"You are like a really beautiful butterfly that attracted thousands pair of eyes. And I think I'll never regret to be one of them cause that means I get to see your beauty.
But time flies... and my greed started wishing that you'll landed on my hand and think that I'm a flower. A flower that you've been searching for."
Mikasa.
Gue membuka mata gue dan mulai mencari cari hape gue yang entah gue geletakin di mana tadi pagi. Setelah menemukannya, gue langsung melihat bahwa sekarang udah jam 4 sore.
Hari ini sebenernya gue gak ada kerjaan sama sekali jadi gue memutuskan untuk berguling guling di kasur dulu selama beberapa menit sebelum gue berdiri untuk mengambil handuk gue yang kemarin lupa gue jemur dan malah gue taruh di atas meja rias gue.
Tapi pas gue keluar kamar, gue ngeliat bahwa sofa ruang tengah ternyata masih ditidurin sama sesosok cowok dengan kemeja yang udah lecek parah.
Terry ketiduran di sini???
Kedua ujung bibir gue otomatis turun ngeliat dia ketiduran kaya gitu. Pasti capek banget. Kenapa sih dia suka kerja nonstop gitu? Ngingetin orang biar gak cepet mati padahal sendirinya kaya gitu. Heran deh gue.
Gue menarik nafas panjang sebelum gue berjalan lagi ke kamar mandi, kali ini membawa baju lengkap karena gue tau gue gak bisa keluar pake anduk doang.
Entah kenapa gue gak pengen bangunin Terry dan malah sarapan tepat setelah gue selesai mandi. Gue menuangkan sereal dan susu coklat ke sebuah mangkuk sebelum gue duduk di meja depan Terry tidur.
Gue mulai memakan sereal gue sambil memandangi Terry yang masih terlelap dengan sangat tenang. Tapi tiba tiba alisnya mengkerut, seperti dia sedang mimpi buruk. Gerakan Terry itu membuat gue langsung risih dan teringat dengan sebuah scene di salah satu drama Korea, Secret Garden. Dimana pemeran utama cowoknya menekan jarak diantara kedua alis pemeran utama cewek itu supaya dia gak mimpi buruk lagi.
DAN JARI GUE RASANYA UDAH PENGEN MAJU MELAKUKAN HAL YANG SAMA. DUH.
Gue tetap makan dan berusaha mengalihkan pandangan gue. Tapi bahkan sampai sereal gue udah abis, gue masih ngerasa terganggu ngeliat dia kaya gitu. Gue pengen wajah tenang dia balik lagi.
Kira kira dia bangun gak ya kalo gue sentuh?
Gue akhirnya memutuskan buat bangun dan berdiri di depan dia, dan kembali menimbang nimbang. Kalo dia kebangun, tapi posisi gue berdiri gini dia gak mungkin salah paham kan ya? Gak papa lah ya? Kasian abisnya ntar pusing kalo tidurnya kaya gitu terus...
Gue akhirnya perlahan menempelkan jari telunjuk gue di tengah tengah antara kedua alis dia. Dan bener aja, alis dia yang terlihat tegang itu perlahan menghilang dan gue bisa melihat Terry mulai tertidur dengan tenang dan nyenyak lagi. Tapi itulah yang membuat gue akhirnya malah jongkok di depan dia dan mulai memperhatikan wajah dia dari jarak yang sangat dekat.
Beberapa hari yang lalu gue dan Terry pernah secara gak sengaja berada di posisi yang sama. Saat dia ngelitikin gue karena dia gak ngerti sebuah adegan di naskah gue. Pada saat itu tatapan mata dia sangat tajam dan gue merasa gak bisa melakukan apa apa. Tapi sekarang dia memejamkan mata dia, dan hanya terlihat seperti anak kecil yang tertidur setelah main di luar bersama teman temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terry Augusta (Completed)
General FictionStory about two people that live in a really different world meets for the first time. One of them think this is the beginning of the other person's sad love story, while the other one think that this is a beautiful fate that's made in heaven.