14. Sindiran Halus

12 3 3
                                    

*RaeHan PoV*

"Cih dasar otak mesum! Lu mau ngintip gua kan?! Halah nggausah bikin alesan. Eonni, marahin dia!"

Aku tidak tau kenapa aku bisa terjebak dalam situasi menjengkelkan seperti ini. Padahal sepuluh menit yang lalu keadaan normal-normal saja. Sekarang aku malah diintrogasi oleh nuna dan dijuluki "otak mesum" oleh Cecillia.

Begini awalnya...

Aku baru saja selesai shalat ashar saat Nuna masuk ke kamarku dan mengajak pergi ke rumah Cecillia. Aku awalnya menolak karena aku ingin menghabiskan malam mingguku yang indah dengan tiduran di sofa sambil menonton film. Tapi Nuna malah mengancam akan menyita motorku jika aku tidak ikut. Jadi aku setuju dan ikut ke rumah Cecillia.

Sesampai kami di rumah Cecillia, nuna langsung beranjak ke ruangan mama Cecillia. Dan aku berakhir di ruang tamu seluas stadion bola yang tampak sangat membosankan. Di sini juga terdapat banyak pria berseragam serba hitam yang sangat formal. Untuk menghilangkan rasa bosan, aku duduk di sofa dan bermain game di hpku. Tidak lama kemudian, nuna memanggilku. Dengan langkah malas, aku beranjak ke sana.

"Di lantai dua sebelah kanan itu ada kulkas besar, isinya full cemilan. Ambil sana, sekalian juga buat nuna," ucapnya saat aku telah sampai di ruangan mama Cecillia yang berada di lantai tiga.

Aku mengangguk, kemudian pergi dari sana. Aku berjalan cukup pelan karena game yang kumainkan masih belum selesai. Aku menuruni tangga dan tanpa sadar berjalan lurus ke depan hingga menabrak sebuah pintu. Tidak terlalu sakit memang, tapi suara yang ditimbulkan cukup keras.

Dan suara itu cukup untuk membangunkan seorang gadis yang sedang tertidur di dalam ruangan yang berada di balik pintu yang tidak sengaja aku tabrak.

Gadis itu Cecillia.

Cecillia sedikit menggeliat. Perlahan ia membuka matanya dan melihat ke arahku. Matanya sayu, khas orang baru bangun tidur. Ia mengerjap beberapa kali sambil mengumpulkan kesadarannya.

"Ehh...itu...lanjut tidur aja, Cil," ucapku sedikit gugup sambil tersenyum kaku.

Cecillia membulatkan matanya. "HOY MESUM NGAPAIN LU?! LU NGINTIP GUA TIDUR YA?!"

"Bukan Cil, gua cuma nggak sengaja masuk ke---AUH!" aku tidak sempat menyelesaikan kata-kataku karena Cecillia melemparku dengan sebuah bantal. Mirisnya bantal itu tepat mengenai wajahku. Dan contact lens yang biasa kugunakan lepas.

"Jangnan kkuleogi*! Siapa yang menyuruhmu masuk ke kamarnya? Tidakkah kamu mengerti arti belok ke kanan? Uhoejeonhada*!" Nuna mengomel sambil berpangku tangan. Ia memang tidak tampak marah, tapi ini membuatku malu. Kenapa harus di depan si pirang?

Aku menunjukkan wajah kesalku, namun nuna tidak menggubrisnya. Terserahlah, aku tidak ingin memperpanjang masalahnya. Wanita selalu benar dan laki-laki selalu salah.

Namun jika laki-laki mengatakan bahwa wanita selalu benar, apakah laki-laki salah?

"Ada apa ini?"

Kami bertiga otomatis melihat ke sumber suara. Ternyata pertanyaan itu bersumber dari mama Cecillia. Ia baru saja selesai mengerjakan tugasnya sebagai CEO majalah Teenage Dream, tentunya dibantu oleh nuna.

"Mama," panggil Cecillia sambil turun dari sofa dan melompat ke pelukan mamanya. "Dia masuk kamar Lia sembarangan, marahin maa."

"Hah? Bukan gitu ceritanya tante, tad—UGHH!" sebuah bantal sofa mendarat tepat di hidungku, membuat kata-kataku terhenti seketika.

Mama Cecillia tersenyum. "Panggil aku Onee-san atau Mrs. Smith, aku belum setua itu untuk dipanggil tante. Mengerti?"

Bukannya dia udah 56 tahun yah? Masih sensi aja...

Secret About UsWhere stories live. Discover now