10 [sepuluh]

10 1 0
                                    

Np : Tangga - kesempatan kedua

-
-
-


Saat Siera bangun, di dahinya terasa benda dingin menempel. Ia memperkirakan bahwa panasnya kambuh. Ketika Ia melihat sisi ranjang, Samuel tertidur dengan tangannya yang berada di genggaman Samuel.

Ia melirik jam di nakas, ternyata jam 2 siang. Dan dia tidak masuk sekolah.

"Sam?" Siera mencoba mengeliat melepaskan genggaman.

Samuel terkesiap dan reflek segera bangun "Kamu udah bangun?"

"Aku Laper Sam." rintih Siera yang sudah duduk.

"Bentar." Samuel beranjak pergi.
Beberapa menit kemudian ia kembali, namun hanya membawa air putih lalu menyodorkan ke Siera.

"Papa kamu lagi beliin obat, Bi Tutik gak tahu dimana. Kita cari makan di luar ya? Kamu kuat gak?" cicit Samuel yang menunggu jawaban Siera, karena Siera sedang meneguk air putih.

Siera mengangguk, beranjak dari ranjang lalu diikuti Samuel menuju mobil Samuel.

"Kamu gak sekolah?" tanya Siera melihat Seragam Samuel yang dibalut jaket levis yang tadi malam Samuel kenakan.

"Iya, nunggu kamu." jawab Samuel yang sedang menyetir.

"Kamu tahu gak aku sakit apa?" tanya Siera, Samuel menggeleng.

Siera merapikan sedikit rambutnya, secara dia tidak sempat dandan-- jangankan dandan mandi saja belum. "Perubahan kamu yang semakin membuat aku cinta, buat aku sedih dan senang."

Samuel secara reflek menoleh menatap sang pemilik suara "kenapa?"

"Aku takut kamu cuma penasaran, dan gak ada rasa cinta sama aku. Aku takut ekspetasiku yang akan balik buat aku kecewa."

Tangan Samuel yang satu menggenggam tangan Siera. Ia tidak tahu juga dengan perasaanya saat ini "Kamu gak usah mikirin itu dulu. Yang penting aku selalu di sini kan?"

"Tapi percuma kamu di sini tapi hati dan ragamu bukan milik aku Sam. Apa usahaku kurang ya buat dapetin cinta kamu?" tanya Siera. Samuel menatap mata itu, matanya yang menyiratkan kepedihan dalam.

Samuel segera menepikan mobil, karena sudah sampai di rumah makan khusus bubur ayam.

"Ayok kita turun." ajak Samuel yang sudah membukakan pintu mobil Siera dan tanpa menjawab pertanyaan Siera tadi.

Siera turun perlahan, ia tak peduli tatapan aneh para pengunjung lain karena penampilannya yang sangat kacau. Tanpa bertanya, Samuel sudah memesankan dua bubur ayam dan dua teh hangat. Siera mengekor Samuel menuju sudut restoran, yang hanya berbangku dua.

"Aku hubungin papa kamu dulu." ucap Samuel yang sudah fokus pada ponselnya.

Siera menatap sekeliling, ramai. Tapi dia merasa sepi. Ia rindu mamanya.

"Siera? Ini udah datang buburnya?" Samuel mengibaskan tangannya di depan wajah Siera. Siera sedikit berjengit

Samuel berdecak "Kamu jangan ngalamun."

"Aku kangen Mama." ucap Siera spontan, namun ia segera meraih bubur dan melahapnya.

Samuel ikut diam, ia takut. Penyebab Siera seperti ini adalah dirinya. Karena takut menganggu Siera makan, Samuel ikut melahap bubur ayam.

Siera yang pertama kali selesai makan menatap Samuel yang masih menghabiskan buburnya.

Samuel mendongkak, "masih lapar?"

CANDRAMAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang