12. Dia kenapa?

14 3 5
                                    


*Rae-Han PoV*


Aku, Shana, Agatha, dan Cecillia sedang berada di cafe tempat Selly bekerja. Dari tadi Cecillia banyak tersenyum, terutama saat ia mengobrol dengan Agatha. Aku merasakan perasaan aneh saat Agatha juga mulai menggodanya dan membuat wajahnya bersemu merah.

"Rae-Han? Lo bengong?"

Aku tersentak dan melihat ke arah Shana yang duduk di sampingku.

"Nggak." aku menjawab seadanya.

Shana kembali pada makanannya. Udara di sini terasa sesak. Aku ingin pergi secepatnya.

-~~~-

Pagi ini sedikit mendung dengan awan hitam di langit. Musim memang sudah berganti menjadi musim hujan. Apapun itu cuaca seperti ini lebih baik daripada panas terik yang membuat kulit terbakar. Pemikiran yang feminim sekali.

Aku membelokkan motor besarku ke arah taman kecil tempat aku dan Cecillia terakhir kali mengungkap rahasia masing-masing. Dia bisa membaca fikiran orang lain. Berarti aku tidak bisa berbohong padanya. Miris. Dia akan dengan cepat tau kalau dia mematahkan hatiku bahkan sebelum pendekatan.

Aku sangat menyukainya.

Aku melihat taman itu dari seberang jalan, dan menemukan si pirang itu sedang duduk di bangku taman itu sambil memegang kepalanya. Ia melepas bando merahnya dan memijit pelan kepalanya. Dia kenapa?

Aku memberhentikan motorku di salahsatu sisi taman, kemudian secepatnya menyeberang jalan dan mendekatinya. Angin sepoi-sepoi membuat rambut pirangnya yang tergerai melambai indah. Bibirnya yang dilapisi lipgloss pink tampak mengkilap. Matanya terpejam sambil tangannya terus memijat kepalanya.

"Cecillia? Lo knapa?"

Dia berhenti memijit kepalanya, kemudian mendongak ke atas. Ada ekspresi keterkejutan nyata di wajahnya. "Nggak kenapa-napa kok, dasar kepo!" jawabnya sambil memasang kembali bando merah yang barusan dilepasnya.

"Gak ada manis-manisnya lo. Jawabnya lembut kek!" komentarku, membuat tangannya melayang mencubit lenganku.

"Iya, makasih pujiannya."

Ia jalan menghentak menuju ke arah yang berlawanan dengan jalan menuju ke sekolah. "Woy! Kemana lo?"

"Mau bolos. Lo kan anak rajin, jadi sonoh pergi sekolah." jawabnya masih sambil jalan menghentak.

Aku setengah berlari mengejar, kemudian memegang tangannya. Ia berhenti melangkah dan melihat ke belakang--melihatku.

"Bolos sama gua aja."

"Anak baik. Udah ngerti kode ya sekarang?" ia menunjukkan cengiran khasnya padaku. Ooh, jadi ini keinginannya?

"Bilang aja lo kepengen naik motor gua."

-~~~-

"Senyuum!"

Aku dan Cecillia berfoto selfie ria bersama di kebun binatang. Entah apa yang ada di fikirannya. Jarang sekali ada cewek yang mau bolos ke kebun binatang. Mungkin mau ketemu temennya. Itu yang lagi gantungan di pohon.

Plakk

"Aww!" aku mengaduh sambil mengusap pipiku yang barusan ditampar dengan kasih sayang olehnya.

"Lupa ya kalo gua bisa tau apa yang lo fikirin?! Kalau yang gantung-gantung itu temen gua, berarti lo sama aja dong? Lo kan temen gua juga?"

Tepat sasaran.

"Ya maaf. Gua kan becanda doang. Gua suruh mbak kunti gentayangin lo ntar!"

"Suruh aja! Ntar juga kuntinya bakal akrab sama gue! Gue kan anak baik," ucapnya sambil memanyunkan bibir.

Lucu.

Tak lama kemudian kami kembali mengitari kebun binatang yang luas ini. Memberi makan keluarga rusa, selfie ria di depan kandang binatang buas, mengetuk kaca aquarium besar dengan ikan-ikan lucu di dalamnya, dan masih banyak lagi kegiatan yang kami lakukan di kebun binatang. Sungguh menyenangkan. 

-~~~-

Setelah puas bermain di kebun binatang dan mengisi perut di cafe yang ada di dekat sana, aku mengantar Cecillia pulang ke rumahnya. Rumahnya sangat besar, bahkan ini bisa dikatakan istana. Tinggi pagar rumahnya sekitar 2,5 meter, dengan gerbang besar yang menjulang tinggi. Terlihat sedikit aneh saat melihat orang yang membukakan gerbang untuk kami adalah pria dengan setelan jas formal berwarna serba hitam dan berwjah sangar, namun aku tidak terlalu peduli dan lanjut mengendarai motorku masuk ke dalam.

Aku menghentikan motorku tepat di depan teras rumahnya. Cecillia dengan cepat turun dari motorku dan menarikku masuk ke rumahnya. Sebenarnya aku ingin menolak, tapi karena aku melihat mobil Nuna yang terparkir indah tidak jauh dari kami, aku menerima tawarannya dan masuk ke dalam istananya.

"Cecillia pulaang, para preman!!!"

Cecillia berteriak lantang sambil membuka pintu rumahnya lebar-lebar. Seketika aku merasa berdebar-debar, diikuti dengan perasaan takut mati dan menyesal. Sekumpulan pria berotot dengan tatapan sangar dan mengerikan sedang melihat ke arah kami. Kalau saja aku lebih dekat, pasti aku bisa melihat urat-urat muncul dari kening mereka. Aku melirik ke arah Cecillia, dan dia MALAH SENYUM GAK JELAS. INI KITA DITATAPIN OM-OM LOH NENG, BISA-BISA POSITIVE LO ENTAR.

Sekumpulan pria itu dengan cepat berdiri dan mendekati kami. Ekspresi mereka tidak berubah, tetap sangar. Jantungku berdegup kencang. Apakah ini yang dinamakan cinta?

Mereka berhenti tepat di hadapan kami. Aku reflek menggenggam tangan Cecillia sambil menatap balik pada pria-pria itu. Insting laki-laki memang begini, yaitu ingin selalu melindungi perempuan yang disayanginya.

Sayang...

Sepertinya aku mulai menyayanginya.

"Selamat datang Nona Muda."

"Iyaa, makasih. Mana yang lain?"

Wat de ...?

Aku melepaskan tangan Cecillia sambil menatap datar ke arahnya. Ingin kupenggal kepalamu.

"Nona Cecillia, kenapa lagi-lagi anda kabur dari rumah sakit?"

-~~~-

*Cecillia POV*


Aku membeku di tempat. Bisa-bisanya Lucas pelayan pribadiku menanyakan hal itu di depan orang asing, terutama Rae-Han. Padahal telah kuperingatkan jangan bahas masalah apapun tentang rumah sakit di depan orang asing, siapapun dia.

Aku melirik Rae-Han. Wajahnya penuh kebingungan, begitu juga isi fikirannya. Ia bertanya-tanya apa maksud sebenarnya dari pertanyaan Lucas. Sekarang dia melihat ke arahku. Aku menunduk, menatap kedua sepatuku yang masih terpasang. Apa yang harus kukatakan?

"Nona, anda harus segera ke rumah sakit. Sekarang." Lucas kembali bicara, dengan penuh penekanan di bagian akhir. 

Aku menggeleng singkat. Rae-Han tidak boleh tau, apapun yang terjadi.

"Nona-"

"Lucas, Lia gak mau! Ngerti kan kalau dibilang nggamau?" Aku memotong kata-katanya. Perlahan, setetes air bening mengalir dari sudut mataku. Aku juga menggigit bibir bawahku untuk menahan isakan. Namun itu tidak berlangsung lama. Tiba-tiba pengelihatanku buram. Semuanya seakan berputar. Dan sedetik kemudian semuanya menjadi gelap.

"Cecillia!"

-~~~-

Salam sayang dari Pricillia =~=

Maaf atas keterlambatan updatenya, lagi sibuk ngeroleplay soalnya =~=

Makasih yaa, udah baca sampai sejauh ini =v=

Nantikan chapter berikutnyaa =0=

#Pricillia

Secret About UsWhere stories live. Discover now