelus itu kucing. Pake ngomong ke kucing lagi. Manis imut bego gimanaa gitu.

Sekarang cewe itu malah balik badan mau ninggalin si kucing. Aku berencana ikut balik badan supaya nggak dikira cowok aneh karna mandangin anak orang sembarangan. Tapi aku terlambat. Cewe itu lebih dulu menyadari keberadaanku dan menatapku dengan tatapan... menjijikkan?

Aku mati kutu. Jika aku tetap disini, aku akan disalah-salahkan atas perbuatanku. Yaa, memang aku yang salah sih. Jika aku pergi, dia bisa saja menghubungi polisi dan mengatakan "ada cowo aneh yang mandangin saya, tolong segera ditangkap" dan akhirnya aku akan lebih merana.

Ia melirikku tajam, seakan mengeluarkan laser yang mengintrogasi. "Mesum! Mati aja sonoh!" katanya sambil berlalu pergi meninggalkanku.

Apa? Dia mengataiku mesum? Ini tidak benar. Memang yang kulakukan  membuatnya tersinggung, tapi aku bukan orang mesum. Cam kan itu. Karena ia sudah pergi, aku juga beranjak menuju sekolah baruku dengan earphone yang kembali menancap di telingaku.

Membuat kesal saja.

Aku berjalan lebih kurang 15 menit agar bisa sampai ke sekolah. Aku harus jalan karena motor kesayanganku belum sampai di Indonesia. Kakakku juga sebenarnya telah menawarkanku tumpangan dengan mobilnya. Mengingat mobil itu berwarna pink cerah, aku memilih untuk menolak secara halus dan berjalan kaki ke sekolah.

Secret About UsWhere stories live. Discover now