Mikasa.
Udah jam setengah 7 pagi saat gue memutuskan untuk mandi dan bersiap siap tidur, tapi sebuah ketukan di pintu menghentikan tangan gue yang masih mengeringkan rambut gue dengan handuk.
"Pagi!" Terry tersenyum lebar tepat saat gue membuka pintu.
Udah hampir 3 bulan sejak gue dan Terry jadian, dan sebenernya dia juga udah tau password pintu rumah gue. But the gentleman he is, dia selalu ngetuk pintu dan nungguin sampai gue bukain walaupun kadang dia harus nunggu lama karena gue lagi ribet.
"Kok udah bangun??" Tanya gue bingung sambil masuk dan membiarkan dia mengikuti gue masuk.
"Gak tau tadi kebangun terus gak bisa tidur lagi. Jam 8 juga aku udah harus jalan jadi ya udah deh bangun aja." Ujar Terry sambil menutup pintu. "Kamu abis mandi?" Tanya Terry.
"Iya, pengen tidur abis ini." Gue duduk di sofa dan Terry langsung menyusul gue.
"Temenin aku sarapan dulu deh, ya ya ya?"
"Mau sarapan apa?" Tanya gue sambil mengingat ingat isi kulkas gue. Gawat. Kayanya gak ada apa apa.
"Sarapan di luar yuk?" Ajak Terry tiba tiba sambil menggenggam tangan gue.
"Ih panas ogah ah." Jawab gue reflek tanpa berfikir.
"Apa sih kamu kaya vampire deh?! Gak pernah mau keluar siang siang?!"
"Iya kan aku sebenernya vampire hehehe!" Gue ketawa santai sambil berdiri dan berjalan ke arah kulkas.
"Serius eh ayo dong! Ada bubur ayam enak deh di deket sini."
"Gak aaah! Aku tuh emang gak suka panas, bahkan seumur hidup aku gak pernah ke dufan sama sekali loh??"Gue mengambil sebuah kotak berisi catering yang udah gue siapin di kulkas buat gue makan. Kayanya Terry suka.
"Hah?! Yang bener aja Sa?!"
"Ini aja ya?" Tanya gue sambil menunjukkan kotak makan berisi nasi dan lauk pauk.
"Kamu beneran gak pernah ke dufan?!"
"Iya. Kenapa sih kaget amat?!"
"Wah parah sih. Nanti sama aku deh ah pergi!"
"Hahahah! Iya iyaaa."Gue hanya mengangguk pasrah sambil memasukkan kotak makanan itu ke microwave.
"Nanti aku belajar masak deh, biar kamu gak ikutan makan makanannya Bu Asri mulu." Ujar gue berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Bener ya?" Terry menunjukkan senyum lebarnya lagi.
"Iyaa hahaha udah sana duduk dulu deh. Mau minumnya apa?""Teh panas ya Mbak satu."
"YEEE NGESELIN! DIKIRA INI WARTEG?!" Gue langsung mukul punggung dia dan dia cuma ketawa sebelum jalan balik ke ruang tengah.Gue langsung bikinin Terry teh panas sesuai keinginan dia, mindahin makanan dia ke piring dan menyusul dia ke ruang tengah.
Sejujurnya gue emang udah ngantuk sekarang, dan itu membuat gue jadi mengajak Terry ngobrol nonstop saat gue udah duduk di sebelah dia, supaya gue gak makin ngantuk. Dan Terry juga ngeladenin aja karena dia tau gue udah mulai ngantuk.
"Hah?! Minggu ini udah minggu terakhir syuting ya?!" Gue kaget pas ngeliat tanggal berapa hari ini dan Terry langsung ngangguk ngangguk senang.
"Iya dong. Bener bener minggu terakhir dan gak ada delay lagi." Jawab Terry, sepertinya mengingat proses syuting yang mundur menjadi 3 bulan karena ada tambahan scene tap dancing yang dimasukkan untuk ending film dan membuat Terry harus latihan selama beberapa minggu dulu sebelum mulai syuting lagi bulan lalu.
"Ciyeee Pak Dokter udah bisa kerja full time lagi deh sebentar lagi."
"Iya dong, biar buruan jadi dokter bedah." Terry ketawa senang dan gue bisa melihat kuping dia yang memerah.
"Ya ampun seseneng itu sampe kupingnya merah?!"
"Hehehehehehe." Terry cuma ketawa lucu sebelum dia minum dan gue langsung nyubit pipi dia gemes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terry Augusta (Completed)
General FictionStory about two people that live in a really different world meets for the first time. One of them think this is the beginning of the other person's sad love story, while the other one think that this is a beautiful fate that's made in heaven.