Mikasa.
Jam tidur gue dan orang orang di sekitar gue... atau mungkin orang orang di dunia ini emang sedikit beda. Gue selalu beraktivitas di malam hari dan tidur dari pagi sampe sore. Itulah yang membuat gue masih seger jam 7 pagi gini. Well... gue udah rada ngantuk sih karena biasanya emang gue tidur jam 7 atau 8. Tapi gue masih bisa nungguin Terry Augusta keluar pagi ini.
Tadi malam gue berhasil menghubungi Kanu lagi dan dia akhirnya cerita kalo Terry Augusta emang sahabat dia dari dulu, dan rumah sebelah gue ini bahkan sebenernya rumah Terry Augusta, bukan rumah Kanu. Gue juga tau dari Kanu kalo kemungkinan hari ini Terry Augusta bakalan keluar pagi pagi. Dan itulah yang membuat gue membuka pintu rumah gue dari jam 6 pagi tadi. Menunggu ada pergerakan dari rumah sebelah.
Tepat jam 7 pagi saat gue mendengar suara pintu rumah sebelah di buka, dan tanpa pikir panjang, gue langsung mengambil script gue, dan berlari keluar.
"Halo!" Sapa gue ramah tepat saat gue berhenti di depan dia, menghalangi dia untuk jalan. "Terry Augusta kan? Gue Mikasa, gue tinggal di sini." Lanjut gue setelah dia melihat gue, sambil menjulurkan tangan gue.
"Ah.. iya halo. Terry." Jawab Terry sambil tersenyum ramah. Bener ternyata kata orang orang, kalo dia itu emang ramah banget orangnya.Tapi bukannya ngomong sesuatu, gue malah diem. Oh god, what's wrong with me?!
Gue terpaku dengan pandangan yang ada di depan gue. Terry menggunakan kemeja fit to body, yang membuat dia terlihat sangat sangat menarik. Badan dia emang gak terlalu tinggi, tapi dia termasuk sangat proporsional, dan emang... ganteng banget. Matanya besar dan bola matanya seakan memancarkan sinar yang gue gak tau datang dari mana, hidungnya mancung tajam, alisnya tebal dan membuat dia semakin ekspresif, bibirnya juga tebal dan berbentuk sangat khas, membuat siapapun yang melihat dia pasti langsung terpana sama seluruh hal yang ada di dia.
Gue menarik nafas panjang supaya kembali fokus sama apa yang harusnya gue lakuin, tapi gue malah mencium wangi parfum dia yang sangat kuat dan gak pernah gue cium dimana mana sebelumnya.
Oh shit, I'm doomed.
"Ah iya, gue sebenernya penulis naskah, dan kebetulan banget kemarin gue abis sempet ngomongin sama produser gue buat ngehubungin lo. Lo sampe kapan di Jakarta?" Tanya gue akhirnya setelah berfikir panjang tentang... apa kira kira merek parfum dia. Hm.
"Oh..." Mata Terry semakin terbuka lebar sambil ngangguk ngangguk dan ngelirik ke tangan gue yang memegang naskah film gue. "Gue lama sih di sini. Belum ada rencana kemana mana lagi. Tapi gue gak ada niatan ambil projek dulu." Terry senyum lagi.Dan entah kenapa senyuman dia yang tadinya terlihat sangat ramah itu, mendadak jadi terlihat sangat mengintimidasi. Kaya... nyuruh gue buat minggir terus nyerah aja gitu ke laut.
"Gue mau fokus ke yang lain dulu." Lanjut Terry.
"Oh gitu... coba baca script-nya dulu aja gimana?" Tanya gue sambil menjulurkan naskah yang gue pegang itu.
"Duh, gue buru buru nih ada janji. Later ya." Terry senyum lagi, tapi langsung pergi meninggalkan gue yang masih senyum dan mengangkat tangan gue ke arah dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terry Augusta (Completed)
Fiction généraleStory about two people that live in a really different world meets for the first time. One of them think this is the beginning of the other person's sad love story, while the other one think that this is a beautiful fate that's made in heaven.