13. Jeruk atau Apel? Cupcake Strawberry

12 3 14
                                    

*Rae-Han PoV*


Sudah tiga hari ini dia tidak menampakkan diri di hadapanku, artinya dia masih sakit.

Yap, dia sakit. Saat itu ia tiba-tiba jatuh pingsan. Untungnya ia mengarah ke samping kanan, ke arahku. Jadi aku bisa menangkapnya dengan mudah. Setelah itu Lucas bergegas menuju garasi dan menyuruhku menggendong Cecillia ke dalam mobil. Ia membawa Cecillia ke rumah sakit.

"Bengong lagi lu, setuju gak?"

Suara Agatha mengejutkanku dari lamunan peristiwa saat Lucas membawa Cecillia pergi ke rumah sakit. Aku mengerjap beberapa kali, kemudian menganggukkan kepalaku. Walaupun sebenarnya aku tidak tau apa yang ditanyakannya.

"Tau apa yang gua tanyain?"

Aku menggeleng singkat, kemudian tersenyum tanpa dosa.

Agatha menghembuskan napas panjang. Ini mengesalkan. "Kita mau jenguk Cecil hari ini, mau bawa jeruk atau apel?"

Aku berfikir sejenak, mengingat beberapa percakapan unfaedah tentang makanan bersama Cecillia. "Mungkin Jeruk. Setau gua dia suka buah yang asem-asem manis."

"Eh tapi pasti keluarganya yang jenguk juga bawain jeruk. Apel aja," usul Angel. Ada benarnya juga sih.

Agatha berfikir sejenak. "Tapi kalau dia lebih suka jeruk ya mending kita bawa jeruk."

Shana menengahi. "Oke gaes, kita beli dua-duanya. Masing-masing setengah kilo."

-~~~-

"Kalian kemana aja? Gua di sini udah lumutan nungguin kalian jenguk tau gak."

Cecillia berceloteh kesal, membuat kami (read : aku, Agatha, Shana, Angel, Yasra) sedikit merasa bersalah. Kami temannya, dan baru menjenguk di hari keempat ia dirawat. Jadi kami hanya mendengarkan celotehannya dan sesekali meminta maaf.

Keadaan Cecillia sangat mengkhawatirkan. Wajahnya terlihat pucat, dan ada lingkaran di sekitar matanya. Terdapat selang infus yang menancap di punggung tangan kirinya. Dan wajah ceria itu hanya wajah yang dibuat-buat.

"Han! Ngomong kek daritadi diem-diem mulu kayak orang kesambet!"

Shana menyikut pelan lenganku. Benar juga. Kami sudah berada di sini sekitar 30 menit dan daritadi hanya aku yang diam. Padahal yang lain sudah banyak bicara. Aku membuka mulut, ingin mengajaknya bicara. Namun seorang perawat datang dan memberitau bahwa ia harus memeriksa tanda-tanda vital Cecillia. Kami memutuskan untuk pulang.

-~~~-

Sore ini sama seperti biasanya. Aku hanya membaringkan diri di sofa dengan tv menyala dan hp di atas badanku. Tidak lupa aku menyiapkan cemilan di atas meja. Dan sebentar lagi Nuna akan menelepon untuk menanyakan malam ini aku ingin makan malam apa.

Drrrt...drrrt...drrrt...

"Halo Nuna. Hari ini aku ingin-"

"HAAAN!!! DASAR JAHAT HARI INI LO JENGUK GUE TAPI GAK NGOMONG APA-APA KE GUE. PUNYA HATI NURANI GAK SIH LO, SAR PEKOK!!!"

Aku reflek menjauhkan telingaku saat teriakan membahana itu terdengar. Aku melihat ke layar smartphone ku, melihat siapa yang menelpon. Dan ternyata itu Cecillia.

"Maaf, Cecil. Soalnya tadi lo keliatan asik ngobrol sama temen-temen lo-"

"Lo kan temen gue juga. Gamau tau pokoknya lo harus ke sini. SEKARANG. Jangan lupa bawain gue cupcake strawberry. Udah seminggu gak makan itu kayak ada yang ilang dari hidup gue."

Aku mengernyitkan keningku. Dia bahkan tidak membiarkanku menyelesaikan omonganku, sekarang ia menyuruhku menjenguknya? Bahkan meminta cupcake?

"OTW."

-~~~-

Aku memarkir motor besarku di parkiran rumah sakit. Setelah itu aku berjalan menuju pintu masuk rumah sakit, tidak lupa membawa tiga cupcake strawberry yang diminta oleh Cecillia. Aku berbelok ke kanan untuk naik lift. Cecillia ada di kamar VIP, lantai atas. Anak pemilik rumah sakit selalu mendapatkan yang terbaik.

Setelah keluar dari lift, tiba-tiba ada sesosok anak kecil yang menggangguku. Ia memeluk tangan kiriku yang sedang memegang helm dan cupcake untuk Cecillia. Aku melihat ke arah anak itu, kemudian tersenyum.

Ia balas tersenyum kemudian melepaskan tanganku dan berlari menjauh. Rambut coklatnya yang panjang melambai sesuai dengan langkahnya. Ia berlari menembus tembok dan hilang begitu saja. Aku membiarkannya dan lanjut berjalan. Toh lagipula dia tidak terlalu menggangguku.

Aku berhenti tepat di depan pintu kamar rawat Cecillia. Aku mengintip ke dalam melalui kaca yang berada di pintu. Tampaknya Cecillia sedang bersantai sambil memainkan hpnya. Aku membuka pintu kamarnya, membuat Cecillia yang sedang memainkan hpnya melihat ke arahku.

Ia tersenyum bahagia. "Itu cupcake buat gue kan?" Ia menunjuk kantong plastik yang berada di tanganku.

Aku mengangguk, kemudian berjalan mendekatinya. Aku memberikan kantong plastik yang berisi cupcake itu padanya. Ia tampak sangat bahagia, membuatku ikut bahagia. Ini akan terus tersimpan di memori otakku. Cara membuat Cecillia bahagia adalah dengan membelikannya cupcake strawberry.

"Masih ada cara lain kok," ucap Cecillia setelah menelan segigit cupcake yang berada di tangannya. Baiklah, aku lupa dia bisa membaca fikiran.

"Emang apa lagi yang bisa bikin lo bahagia?" tanyaku sambil duduk di bangku yang berada di samping ranjang Cecillia, tidak jauh dari tempatku berdiri.

Cecillia menyelesaikan urusan mengunyahnya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaanku. "Diajak jalan-jalan, ngeliat mantan jalan sendirian waktu gue lagi jalan sama pacar, ... "

-~~~-

*Cecillia PoV*


"Diajak jalan-jalan, ngeliat mantan jalan sendirian waktu gue lagi jalan sama pacar, trus-"

"Buh...hahahahaha!"

Aku melihat ke arah Rae-Han yang sedang tertawa lepas. Aku mengernyitkan keningku. Apa ada yang lucu? Pada kenyataannya saat membayangkan hal itu terjadi memang selalu membuatku bahagia.

"Lu bicara gitu kayak lu punya pacar aja," ucap Rae-Han di sela-sela tawanya, membuatku reflek menyentil mulutnya. Ia berhenti tertawa. "Maaf, gua kelepasan. Itu emang lucu."

Tapi lu lebih lucu sih...

Aku terdiam setengah kaget. Apa barusan dia menganggapku lucu?

-~~~-

"Huwaahhh akhirnya pulang~" Cecillia menjatuhkan diri di kasur empuknya, kemudian mendesah panjang. Cecillia menenggelamkan wajahnya di bantal empuknya. Tidak lama kemudian ia menghadap ke samping kanan dan memeluk erat boneka beruang pink setinggi 1,5 meter yang biasa ia panggil Momo.

"Momo...RaeHan bilang Lia lucu tadi..." Cecillia terbayang akan kejadian di rumah sakit beberapa hari yang lalu, dimana ia empat menangkap pikiran RaeHan yang menyatakan bahwa ia lucu. Tanpa Cecillia sadari, wajahnya tiba-tiba memerah dan memanas.

"Cecillia? Turun sayang, waktunya makan malam!"

-~~~-

Nantikan cerita selanjutnya yaa :'3

#Pricillia

Secret About UsWhere stories live. Discover now