17 [tujuh belas]

8 1 0
                                    

NP : Fourtwnty - Hitam putih
-
-
-
-

Saat ini, Siera berada di kantin sedang bercanda-ria dengan Toni dan geng rindunya. Tak terpengaruh ramainya kantin, mereka seolah-olah menciptakan kebahagiaan mereka sendiri.

"Anjing ngakak gue!" umpat Tebe menertawakan cerita Koko. Ia ternyata ditinggal naik haji ortunya tanpa sepeser uang sedikitpun.

Koko menekuk wajahnya "Gara-gara Dede nih. Sumpah lo jadi kenyataan."

Habib menimpali "Ortu lu males anggep lu kali Ko. Salah sendiri gak mau diajak."

"Mana gue tahu kalau endingnya kayak gini. Gue gak mau tahu, kalian bayarin hidup gue dulu." paksa Koko setengah merengek.

Siera hanya menertawakan Koko dalam hati.

Dede yang disalahkan Koko tak terima "Itu mah namanya hukum karma tong. Makanya jangan pelit."

"Gue waktu itu cuma bercanda njing." umpat Koko yang disoraki satu meja.

"Koko bisa ngumpat ya?" tanya Toni akhirnya.

Tebe menepuk bahu Toni "Yaelah Ton, di warung mak Mi lebih parah dia. Beda di sini, jaim-jaim manja."

"Kalian gak mikir gue ya?" bentak Koko dengan wajah sudah sangat masam.

Siera melempar dompet uang di depan Koko. "Nih papa lu nitip sama gue. Karena saat mau anter ke rumah dengan bawa uang sebanyak itu takutnya dibegal. Gue yang rumah dekat sama BRI dimintai tolong. Waktu itu polisi yang jaga cuma satu, gak bisa antar."

Koko meraih uang, matanya berbinar-binar Ia lalu  tersenyum bahagia. Melupakan fakta bahwa ia sangat tidak mood beberapa menit yang lalu "Ya ampun Sieraku makasih sayang."

"Jijong." sahut Tebe menonyor kepala Koko "Habis ini makan-makan dong. Kan uang udah ada." lanjutnya.

Koko memgacungkan jempol "Siaplah."

"Kita boleh gabung?" Samuel dkk sudah berdiri di depan mereka semua. Beberapa menit saling diam dan memandang Siera, takut ada beberapa kecanggunggan.

Namun respon yang diberikan Siera membuat suasana kembali hangat. Siera tersenyum "Gabung aja bro, santai. Geser-geser."

Serentak geng rindu dan Toni tak menangkap tatapan Siera yang dulu. Sikapnya lebih tenang dan tidak canggung.

"Makasih ya Sier." ucap Samuel yang sudah menempatkan diri di kursi kosong.

Siera mengangguk "Oke."

Cakra, Nanda dan Reihan berbaur dengan geng rindu. Sebagian mengambil kursi di meja kosong dan memindahkan ke meja yang mereka tempati. Sedangkan Samuel sudah  bercengkerama hangat dengan Toni.

Siera tersenyum antara senang dan lega. Kini keputusannya memang tepat. Meskipun harus melepas Samuel, setidaknya mereka tetap berteman. Dan Siera tak harus menjadi seseorang yang bukan dirinya hanya untuk mendapatkan perhatian Samuel.

Terkadang ada beberapa hal yang perlu dilepaskan meskipun dulunya pernah teramat kita inginkan. Bukan karena tak pantas, tetapi ada beberapa hal yang lebih baik tidak diubah.

FINALLY! ANAK ANAK GUE UDAH KELAR WKWK. Sebenarnya ini udah kelar 2 bulan yang lalu di draft. But karena hp gue buka wattpad lemot, cari jaringan yg stabil juga susah. Alhasil baru keposting sekarang. Gpp kali ya. Maaf buat ending yang aneh bin absurd. Tapi ini udah gue pikir mateng-mateng. Semoga tetap nantikan karya  dari gue penulis amatiran. Dan jangan lupa vote! BHAY, SEE YOU NEXT TIME.

REGARDS
-BekaspembantuADAMLEVINE

CANDRAMAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang