11 [Sebelas]

5 1 0
                                    

Np : Last child - Tak Pernah Ternilai

-
-
-

Dengan tragedi kambuhnya demam Siera kemarin, Sucipto menyuruh Bi Tutik menyiapkan Siera bekal yang sehat. Siera setuju-setuju saja, toh dia bukan pembenci sayuran.

"Kok Samuel belum datang ya?" tanya Sucipto uring-uringan sendiri.

Siera menatap jam dinding "Kan baru jam enam papa. Sarapan Papa aja belum habis. Apalagi yang mau dijemput itu Siera bukan Papa."

Sucipto tertawa lepas "Kok kamu posesif ya sama Samuel? Tenang papa ini masih normal Sier, gak LGBT loh ya."

Siera bergidik ngeri "Ih Papa, jijik tau gak."

"Kamu katanya mau ikut bimbel?" tanya Sucipto menyambung pembicaraan Siera minggu kemarin, bahwa dia ingin ikut bimbel.

Siera menaruh gelas dan piring  yang sudah ia gunakan ke wastafel "Lihat sikon dulu Pa. Takutnya nanti keteteran kalau tugas numpuk."

"Kalau jadi, Papa punya kenalan bimbel yang melayani private. Kan kamu gak usah capek-capek ke tempat bimbel, biar gurunya yang ke sini." respon Sucipto.

"Iya nanti Siera pikir dulu Pa."

"Kamu udah sehat? Yakin mau masuk sekolah?" tanya Sucipto memastikan putri satu-satunya dalam keadaan sehat walafiat.

Siera tersenyum meyakinkan "Kalau masih sakit, pasti Siera masih meringkuk di kasur. Oh ya tadi malam Siera ketiduran, Toni pulang jam berapa Pa?"

"Tega kamu, dia pulang jam satu. Awalnya Papa ajakin catur, eh si Dono jemput anaknya. Padahal udah Papa suruh nginep, Bokapnya Toni aja yang susah." curhat Sucipto sembari memasukkan nasi goreng ke mulutnya.

Siera tertawa "Papa kayak baru kenal keluarganya Toni aja."

"Toni udah gede Sier. Kasihan, apa-apa diatur." jawab Sucipto.

Siera yang selesai sarapan segera memasukkan bekal ke tasnya "Biarin ah, gak tega kalau bahas si kunyuk satu itu."

Tin Tin

"Tuh Samuel datang, cepetan gih." desak Sucipto.

Siera menyalimi Sucipto dengan bersungut-sungut "Papa ngusir Siera ya?"

"Enggak Siera hahaha." teriak Sucipto yang masih bisa di dengar Siera saat ia berada di muka pintu.

Samuel sudah membukakan pintu dan berdiri di samping mobil "Ayo Sier, Aku pamit papa kamu dulu."

"Gak usah, kata papa langsung berangkat aja." jawab Siera berdusta agar mempercepat perjalanan. Selain sudah siang, takutnya mereka akan terjebak macet. Tanpa dijelaskan sudah paham kan Jakarta dan kemacetannya?

Samuel mengangguk paham dan segera masuk lalu menjalankan mobil menuju sekolah.

"Kamu udah sehat betul?" tanya Samuel memperhatikan setiap detail gestur Siera.

Siera mengangguk "Udah kok. Btw, makasih ya kemarin. Udah ditunggu dan buat bubur ayamnya."

Samuel tersenyum "Sama-sama. Udah minum paracetamol?"

Siera menggeleng "Kan obatku cuma kamu." celetukan Siera membuat keadaan canggung.

"Besok nonton payung teduh yuk, Aku udah beli tiket dua." ajak Samuel memecah keadaan yang akward ini.

Siera tidak enak jika menolak Samuel dengan dalih menjalankan misi. Toh, dia juga harus kasih feedback dikit kan? Gak masalah "Oke, jam berapa?"

CANDRAMAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang