Terry.
"Duh duh! Gue complain ya kalo sampe ada bekasnya. Gue tuntut lo Nim." Gue gak bisa berenti ngoceh saat gue merasakan Nima menjaitkan benang terakhirnya di jidat gue.
"Udah selesai woy, bawel banget deh lo emang." Ujar Nima sambil menyelesaikan pekerjaannya.Sekitar satu jam yang lalu, terjadi kecelakaan kecil di lokasi syuting. Karena hari ini emang kita harus syuting di bawah hujan, sebagian properti jadi berubah posisi dan entah gimana jatuh ke arah gue. Sebenernya gue gak inget apa apa, yang gue tau cuma gue pusing banget setelah itu dan ternyata jidat gue sobek dan Qilla langsung membawa gue ke rumah sakit. Untungnya lukanya gak dalem, jadi gue rasa gue gak perlu CT scan atau X-Ray dan segala teman temannya itu.
Karena lokasi syuting gak begitu jauh, kita akhirnya ke rumah sakit Adisoebroto. Dan akhirnya gue jadi sempet ganti baju dulu pake baju yang ada di loker gue sebelum kepala gue dijait sama Nima.
Saat gue berniat membalas omongan Nima lagi, tiba tiba gorden yang menutupi bagian kasur gue di UGD terbuka lebar, dan gue bisa melihat cewek dengan hoodie hitam besar dan wajah panik berdiri di depan kasur gue.
Mikasa.
"Mikasa? Kamu ngapain ke sini?!" Gue langsung bingung melihat Mikasa yang wajahnya udah panik gak karuan, sebuah keringat menetes di pelipis dia, wajahnya memerah, bibirnya pucat dan matanya sangat merah seperti menahan tangis.
"A-aku denger kamu kecelakaan... j-jadi aku langsung ke sini..." Jawab Mikasa terbata bata.
"Hah?? Ya ampun hahaha gak papa kok cuma ini sobek aja kejatuhan properti tadi. Tapi aku gak papa, paling harus nunggu lukanya kering baru mulai syuting lagi. Sini sini, kenalan sama Nima, junior aku dulu." Gue langsung ketawa pelan dan mengalihkan perhatian dia ke Nima, supaya dia gak terlalu kepikiran sama gue. Ini pasti ada anak crew yang lebay ngasih kabar ke Mikasa nih ah.
"Halo, pacarnya Terry ya?" Tanya Nima sambil tersenyum lebar saat mereka berjabat tangan.
"Jadi Terry gak papa?" Tapi bukannya menjawab, Mikasa malah bertanya balik ke Nima.
"Iya gak papa hahahah. Cuma paling nanti ada bekas lukanya gitu di jidat dia—"
"Gue udah bilang ya kalo ada bekasnya, lo gue tuntut." Gue memotong omongan Nima dan Nima langsung terlihat gak terima dengan omongan gue.
"Yang luka siapa kenapa jadi gue yang dituntut sih?!"
"Ya pasti lo jaitnya gak bener itu berarti!"Detik itu, gue melihat Mikasa yang pucat seperti mencari sesuatu, tapi belum sempat dia bergerak, sesuatu yang sangat cepat terjadi di depan gue.
Mikasa terjatuh ke lantai, dan gue bisa melihat badannya yang bergetar hebat.
Tanpa gue sadari, gue langsung berdiri dari kasur gue dan menahan kepala Mikasa agar gak membentur lantai. Detak jantung gue berdebar sangat cepat, lebih cepat dari getaran di tubuh dia.
"Sa?! Mikasa?!!!"
Gue berusaha memanggil Mikasa walaupun gue tau dia gak akan bisa jawab, dan semua suara gak terdengar lagi di kuping gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terry Augusta (Completed)
Ficción GeneralStory about two people that live in a really different world meets for the first time. One of them think this is the beginning of the other person's sad love story, while the other one think that this is a beautiful fate that's made in heaven.